Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2020, 06:53 WIB

VATICAN CITY, KOMPAS.com - Sri Paus Fransiskus mengatakan pada Minggu (11/10/2020) bahwa kehidupan Carlo Acutis memberikan kesaksian bagi para remaja bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dengan mengutamakan Tuhan.

Melansir Kantor Berita Catholic, Carlo Acutis adalah seorang remaja Italia kelahiran Inggris, penganut Katolik taat, yang memiliki bakat dalam bidang pemrograman komputer.

Acutis juga dilaporkan sering membantu orang miskin dan Vatikan mengeklaim bahwa Acutis pernah menjadi "perantara dari surga" pada tahun 2013 untuk menyembuhkan seorang bocah lelaki Brasil yang menderita penyakit pankreas langka, seperti dilaporkan AFP.

Suka membantu orang miskin

Acutis adalah sosok religius sejak usia muda, meski ibunya mengatakan bahwa keluarganya jarang hadir ke gereja.

Ketika dia tidak sedang menulis program komputer atau bermain sepak bola, Acutis dikenal di lingkungannya karena kebaikannya terhadap mereka yang hidup di pinggiran.

Baca juga: Paus Fransiskus Sesalkan Gencatan Senjata yang Rapuh Antara Armenia dan Azerbaijan


"Dengan tabungannya, dia membeli kantong tidur untuk para tunawisma dan di malam hari dia membawakan mereka minuman panas," kata ibunya minggu ini, menurut kantor berita Catholic.

"Dia mengatakan, lebih baik mengurangi satu pasang sepatu jika itu berarti bisa melakukan satu pekerjaan bagus lagi," kata sang ibu.

Dia juga menjadi sukarelawan di dapur umum di Milan. Uskup Assisi Domenico Sorrentino mengatakan bulan ini bahwa dapur umum untuk orang miskin akan dibuka untuk menghormati Acutis.

"Ketika dia meninggal, gereja dipenuhi dengan orang-orang miskin. Semua orang bertanya-tanya apa yang mereka lakukan di sana. Nah, Carlo biasa membantu mereka secara diam-diam," kata Nicola Gori, yang mewakili kasus beatifikasi Acutis.

"Keluarga tahu soal itu, karena ibunya akan pergi bersamanya, yang baru berusia 15 tahun. Dia akan memberi mereka kantong tidur dan makanan, itulah sebabnya mereka ingin menghadiri pemakaman (Acutis)," tambahnya.

Baca juga: Paus Fransiskus Diminta Presiden Meksiko Minta Maaf dan Kembalikan Manuskrip Kuno Aztec

Santo pelindung internet

Melansir AFP, Carlo Acutis dikenal juga sebagai "Santo Pelindung Internet"meskipun sebelumnya sudah ada satu, akademisi abad ke-7, Isidore de Seville.

Paus mencatat Acutis sebagai remaja yang memberikan pengabdian besar pada Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi dan menjadi milenial pertama yang diberkati dengan gelar Beato pada 10 Oktober lalu di Asisi, Italia.

Dilansir dari Wikipedia Bahasa Indonesia, "Beato dalam istilah Gereja Katolik dikenal sebagai bentuk dari proses beatifikasi (dari bahasa Latin "beatus", yang berbahagia).

Maknanya adalah suatu pengakuan atau pernyataan yang diberikan oleh Gereja terhadap orang yang telah meninggal bahwa orang tersebut adalah orang yang berbahagia.

Beatifikasi diberikan kepada orang yang dianggap telah bekerja sangat keras untuk kebaikan atau memiliki keistimewaan secara spiritual.

Beatifikasi memerlukan bukti berupa mukjizat (kecuali dalam kasus martir) sebagai bukti bahwa orang yang dianggap suci atau kudus itu telah berada dalam Surga dan dapat mendoakan orang lain."

Baca juga: Paus Fransiskus: Kapitalisme Butuh Reformasi

Pada usia Acutis yang ke-15, dia didiagnosis mengidap leukemia pada tahun 2006. Dia mempersembahkan "penderitaannya" untuk Paus Benediktus XVI dan untuk Gereja, dengan mengatakan, “Saya mempersembahkan semua penderitaan yang harus saya derita untuk Tuhan, untuk paus, dan Gereja...."

Paus Fransiskus menjadikan Acutis sebagai teladan bagi para milenial dengan menulis bahwa Acutis mampu menggunakan internet dan teknologi untuk "menyebarkan injil".

“Memang benar bahwa dunia digital dapat membuat Anda menghadapi risiko ketergantungan, apatis, dan (hanya) kesenangan sesaat. Namun, jangan lupa bahwa ada anak muda, bahkan ada yang menunjukkan kreativitas bahkan jenius. Itulah yang terjadi pada Beato Carlo Acutis," tulis Paus pada tahun 2018.

