Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Pekerja Kesehatan di India, Niat Membantu Justru Ditindas oleh Warga Terinfeksi Covid-19

Kompas.com - 05/10/2020, 10:33 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Sky News

NEW DELHI, KOMPAS.com- Pekerja kesehatan di India ditindas oleh sebagian warga saat berjuang untuk membantu mengendalikan penyebaran Covid-19.

Melansir Sky News pada Minggu (4/10/2020), Kiran, nama samaran, adalah salah satu pekerja dari Aktivis Kesehatan Sosial Terakreditasi (ASHA) yang ada di seluruh India.

Ia seorang janda dan ibu 4 anak, bercerita kepada Sky News tentang pengalamannya dilecehkan secara fisik dan verbal saat bekerja menangani pasien Covid-19.

"Mereka memukul kepala putri saya dengan tongkat besi, sehingga dia harus dilarikan ke rumah sakit dan saat ini masih sakit," ujar Kiran seperti yang dilansir dari Sky News pada Minggu (4/10/2020).

Ada juga, ia melanjutkan, "Seorang wanita menggigit saya dan mengatakan saya akan terinfeksi juga. Mereka memukuli saya dan putra saya tanpa ampun."

Baca juga: Virus Corona, Singapura Catat Satu Digit Kasus Harian dalam 7 Bulan

Ia mengungkapkan bahwa perlakuan itu dialaminya karena ia melakukan tugasnya. "Semua karena saya melacak salah satu anggota keluarga mereka yang terinfeksi virus corona," ucapnya.

ASHA adalah pekerja kesehatan komunitas perempuan yang bekerja di komunitas lokal mereka untuk mempromosikan dan mengatur perawatan kesehatan.

Dibentuk pada 2005, pasukan kesehatan yang semuanya perempuan ini, terkenal dengan pakaian merah cerah atau merah jambu. Mereka adalah penghubung penting antara layanan kesehatan publik pemerintah dan penduduk pedesaan negara itu.

Sebelum Covid-19, mereka dipercayakan puluhan tugas termasuk pemeriksaan kematian ibu, gizi buruk pada anak, vaksinasi sampai keluarga berencana.

Sekarang, mereka memainkan peran penting dalam memerangi virus corona di pedesaan dari negara yang mencatatkan jumlah kasus terbesar kedua di dunia.

Baca juga: Sulit Napas dan Mengkhawatirkan, Rangkuman Update Kondisi Trump Positif Corona

Mereka telah diberi tanggung jawab untuk melacak kontak dan memastikan karantina orang yang terinfeksi virus corona.

Namuan, banyak orang yang terinfeksi justru menyerang mereka, karena melihat mereka sebagai informan pemerintah yang mengadu.

Pasien Covid-19 kemudian sering dibawa ke fasilitas karantina yang berkualitas buruk dan keluarga mereka didiskriminasi.

Pengalaman Kiran yang dianiaya sudah menjadi pengalaman umum para pekerja ASHA.

Sky News berbicara kepada puluhan pekerja ASHA ini dan semuanya memiliki cerita pribadi tentang serangan dan pelecehan saat berada di lapangan.

Seorang anggota ASHA yang lain, Sunita Rani, mengatakan kepada Sky News, bahwa ia dan keluarganya mendapatkan ancaman, ketika Perdana Menteri Narendra Modi menyuruh semua orang untuk tinggal di rumah.

"Kami diperintahkan untuk pergi ke setiap rumah, mensurvei orang, mencari tahu siapa yang sakit, memaksa orang untuk tinggal di dalam rumah dan tidak berkumpul, yang mmebuat hidup pekerja ASHA dan keluarga mereka mendapatkan ancaman," ujar Rani.

Baca juga: Positif Virus Corona, Trump Alami Kelelahan dan Kesulitan Bernapas

Reena, seorang pekerja ASHA dari Gohana, mengatakan, "Saya dipukuli dengan sangat parah oleh polisi dalam perjalanan ke tempat kerja. Saya terus mengatakan kepada mereka bahwa saya adalah pekerja penting dan membantu layanan kesehatan. Tetapi, mereka terus memukul saya."

Setiap pekerja ASHA bertanggung jawab atas 1.000 hingga 1.500 orang di pedesaan dan daerah semi-perkotaan.

Mereka memeriksa kadar oksigen, memantau detak jantung pasien, mendeteksi demam, mensurvei dan melacak populasi pedesaan serta memberikan saran tentang tindakan pencegahan Covid-19.

Mandat mereka adalah menjaga agar penduduk pedesaan di negara itu sehat dan bebas pandemi.

Namun, kesehatan mereka sendiri terancam. Dengan hampir tidak ada perlindungan, mereka siap dipanggil siang dan malam dengan gaji bulanan sekitar 50 euro (Rp 870.000), termasuk 11 euro (Rp 191.415) untuk pekerjaan Covid-19 mereka.

Baca juga: Bangkit Usai Terkapar, Ini Kunci Sukses Italia Tangani Virus Corona...

Di beberapa negara bagian gajinya hampir setengahnya karena mereka dianggap sukarelawan tanpa status hukum dan tergantung pada belas kasihan pemerintah.

Seema, seorang pekerja ASHA selama 7 tahun, berkata, "Kami adalah pekerja garis depan, kami mempertaruhkan nyawa kami dan nyawa anak-anak kami."

"Anak-anak kami ingin memeluk kami begitu kami kembali, terkadang kami bahkan tidak punya waktu untuk mandi atau cuci muka," ucapnya.

Banyak pekerja ASHA tertular virus corona saat bekerja, bahkan puluhan dilaporkan meninggal.

Diabaikan, dianiaya dan terlalu banyak bekerja mereka sekarang melawan.

Lebih dari 600.000 pekerja melakukan protes di seluruh negeri untuk mendapatkan gaji dan perlindungan yang lebih baik.

Di rumah sakit sipil di Sonipat, puluhan orang mengambil cuti secara bergiliran untuk menunjukkan perbedaan pendapat.

Baca juga: Hanya Sebagian Kecil Pejabat yang Tahu Hope Hicks Positif Corona

“Kami yang pertama menghadapi kasus-kasus positif, kami melakukannya tanpa perlindungan. Tidak ada pengobatan jika kami jatuh sakit, tidak ada simpati dari pemerintah. Sangat sulit bagi kami untuk bekerja dan karena ketidakberdayaan, kami melakukan protes,” kata Sunita Rani.

India memiliki tingkat infeksi tertinggi kedua di dunia, setelah AS. Dengan jutaan kasus virus telah menyebar ke seluruh negara.

Kekhawatirannya adalah infeksi virus corona yang dapat menyebar di kota-kota yang lebih kecil dan di pedesaan, yang sistem perawatan kesehatan masyarakat sangat tidak memadai.

Selama beberapa dekade, pemerintah India hanya menghabiskan lebih dari 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk perawatan kesehatan masyarakat.

Lebih dari 70 persen penduduk terpaksa memilih perawatan kesehatan swasta yang mahal, yang dapat dengan mudah mendorong sebuah keluarga ke dalam kemiskinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com