WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dalam sebuah wawancara dengan pembawa acara radio konservatif Rush Limbaugh pada Jumat (9/10/2020), Trump melontarkan kata kasar "If you f*ck around with us" kepada pemerintah Iran, seperti yang dilansir dari Newsweek pada Jumat (9/10/2020).
Trump menuduh Iran kelompok militan, menargetkan serangan terhadap kepentingan AS di Timur Tengah dan diam-diam mengejar senjata nuklir.
"Jika Anda macam-macam terhadap kami, jika Anda melakukan sesuatu yang buruk kepada kami, kami akan melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya kepada Anda," ancam Trump yang positif Covid-19, yang berdebat dengan Teheran.
Baca juga: Dukung Trump Terpilih Lagi, Taliban: Dia Konyol untuk Seluruh Dunia, tapi Waras dan Adil untuk Kami
Selama wawancara 90 menitnya dengan Limbaugh, Trump kebanyakan mengamuk melawan saingan Demokratnya. Kemudian, dia mempromosikan catatan kebijakan luar negerinya, termasuk hubungannya Iran.
Melansir Middle East Eye pada Jumat (9/10/2020), Trump menegaskan kembali janjinya untuk mengamankan perjanjian baru dengan Republik Islam itu, jika dia terpilih kembali.
"Jika saya menang, kami akan memiliki kesepakatan besar dengan Iran dalam satu bulan," kata Trump, menekankan para pemimpin Iran akan "sekarat" sampai mereka kalah.
Limbaugh kemudian bertanya tentang kesepakatan yang apa yang dimaksud Trump.
"Tidak ada senjata nuklir," kata Trump, yang menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir multilateral Iran pada 2018.
Baca juga: Terungkap, Trump Ingin Buka Baju Ala Superman Saat Keluar dari Rumah Sakit
Kesepakatan itu, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), telah membuat Iran mengurangi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi terhadap ekonominya.
Perjanjian tersebut, disahkan oleh AS dan Iran, serta China, Perancis, Jerman, Rusia, Inggris, mencabut sanksi internasional terhadap Iran sebagai ganti negara Iran yang mengekang produksi nuklirnya.
Di bawah kepemimpinan Trump, justru Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018.
Sejak itu AS terus memberlakukan langkah-langkah yang dirancang untuk mengisolasi ekonomi Iran, merusak hubungan perdagangannya, dan membuat mata uangnya anjlok.
Sanksi terbaru dan luas melanda bank-bank besar Iran setelah apa yang AS sendiri anggap sebagai akhir dari kesepakatan Iran, sebagai hasil dari permintaan resmi ke PBB oleh pemerintahan Trump.
Baca juga: Trump Sesumbar Kalahkan Covid-19, Sapa Pendukungnya Tanpa Masker
Baik PBB maupun pihak lain dalam perjanjian nuklir tidak mengakui keputusan AS, tetapi Iran tetap merasakan pukulannya.
Kerusakan yang terjadi pada Iran telah menjadi sumber kebanggaan bagi pemerintahan Trump, seperti yang dilansir dari Newsweek.
Ia menganggap Iran sebagai "negara sponsor terorisme terbesar di dunia." Menteri Luar Negeri Mike Pompeo memuji "kemajuan nyata" presiden dalam menghadapi Teheran sejak menjabat pada 2017.
"Kami telah menangkis kekayaan puluhan miliar dollar AS untuk para teroris yang mengancam Israel dan mengancam Eropa serta mengancam Amerika Serikat," kata Pompeo kepada pembawa acara radio Larry O'Connor dalam sebuah wawancara pada Jumat.
Diplomat tertinggi AS itu mengatakan masih ada "lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan".
Baca juga: China Dukung Iran di Perjanjian Nuklir, Serukan Forum Baru di Timur Tengah
"Kami bertujuan untuk melanjutkan dan kami berharap bahwa 4 tahun lagi akan memberikan hasil yang sangat baik," kata Pompeo.
Ada pun beberapa hal yang akan dilancarkan AS, di antaranya adalah peningkatan keamanan untuk Timur Tengah, rakyat Israel, dan kawasan yang tidak terlalu stabil, sehingga rakyat Amerika Serikat tidak memiliki ancaman juga.
Masa jabatan Trump juga ditandai dengan peningkatan ketegangan yang parah di kawasan Teluk Persia dan Selat Hormuz, titik penghubung minyak maritim terpenting di dunia.
Gedung Putih telah berjanji untuk membawa perdagangan Iran ke titik nol, sebuah poin kebijakan yang telah mendorong ancaman Iran untuk menutup rute perdagangan penting.
Baca juga: AS Embargo Bank Iran, Teheran Minta Bantuan China
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.