NEW DELHI, KOMPAS.com- Pekerja kesehatan di India ditindas oleh sebagian warga saat berjuang untuk membantu mengendalikan penyebaran Covid-19.
Melansir Sky News pada Minggu (4/10/2020), Kiran, nama samaran, adalah salah satu pekerja dari Aktivis Kesehatan Sosial Terakreditasi (ASHA) yang ada di seluruh India.
Ia seorang janda dan ibu 4 anak, bercerita kepada Sky News tentang pengalamannya dilecehkan secara fisik dan verbal saat bekerja menangani pasien Covid-19.
"Mereka memukul kepala putri saya dengan tongkat besi, sehingga dia harus dilarikan ke rumah sakit dan saat ini masih sakit," ujar Kiran seperti yang dilansir dari Sky News pada Minggu (4/10/2020).
Ada juga, ia melanjutkan, "Seorang wanita menggigit saya dan mengatakan saya akan terinfeksi juga. Mereka memukuli saya dan putra saya tanpa ampun."
Baca juga: Virus Corona, Singapura Catat Satu Digit Kasus Harian dalam 7 Bulan
Ia mengungkapkan bahwa perlakuan itu dialaminya karena ia melakukan tugasnya. "Semua karena saya melacak salah satu anggota keluarga mereka yang terinfeksi virus corona," ucapnya.
ASHA adalah pekerja kesehatan komunitas perempuan yang bekerja di komunitas lokal mereka untuk mempromosikan dan mengatur perawatan kesehatan.
Dibentuk pada 2005, pasukan kesehatan yang semuanya perempuan ini, terkenal dengan pakaian merah cerah atau merah jambu. Mereka adalah penghubung penting antara layanan kesehatan publik pemerintah dan penduduk pedesaan negara itu.
Sebelum Covid-19, mereka dipercayakan puluhan tugas termasuk pemeriksaan kematian ibu, gizi buruk pada anak, vaksinasi sampai keluarga berencana.
Sekarang, mereka memainkan peran penting dalam memerangi virus corona di pedesaan dari negara yang mencatatkan jumlah kasus terbesar kedua di dunia.
Baca juga: Sulit Napas dan Mengkhawatirkan, Rangkuman Update Kondisi Trump Positif Corona
Mereka telah diberi tanggung jawab untuk melacak kontak dan memastikan karantina orang yang terinfeksi virus corona.
Namuan, banyak orang yang terinfeksi justru menyerang mereka, karena melihat mereka sebagai informan pemerintah yang mengadu.
Pasien Covid-19 kemudian sering dibawa ke fasilitas karantina yang berkualitas buruk dan keluarga mereka didiskriminasi.
Pengalaman Kiran yang dianiaya sudah menjadi pengalaman umum para pekerja ASHA.
Sky News berbicara kepada puluhan pekerja ASHA ini dan semuanya memiliki cerita pribadi tentang serangan dan pelecehan saat berada di lapangan.
Seorang anggota ASHA yang lain, Sunita Rani, mengatakan kepada Sky News, bahwa ia dan keluarganya mendapatkan ancaman, ketika Perdana Menteri Narendra Modi menyuruh semua orang untuk tinggal di rumah.
"Kami diperintahkan untuk pergi ke setiap rumah, mensurvei orang, mencari tahu siapa yang sakit, memaksa orang untuk tinggal di dalam rumah dan tidak berkumpul, yang mmebuat hidup pekerja ASHA dan keluarga mereka mendapatkan ancaman," ujar Rani.
Baca juga: Positif Virus Corona, Trump Alami Kelelahan dan Kesulitan Bernapas
Reena, seorang pekerja ASHA dari Gohana, mengatakan, "Saya dipukuli dengan sangat parah oleh polisi dalam perjalanan ke tempat kerja. Saya terus mengatakan kepada mereka bahwa saya adalah pekerja penting dan membantu layanan kesehatan. Tetapi, mereka terus memukul saya."
Setiap pekerja ASHA bertanggung jawab atas 1.000 hingga 1.500 orang di pedesaan dan daerah semi-perkotaan.
Mereka memeriksa kadar oksigen, memantau detak jantung pasien, mendeteksi demam, mensurvei dan melacak populasi pedesaan serta memberikan saran tentang tindakan pencegahan Covid-19.
Mandat mereka adalah menjaga agar penduduk pedesaan di negara itu sehat dan bebas pandemi.
Namun, kesehatan mereka sendiri terancam. Dengan hampir tidak ada perlindungan, mereka siap dipanggil siang dan malam dengan gaji bulanan sekitar 50 euro (Rp 870.000), termasuk 11 euro (Rp 191.415) untuk pekerjaan Covid-19 mereka.
Baca juga: Bangkit Usai Terkapar, Ini Kunci Sukses Italia Tangani Virus Corona...
Di beberapa negara bagian gajinya hampir setengahnya karena mereka dianggap sukarelawan tanpa status hukum dan tergantung pada belas kasihan pemerintah.
Seema, seorang pekerja ASHA selama 7 tahun, berkata, "Kami adalah pekerja garis depan, kami mempertaruhkan nyawa kami dan nyawa anak-anak kami."
"Anak-anak kami ingin memeluk kami begitu kami kembali, terkadang kami bahkan tidak punya waktu untuk mandi atau cuci muka," ucapnya.
Banyak pekerja ASHA tertular virus corona saat bekerja, bahkan puluhan dilaporkan meninggal.
Diabaikan, dianiaya dan terlalu banyak bekerja mereka sekarang melawan.
Lebih dari 600.000 pekerja melakukan protes di seluruh negeri untuk mendapatkan gaji dan perlindungan yang lebih baik.
Di rumah sakit sipil di Sonipat, puluhan orang mengambil cuti secara bergiliran untuk menunjukkan perbedaan pendapat.
Baca juga: Hanya Sebagian Kecil Pejabat yang Tahu Hope Hicks Positif Corona
“Kami yang pertama menghadapi kasus-kasus positif, kami melakukannya tanpa perlindungan. Tidak ada pengobatan jika kami jatuh sakit, tidak ada simpati dari pemerintah. Sangat sulit bagi kami untuk bekerja dan karena ketidakberdayaan, kami melakukan protes,” kata Sunita Rani.
India memiliki tingkat infeksi tertinggi kedua di dunia, setelah AS. Dengan jutaan kasus virus telah menyebar ke seluruh negara.
Kekhawatirannya adalah infeksi virus corona yang dapat menyebar di kota-kota yang lebih kecil dan di pedesaan, yang sistem perawatan kesehatan masyarakat sangat tidak memadai.
Selama beberapa dekade, pemerintah India hanya menghabiskan lebih dari 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk perawatan kesehatan masyarakat.
Lebih dari 70 persen penduduk terpaksa memilih perawatan kesehatan swasta yang mahal, yang dapat dengan mudah mendorong sebuah keluarga ke dalam kemiskinan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.