“Carlo sangat menyadari bahwa seluruh perangkat komunikasi, periklanan, dan jejaring sosial dapat digunakan untuk membuai kita, membuat kita kecanduan konsumerisme dan membeli barang terbaru di pasar, terobsesi dengan waktu luang, terjebak dalam hal-hal negatif. Namun, dia tahu bagaimana menggunakan teknologi komunikasi baru untuk menyebarkan Injil, untuk mengomunikasikan nilai-nilai dan keindahan."

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pimpin Doa Angelus, Paus Fransiskus Doakan Perdamaian untuk Wilayah Kaukasus

Proses pemberkatan Carlo Acutis menjadi Beato dipimpin oleh Kardinal Agostino Vallini. Mengutip Katolik News, dia mengungkapkan bahwa beatifikasi ini merupakan "kabar baik" bahwa ada seorang pemuda di zaman ini "telah ditaklukkan oleh Kristus dan telah menjadi cahaya bagi mereka yang ingin mengenal Dia dan mengikuti teladan-Nya."

Melalui surat apostolik dari Paus Fransiskus, peringatan terhadap Beato Carlo Acutis akan selalu berlangsung setiap tahun pada tanggal 12 Oktober, sesuai hari wafat Acutis pada tahun 2006.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Hubungan Negara Membaik, Warga Australia yang Dihukum Mati di Vietnam Diberi Grasi

Hubungan Negara Membaik, Warga Australia yang Dihukum Mati di Vietnam Diberi Grasi

Global
Kumpulkan Data Anak Tanpa Izin, Microsoft Bayar Denda 20 Juta Dollar AS

Kumpulkan Data Anak Tanpa Izin, Microsoft Bayar Denda 20 Juta Dollar AS

Global
Perseteruan Antar Tetangga di Florida Picu Insiden Penembakan

Perseteruan Antar Tetangga di Florida Picu Insiden Penembakan

Global
Rusia Siap Pertimbangkan Proposal Perdamaian dari Indonesia

Rusia Siap Pertimbangkan Proposal Perdamaian dari Indonesia

Global
Rangkuman Hari Ke-467 Serangan Rusia ke Ukraina: Muncul Pidato Palsu Putin, Grup Warger Tawan Tentara Rusia

Rangkuman Hari Ke-467 Serangan Rusia ke Ukraina: Muncul Pidato Palsu Putin, Grup Warger Tawan Tentara Rusia

Global
Tertangkap Kamera, Perempuan Ini Curi Kalung Emas dari Leher Gadis Kecil di Keramaian

Tertangkap Kamera, Perempuan Ini Curi Kalung Emas dari Leher Gadis Kecil di Keramaian

Global
Robert Hanssen, Mantan Agen FBI yang Ternyata Jadi Mata-mata Rusia, Ditemukan Tewas di Penjara

Robert Hanssen, Mantan Agen FBI yang Ternyata Jadi Mata-mata Rusia, Ditemukan Tewas di Penjara

Global
Mantan Wapres Mike Pence Resmi Maju dalam Pilpres AS 2024

Mantan Wapres Mike Pence Resmi Maju dalam Pilpres AS 2024

Global
Berlumuran Darah, Wajah Korban Kecelakaan Kereta di India Sulit Dikenali Pihak Keluarga

Berlumuran Darah, Wajah Korban Kecelakaan Kereta di India Sulit Dikenali Pihak Keluarga

Global
Guru Mengaji di Senegal Ditangkap karena Perkosa 27 Murid

Guru Mengaji di Senegal Ditangkap karena Perkosa 27 Murid

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Rusia Hantam Lapangan Terbang | Ledakan Sonik Gemparkan Washington DC

[POPULER GLOBAL] Rudal Rusia Hantam Lapangan Terbang | Ledakan Sonik Gemparkan Washington DC

Global
Belgia Minta Penjelasan Ukraina tentang Senjata yang Dipakai untuk Serang Wilayah Rusia

Belgia Minta Penjelasan Ukraina tentang Senjata yang Dipakai untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Rusia Mulai Latihan Angkatan Laut di Perairan Jepang dan Laut Okhotsk

Rusia Mulai Latihan Angkatan Laut di Perairan Jepang dan Laut Okhotsk

Global
Kekhawatiran di Balik Dibukanya Keran Ekspor Pasir Laut Indonesia

Kekhawatiran di Balik Dibukanya Keran Ekspor Pasir Laut Indonesia

Global
Terbiasa Pakai Masker Covid-19, Orang-orang Jepang Ikut Kursus Senyum, Bayar Rp 800.000 Per Jam

Terbiasa Pakai Masker Covid-19, Orang-orang Jepang Ikut Kursus Senyum, Bayar Rp 800.000 Per Jam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+