Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cinta Bersemi Saat Jerman Bersatu

Kompas.com - 03/10/2020, 05:46 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Cinta bersemi setelah Tembok Berlin runtuh. Sebagai pasangan dari Jerman Timur-Barat, dua orang ini banyak belajar tentang negara masing-masing. Ada sisi yang baik, ada juga yang kurang baik, dan terkadang memalukan.

Berikut ini penuturan Bettina Stehkämper kepada DW.

Saat itu, laki-laki yang kelak menjadi suami saya sedang berkunjung ke Jerman Barat untuk pertama kalinya. Tahun 1989, setelah Tembok Berlin runtuh, dia teman-temannya menghabiskan malam tahun baru di kota Münster, tempat salah seorang kenalan mereka tinggal.

Ketika pertama bertemu di malam tahun baru, kami berbicara dengan bahasa yang sama. Tetapi negara asal kami, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur, terasa asing, tapi itu tidak masalah.

Keluarga saya memang tidak punya sanak saudara di timur, jadi kami tidak melakukan hal-hal seperti menaruh lilin di jendela untuk mengenang “saudara kami di timur” seperti yang dilakukan sejumlah orang.

Sedangkan keluarga suami saya dari timur juga tidak punya kerabat yang merindukan mereka di barat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tembok Berlin Dibuka untuk Pertama Kalinya

Visi politik

Kalau menurut istilah masa kini, saya dan suami bisa disebut punya tingkat kompatibilitas yang tinggi: koleksi lagu kami nyaris sama. Tetapi di barat, saya mengumpulkan koleksi ini dengan cara yang lebih mudah dan murah.

Kami juga punya banyak kesamaan lain: selera dalam dekorasi, ketertarikan akan budaya, serta empati sosial. Dengan cepat kami juga sadar bahwa kami memiliki pandangan politik yang mirip, mulai dari kebijakan lingkungan hingga kebijakan yang progresif tentang keluarga.

Kami berdua memandang peristiwa runtuhnya Tembok Berlin sebagai kesempatan demokratis untuk kembali mendefinisikan negara kami: Jerman yang bersatu.

Dengan penuh harapan, kami ikuti diskusi dengan pelbagai grup dari timur yang mendesain konstitusi baru.

Suami saya sudah muak dengan SED, Partai Sosialis Bersatu yang memimpin Jerman Timur, dan saya endiri jenuh dengan pemerintahan konservatif Jerman Barat yang waktu itu dipimpin Helmut Kohl.

Awal dekade 90-an, ribuan orang pindah ke barat, terutama perempuan muda. Tapi bagi saya malah kebalikannya.

Saya berhenti kerja dan meninggalkan rumah di Barat untuk pindah ke sebuah apartemen dengan dua kamar tidur di Timur.

Langkah ini sebetulnya ilegal karena sebagai warga Jerman Barat, saya tidak boleh tinggal di Timur tanpa izin.

Baca juga: Keterlibatan Jerman dalam Aksi Pembantaian Massal Pasca G30S-1965 di Indonesia

Pertanyaan seputar identitas Barat dan Timur

Media dengan cepat mengendus keberadaan hubungan kami yang tidak biasa. Seorang perempuan dari Jerman barat tinggal dengan seorang laki-laki di Jerman Timur.

Akhirnya, pertanyaan yang sama muncul di tiap wawancara. Apa artinya menjadi seseorang dari Jerman Timur atau Barat?

Pertanyaan ini selalu membuat kami bingung, kami tidak tahu harus menjawab apa. Kami jatuh cinta karena persamaan kami, tetapi kami akhirnya merasa harus menemukan jawaban untuk memuaskan media.

Jadi kami akhirnya menjawab pilihan kami akan tisu pembasuh. Suami saya mengatakan ia lebih memilih tisu dengan tekstur yang keras dari timur, sedangkan saya lebih suka tisu lembut dari barat. Mayoritas jurnalis puas dengan jawaban itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com