Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

13 Fakta Sejarah Pemilu AS di Masa Kolonial yang Sangat Berbeda

Kompas.com - 06/10/2020, 11:42 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Puncak pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) akan berlangsung serentak pada 3 November mendatang. Bicara soal pemilu, pernah terpikirkah oleh Anda bagaimana sejarah hari pemilu yang dilakukan di Negeri "Uncle Sam" itu?

Pada awal sejarah negara Amerika, hari pemilu adalah hari yang diliputi kegembiraan, yang dimeriahkan dengan pesta, alkohol, parade dan kue-kue.

Di masa kolonial itu, hari pemilu akan menjadi sangat berbeda, dari kandidat yang memberi alkohol kepada para pemilih sampai pemilihan berlangsung dengan berteriak dan bukan dengan menuliskan secara rahasia di surat suara.

Sejarah hari pemilu di AS telah banyak berevolusi hingga menemukan bentuknya hari ini. Seperti apa sejarah pemilu di masa kolonial AS? Disarikan dari Reader's Digest, simak 13 faktanya berikut ini:

Baca juga: Bagaimana Nasib Pilpres AS jika Trump Meninggal atau Tak Bisa Memimpin?

1. Para pemilih melakukan perjalanan yang sangat jauh demi memberikan suara mereka

Saat ini, kebanyakan warga AS setidaknya agak dekat dengan tempat pemungutan suara. Namun di masa kolonial, hari pemungutan suara pemilu adalah 'Hari Perayaan Mewah' yang menyebabkan warganya berkumpul dan berpesta.

Menurut Buku yang ditulis Kate Kelly, Election Day: An American Holiday, An American History, "Karena permukiman masa kolonial biasanya berjauhan, itu adalah waktu yang tepat bagi teman dan para tetangga untuk bertemu, bergosip dan bersenang-senang."

Di beberapa tempat, para pemilih yang tinggal di pinggiran permukiman akan bertemu dengan orang lain yang melakukan perjalanan dari arah yang sama untuk membentuk parade ke kota.

Pemilihan untuk perwakilan majelis kolonial menarik kerumunan terbesar dan merupakan yang paling penting.

Baca juga: Pilpres AS 2020: Siapa Capres Idaman China, Iran, dan Rusia?

2. Para kandidat, termasuk George Washington, 'sogok' para pemilih dengan minuman keras

Di masa kolonial, meski secara teknis ilegal untuk menyuap para pemilih, banyak politisi membawa makanan dan minuman keras ke tempat pemungutan suara. Bahkan, George Washington muda pun ikut berpartisipasi!

Melansir History, ketika Washington menyalonkan diri ke Virginia House of Burgesses pada 1758, dia membagikan alkohol yang setara dengan mengisi satu bar kecil; 47 galon bir, 35 galon anggur, 2 galon sari buah, 3,5 liter brandy, dan 70 galon rum punch

Tak heran, dia menang 310 suara.

Baca juga: Debat Pertama Pilpres AS Kacau, Formatnya Akan Diganti

3. Pemungutan suara dilakukan dengan suara lantang, bukan ditulis di surat rahasia

Di masa kolonial, tidak ada metode pemungutan suara yang seragam. Berbagai koloni melakukan pemilihan dengan cara yang berbeda.

Di beberapa tempat, pemungutan suara dilakukan dengan mengangkat tangan sementara di tempat lain, pemilih akan berpindah dari satu tempat ke sisi tempat yang lain untuk menunjukkan apa yang dia pilih.

Namun, menurut Kelly, memberikan suara dengan lisan adalah metode paling umum, selama abad ke-18 setidaknya setengah dari koloni menggunakan metode tersebut.

Dengan begitu, setiap orang akan mengumumkan kandidat pilihan mereka kepada Sheriff dan juru tulis akan segera mencatat pilihan orang tersebut.

Kandidat yang dipilih (karena mendengar namanya disebut keras) akan berdiri, membungkuk dan berterima kasih kepada pemilih.

Baca juga: Pencarian Google Cara Pindah ke Kanada Warnai Debat Perdana Pilpres AS

4. Tidak semua orang bisa memilih

Di masa kolonial tidak sedemokratis pemilu AS hari ini. Hanya fraksi kecil yang tinggal di dalam koloni yang punya hak untuk memilih.

Warga Afro-Amerika, pribumi Amerika, para wanita, dan orang kulit putih yang tidak punya lahan atau tanah sendiri, tidak diizinkan memilih.

Para sejarawan meyakini bahwa di Pennsylvania di awal tahun 1700-an, pemerintah kolonial memberikan syarat kepada pemilihnya agar bisa memilih.

Yakni hanya orang yang punya 50 hektar tanah atau properti senilai 50 dollar Amerika Serikat yang boleh ikut memilih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com