Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Tahukah Kamu? Efisiensi Energi Bisa Kurangi Pemanasan Global

Kompas.com - 05/10/2020, 12:08 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Saat ini, manusia dihadapkan pola hidup yang boros energi yang membuat konsumsi energi menjadi mubazir. Hal inilah yang memicu pertumbuhan konsumsi energi yang tidak pada tempatnya.

Jika konsumsi energi naik, terutama energi listrik, maka kapasitas terpasang pembangkit listrik juga harus dinaikkan.

Celakanya adalah jika pembangkit listrik yang dibangun adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sangat polutan dan membuang emisi gas rumah kaca.

Hal itu justru akan semakin memicu pemanasan global dan semakin mempercepat perubahan iklim, sebuah hal yang para peneliti dan aktivis lingkuhan hidup serukan untuk dihindari.

Maka, selain meningkatkan pengembangan energi terbarukan, pola konsumsi energi masyarakat juga harus diubah.

Baca juga: Inspirasi Energi: Beda Cara Perusahaan Minyak Eropa dan AS Sikapi Perubahan Iklim

Dengan mengefisienkan energi, konsumsi energi tidak menjadi boros dan kebutuhan energi menjadi tepat guna. Muaranya adalah berkurangnya emisi gas rumah kaca dan menghindari pemanasan global.

Namun demikian, efisiensi energi juga tidak boleh mengorbankan standar hidup layak manusia. Efisiensi dan standar hidup layak manusia harus berjalan seiring sejalan.

Sebuah penelitian terbaru diterbitkan dalam jurnal Global Environmental Change membandingkan konsumsi energi rata-rata di 119 negara dengan perkiraan jumlah minimum energi yang dibutuhkan agar bisa menyediakan standar hidup yang layak bagi setiap orang.

Penelitian tersebut membuat permodelan bahwa pada 2050 konsumsi energi dunia akan sama dengan konsumsi energi pada dekade 1960-an dan tetap memberikan standar hidup yang layak.

Meskipun faktanya bahwa populasi global akan meningkat tiga kali lipat saat itu sebagaimana dilansir dari Gizmodo, Rabu (30/9/2020) pekan lalu.

Baca juga: Inspirasi Energi: Pengembangan PLTB Turun Selama Pandemi, tetapi Masih Tetap Diminati

Ilustrasi energi alternatifSHUTTERSTOCK Ilustrasi energi alternatif

Teknologi Terbaru

Dengan menurunnya konsumsi energi, negara-negara di seluruh dunia jauh lebih mudah untuk beralih dengan cepat ke energi terbarukan 100 persen.

Joel Millward-Hopkins, seorang peneliti dari School of Earth and Environment di Leeds University dan penulis studi tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hampir 50 persen dari pemodelan yang mereka buat harus diimplementasikan untuk memberikan standar hidup layak namun tetap menghemat energi pada 2050.

Penulis juga menunjukkan bahwa penurunan konsumsi energi dapat tercapai jika setiap teknologi yang dipakai menggunakan teknologi yang paling mutakhir dengan tingkat teknologi efisiensi energi yang paling baru.

Salah satu anggota tim penelitian tersebut, Julia Steinberger, mengatakan orang-orang masih bisa melakukan aktivitasnya seperti menonton televisi, berselancar di internet, dan memakai laptop namun dengan tingkat konsumsi energi yang jauh lebih rendah.

Steinberger adalah pemimpin proyek Living Well Within Limits di Leeds University dan profesor di Université de Lausanne di Swiss.

Baca juga: Inspirasi Energi: Konsumsi Minyak Dunia dan Pentingnya Saat Ini

Ukuran standar hidup layak yang diterapkan didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menggambarkan jumlah minimum energi yang dibutuhkan orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Kebutuhan energi tersebut termasuk kebutuhan fisik seperti rumah, kebutuhan penghangat dan pendingin ruangan, serta nutrisi.

Komponen standar hidup layak juga didasarkan atas kebutuhan lain seperti akses pendidikan, perawatan kesehatan, dan teknologi informasi.

Dengan kerangka kerja ini, para peneliti tersebut memetakan berapa banyak energi yang dibutuhkan jika kehidupan setiap orang mengikuti model yang mereka buat.

