Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Tuding Presiden Perancis Justru Menyulut Ekstremisme

Kompas.com - 27/10/2020, 10:34 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran menuduh Perancis menyulut ekstremisme setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.

Tudingan tersebut dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam sebuat unggahan di akun Twitter-nya.

"Muslim adalah korban utama dari kultus kebencian diberdayakan oleh rezim kolonial & diekspor oleh klien mereka sendiri," tulis Zarif.

“Menghina 1,9 miliar Muslim dan kesucian mereka, karena kejahatan menjijikkan dari ekstremis semacam itu, adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara secara oportunis. Itu hanya menyulut ekstremisme," imbuhnya.

Baca juga: Dikritik Erdogan, Presiden Perancis Dapat Dukungan Pemimpin Eropa

Komentar Zarif tersebut menanggapi pernyataan yang dikeluarkan Macron setelah seorang remaja Chechnya membunuh seorang guru di Paris, Perancis, pada 16 Oktober, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.

Pada Minggu (25/10/2020) Macron menulis di akun Twitter-nya bahwa dia tidak akan menyerah.

"Kami tidak menerima ujaran kebencian dan membela debat yang masuk akal," tambah pemimpin Perancis tersebut.

Macron telah menyatakan perang terhadap "separatisme Islam" yang menurutnya telah mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Perancis.

Baca juga: Erdogan Minta Warga Turki agar Boikot Produk Perancis


Perilaku Irasional

Boikot terhadap barang-barang Prancis sedang berlangsung di supermarket sejumlah negara Arab, seperti Qatar dan Kuwait.

Di sisi lain, para pemimpin agama di Iran belum menyerukan boikot terhadap produk dari Perancis.

Tetapi beberapa pejabat dan politikus Iran telah mengutuk Macron karena "Islamofobia" menurut media pemerintah Iran.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani mengatakan "perilaku irasional" Macron menunjukkan "kekasarannya dalam politik".

Baca juga: Perancis Desak Timur Tengah Hentikan Boikot Produknya di Tengah Kisruh Kartun Nabi Muhammad

Shamkhani menyatakan bahwa komentar Macron tersebut menunjukkan kurangnya pengalaman Macron dalam berpolitik.

Dia menasihati pemimpin Perancis tersebut untuk "membaca sejarah lebih banyak" dan tidak bergantung pada "dukungan dari Amerika Serikat (AS) yang merosot dan Israel yang memburuk".

Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf mengecam "permusuhan bodoh" Perancis dengan Nabi Muhammad.

Ali Akbar Velayati, penasihat pemimpin tertinggi Iran untuk kebijakan luar negeri, mengatakan kartun itu seharusnya tidak dicetak ulang menyusul "kecaman global" terhadap majalah satire Perancis Charlie Hebdo.

Baca juga: Dianggap Menghina Islam, Presiden Perancis Dikecam Umat Kristen di Arab

“Kita seharusnya melihat majalah cabul yang menghina Nabi dicegah dicetak, tetapi penerapan standar ganda menyebabkan pemikiran sesat dan anti-agama ini juga memanifestasikan dirinya dalam sistem pendidikan negara,” kata Velayati dalam sebuah pernyataan.

Komentar Macron memicu protes di beberapa negara mayoritas Muslim dengan orang-orang membakar foto dirinya di Suriah dan membakar bendera Perancis di Libya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com