Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Setiap 16 Detik, Ada 1 Bayi yang Meninggal di Dalam Kandungan

Kompas.com - 11/10/2020, 14:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Xinhua

KOMPAS.com - Setiap 16 detik, ada satu bayi yang dilahirkan dalam keadaan sudah meninggal di dalam kandungan di seluruh dunia

Itu berarti, dalam setahun terdapat hampir 12 juta bayi di seluruh dunia tidak pernah bernapas untuk pertama kalinya ketika terlahir.

Hal itu merupakan temuan dari laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dipublikasikan pada Kamis (8/10/2020) sebagaimana dilansir dair Xinhua.

Laporan tersebut berjudul Tragedi Terabaikan: Beban Global dari Bayi Meninggal dalam Kandungan"dan dirilis bersama oleh Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Bank Dunia, dan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB.

Baca juga: Bayi Laki-laki Lahir di Tengah Penerbangan dari New Delhi ke Bengaluru

Mereka menemukan fakta bahwa 84 persen bayi yang meninggal dalam kandungan terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah pada 2019.

Laporan pertama kali tentang bayi meninggal dalam kandungan itu juga menunjukkan bahwa bayi meninggal dalam kandungan tetap menjadi tantangan bagi negara-negara berpendapatan tinggi.

Di mana tingkat pendidikan ibu adalah salah satu pendorong terbesar ketidaksetaraan, dan etnis minoritas mungkin kekurangan akses dalam mendapat perawatan kesehatan yang memadai.

"Kehilangan anak saat lahir atau selama kehamilan adalah tragedi yang menghancurkan bagi sebuah keluarga, yang sering kali terjadi tanpa diketahui namun terlalu sering, di seluruh dunia," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.

Baca juga: Potret Memilukan Seorang Bayi dengan Foto Ibu yang Tewas Tertabrak Menjelang Persalinan

Selain itu, laporan tersebut memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 kemungkinan akan meningkatkan angka kematian bayi dalam kandungan selama 12 bulan ke depan.

Penurunan layanan kesehatan sebesar 50 persen yang disebabkan oleh pandemi, dapat mengakibatkan bertambahnya hampir 200.000 bayi meninggal dalam kandungan pada tahun mendatang di 117 negara berpendapatan rendah dan menengah.

Prediksi itu didasarkan atas pemodelan yang dilakukan untuk laporan tersebut oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.

Muhammad Ali Pate, Direktur Global untuk Kesehatan, Nutrisi dan Populasi di Bank Dunia, sekaligus Direktur Fasilitas Pendanaan Global untuk Wanita, Anak-anak dan Remaja, mengatakan bahwa Covid-19 telah memicu krisis kesehatan sekunder yang menghancurkan bagi wanita, anak-anak, dan remaja.

Baca juga: Ayah Memilih Tidak Rusak Mobil, Bayi 1 Tahun Meninggal Kepanasan

Laporan itu menambahkan kualitas perawatan kehamilan dan persalinan yang buruk, kurangnya layanan antenatal dan intrapartum, serta lemahnya tenaga keperawatan dan kebidanan turut berperan atas sebagian besar kejadian ini.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahkan sebelum pandemi, hanya sedikit wanita di negara berpendapatan rendah dan menengah yang mendapat perawatan berkualitas tinggi secara tepat waktu untuk mencegah bayi meninggal dalam kandungan.

Mulai dari 2 persen kurang hingga hanya 50 persen wanita yang mendapat perawatan berkualitas seperti operasi caesar, pencegahan malaria, dan manajemen hipertensi kehamilan.

Meskipun ada kemajuan dalam layanan kesehatan sejak 2000 hingga 2019, tingkat penurunan tahunan bayi yang meninggal dalam kandungan hanya 2,3 persen.

Baca juga: Viral Foto Bayi Lahir Sambil Pegang Alat Kontrasepsi di Vietnam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com