Untuk konsumen per kapita tertinggi saat ini, seperti AS, Swiss, dan Uni Emirat Arab, penulis memetakan penggunaan energi setidaknya harus dipangkas sebesar 95 persen.

Baca juga: Inspirasi Energi: Sudah Punya PLTS Terbesar Dunia, UEA Berambisi Tambah Lagi

Para peneliti juga mengambil model bahwa setiap individu diberi tempat tinggal seluas 9,3 hingga 18,6 meter persegi.

“Ini bukan tempat tinggal yang sempit, tetapi jika Anda tinggal di pinggiran kota AS, itu mungkin ruangan yang kecil dibandingkan dengan yang biasa Anda lakukan,” kata Steinberger.

Meskipun studi ini memodelkan dunia di mana setiap orang memiliki standar hidup yang sama, bukan berarti setiap orang menggunakan jumlah energi yang persis sama.

Di iklim yang lebih panas, penelitian tersebut memperhitungkan individu yang menggunakan lebih banyak pendingin ruangan.

Peneliti juga membuat permodelan lebih banyak energi yang digunakan untuk ketersediaan air di daerah yang jauh dari sungai atau danau, di mana pemompaan air dalam ata yang jaraknya jauh diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air setiap individu.

Baca juga: Inspirasi Energi: PLTS dan PLTB Berlipat Ganda 5 Tahun Terakhir, Tapi Itu Belum Cukup

Ilustrasi energi terbarukanSHUTTERSTOCK Ilustrasi energi terbarukan

Ketimpangan

Melalui model tersebut, rakyat dari negara maju dipangkas dan dihemat konsumsi energinya. Sedangkan rakyat dari negara berkembang ditingkatkan konsumsi energinya.

“Misalnya, negara-negara di sub-Sahara Afrika saat ini menunjukkan tingkat konsumsi energi per kapita yang jauh lebih rendah, meskipun faktanya mereka menggunakan teknologi yang sangat tidak efisien,” kata Steinberger.

Hal itu menunjukkan adanya ketimpangan konsumsi energi yang sangat besar antara negara maju dan negara berkembang. Sehingga, konsumsi energi negara berkembang bisa ditingkatkan sekaligus menerapkan efisiensi dalam teknologi yang dipakai.

Permodelan dari peneliti juga mencakup perawatan kesehatan dan pendidikan secara universal untuk anak berusia 5 hingga 19 tahun.

Transportasi massal juga harus diluas sebesar-besarnya sehingga orang dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa perlu menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Inspirasi Energi: Ketika Mobil Listrik Tetap Jadi Isu Seksi di Tengah Pandemi Virus Corona

Kendati demikian, penelitian ini tidak menjelaskan secara spesifik tentang apa sebenarnya yang harus dimakan setiap individu setiap hari, seperti apa rumah yang seharusnya, atau jenis transportasi umum apa yang tepat.

Sebaliknya, ini adalah versi ideal dari apa yang bisa menyeimbangkan masyarakat di seluruh dunia dan planet ini.

Seperti yang ditekankan oleh studi tersebut, mewujudkan visi tersebut membutuhkan perubahan struktural besar-besaran, termasuk penyebar luasan teknologi canggih dan layanan publik serta kebijakan untuk sepenuhnya menghilangkan ketimpangan di seluruh dunia.

“Saat ini, kami diberi tahu bahwa peran utama kami adalah sebagai konsumen. Orang-orang diajari untuk makan berlebihan karena begitulah cara Anda memahami diri sendiri, "katanya.

Dalam masyarakat permodelan alternatif penelitian tersebut, peneliti mengatakan kebutuhan orang akan terpenuhi, menghilangkan perjalanan pesawat yang tidak perlu, dan menghilangkan kesulitan ekonomi seperti penggusuran.

"Kami mungkin akan mengubah pola pikir, di mana kebutuhan dasar manusia terpenuhi, jadi Anda dapat mencoba hidup," kata Steinberger.

Baca juga: Inspirasi Energi: Ini Seluk Beluk Barakah, PLTN Pertama Bangsa Arab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com