Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Hutan Colorado Bergerak Lebih Lambat dari Biasanya

Kompas.com - 23/10/2020, 13:23 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

DENVER, KOMPAS.com - Langit berwarna jingga dengan angin bertiup kencang terjadi ketika kebakaran hebat melanda Colorado, Amerika Serikat.

Salah satu kebakaran kecil terjadi awalnya pada Rabu malam (21/10/2020) dan meluas dari 78 kilometer persegi menjadi 508 kilometer persegi sampai menutup Taman Nasional Rocky Mountain.

Petugas pemadam kebakaran mengatakan sejauh ini kebakaran telah terjadi di sepanjang wilayah seluas 686 kilometer persegi.

Menurut Ilmuwan yang mengerti tentang kebakaran, Jennifer Balch, biasanya salju akan memadamkan kebakaran namun kekeringan parah dan suhu panas telah menggeser musim.

“Kami tidak melihat kebakaran (pada bulan) Oktober sebesar ini,” katanya.

Baca juga: Belasan Korban Terbakar Hidup-hidup di Mobil dan Jalanan akibat Kebakaran Hutan California

Kebakaran Colorado memang belum menghancurkan banyak rumah seperti kebakaran hutan yang merajalela di California dan Pacific Northwest beberapa bulan terakhir, tetapi telah membuat penduduk lelah akibat pandemi virus corona.

Asap tebal dan gelap membuat lampu jalan dibuat tetap menyala di kota Fort Collins, Colorado Utara di mana api di dekat kaki bukit telah membakar lebih dari 824 kilometer persegi. Merupakan yang terbesar dalam sejarah negara bagian AS itu.

Di beberapa bagian Colorado, langit berwarna abu-abu, matahari berkabut, dan bau api yang membakar menyala terus menerus tercium hampir sepanjang bulan September dan Oktober.

Area metro Denver dan Plains timur telah diselimuti asap dari kebakaran tidak hanya di Colorado tetapi juga tertiup dari Utah, California dan Wyoming.

Baca juga: Kebakaran Hutan California, WNI Kabarkan Situasi Terkini

Sementara musim dimulai dengan kerusakan properti warga terbatas, dua kebakaran meletus akhir pekan lalu di Boulder yang membakar sebanyak 26 rumah. Salah satunya milik Brian DeToy dan Sheryl Shafer.

Pasangan itu sedang berkemas Sabtu sore ketika petugas pemadam kebakaran tiba untuk mengevakuasi rumah.

Saat itu, mereka hanya memiliki beberapa menit untuk melarikan diri dari "pemandangan neraka" yang menderu-deru di atas punggung bukit menuju rumah mereka, ungkap DeToy. 

“Saat Sheryl dan saya sedang berkemas, saya pikir di benak kami masing-masing adalah bahwa kami akan kembali. Mungkin berjam-jam, mungkin beberapa hari, tapi kami akan kembali," ujar De Toy yang masih berharap.

Ironisnya, keesokan pagi, kantor polisi daerah memastikan bahwa rumah mereka hancur terbakar. Untuk saat ini, mereka tinggal bersama teman.

"Pada Minggu malam hingga Senin pagi, baik Sheryl dan saya terbangun di tengah malam dan hanya menangis selama satu setengah jam," katanya.

Baca juga: Sebut Kebakaran California Mendingin, Trump Tepis Isu Perubahan Iklim

Secara keseluruhan, lebih dari 1.813 kilometer persegi tanah telah terbakar di Colorado dengan total biaya kerugian senilai lebih dari 215 juta dollar AS dan terus meningkat angkanya menurut Larry Helmerick, koordinator informasi kebakaran untuk Pusat Koordinasi Area Rocky Mountain.

Kebakaran hebat itu menurut para ilmuwan disebabkan oleh perubahan iklim. Tak hanya kebakaran hutan, tapi juga kekeringan, banjir dan badai.

Kekeringan parah tahun ini memperparah kebakaran hutan menurut Balch, direktur Earth Lab di University of Colorado yang berfokus pada analisis data di balik perubahan lingkungan.

Seluruh bagian Colorado ditetapkan sebagai area kering tidak normal atau terlalu kering untuk pertama kalinya dalam 8 tahun terakhir dengan banyak wilayah berlabel "ekstrem" atau "parah".

Baca juga: Merah Membara, Foto-foto Kebakaran Hutan California Luber sampai Jalan Tol

Ditambah lagi, kualitas udara di beberapa daerah sudah cukup buruk sehingga Gubernur Jared Polis mendorong masyarakat untuk tetap berada di dalam ruangan agar menghindari efek kesehatan dari asap yang diperparah oleh virus corona.

Kualitas udara yang buruk berkontribusi pada masalah pernapasan yang dihadapi orang yang terinfeksi virus atau jika mereka menderita asma, emfisema, bronkitis akut dan membuat banyak orang memeriksakan diri ke IGD, ungkap Colleen Reid, asisten profesor geografi di Universitas Boulder yang mempelajari dampak perubahan iklim pada kesehatan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com