Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pramuka Amerika Dituntut oleh 50.000 Korban Pelecehan Seksual

Kompas.com - 11/10/2020, 15:30 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

TEXAS, KOMPAS.com - Kurang lebih sebanyak 50.000 korban pelecehan seksual akan menuntut Pramuka Amerika di pengadilan sebelum batas waktu hukum bulan November .

Studi baru menyimpulkan bahwa kegiatan kepramukaan di Amerika tidak aman untuk anak-anak.

Pengajuan dari sekitar 35.000 korban pelecehan seksual di seluruh Amerika pada Februari lalu, meminta agar kepramukaan ditiadakan. Namun, kasus 'ribuan' lainnya terus muncul sampai tenggat waktu pelaporannya, 16 November 2020.

"Banyak orang yang berdatangan (melaporkan)," ungkap pengacara Andrew van Arsdale yang firma hukumnya, AVA bekerja sama dengan 2 firma hukum lain membentuk Abused in Scouting.

Jumlah korban pelecehan seksual di kegiatan kepanduan sejauh ini telah mengerdilkan kasus serupa, kata pengacara Jason Amala dari firma Pfau.

Baca juga: Patung Pelopor Pramuka Baden-Powell di Inggris Akan Diturunkan

"Ini (angkanya) tiga sampai empat kali lipat dari klaim yang diajukan dalam semua (kasus) kebangkrutan Katolik," kata Amala.

Kelompok advokasi anak di AS (Child US) menggunakan data anonim 1.576 penggugat kasus pelecehan seksual dan mengumpulkan data mengerikan tentang pelecehan seksual di badan kepanduan tersebut.

Studi yang baru akan dirilis pekan depan menunjukkan lebih dari 70 persen korban diduga dianiaya beberapa kali dengan lebih dari 50 persen insiden terjadi di kamp-kamp Pramuka.

Hampir 100 persen korban menderita konsekuensi seumur hidup, termasuk masalah alkohol dan narkoba, gangguan stres pasca trauma serta gangguan kesehatan kelamin.

Para pelaku kekerasan dituduh mengancam para korbannya lebih dari separuh waktu, sementara 45 persennya memberikan korban hadiah dan 63 persennya mendapat kepercayaan dari keluarga korban, ungkap studi tersebut.

Peneliti mencatat, "Pramuka telah salah dalam kepercayaan mereka bahwa mendidik anak untuk membuat api unggun atau mendapatkan lencana setara dengan kekuatan situasional."

Baca juga: Lakukan Penyerangan Seksual Pada Anak Pramuka, Pastor Ini Dihukum 5 Tahun Penjara

Penelitian itu juga mengungkap bahwa dengan mengizinkan anak-anak pergi bersama orang asing ke hutan tanpa orangtua atau pendampingan penegak hukum "bisa membuat kejadian berulang di mana anak-anak rentan terhadap pelecehan".

Kepada New York Post, pendiri Child US Marci Hamilton mengatakan bahwa model Pramuka yang seperti itu "pasti gagal" melindungi anak-anak.

“Ini sangat bermasalah,” kata Marci menambahkan, “Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui fakta, dan jika mereka memiliki fakta mereka akan melakukan hal yang benar.”

Ilmuwan dan peneliti sosial di Child US, Carter Timon berkata, "Kebanyakan orang tidak tahu bahwa klaim pelecehan seksual adalah sangat jarang salah."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com