Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Tak Ingin Mencalonkan Diri karena Dia Bakal Berumur 98 Tahun di Pemilu Malaysia Selanjutnya

Kompas.com - 27/09/2020, 19:39 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Mothership

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengungkapkan alasan mengapa dia tak ingin mencalonkan diri di pemilu selanjutnya.

Politisi berjuluk Dr M itu mengatakannya di depan awak media di pusat layanan anggota parlemen Langkawi pada Sabtu waktu setempat (26/9/2020).

Jika mengacu kepada jadwal, Pemilu Malaysia yang akan memasuki edisi ke-15 akan dilaksanakan pada pertengahan 2023 mendatang.

Baca juga: Mahathir Tidak Akan Calonkan Diri di Pemilu Malaysia Selanjutnya

Mahathir Mohamad akan berusia 98 tahun jika dia nekat mencalonkan diri menjadi PM Malaysia. Karena itu, dia tidak akan melakukannya.

Politisi yang kini berusia 95 tahun tersebut berujar, dia akan membagikan pengalaman dan nasihatnya di partai yang baru didirikannya, Partai Pejuang.

Ingin anak yang mewarisi jejaknya

Sebelum kepada wartawan, politisi yang berasal dari daerah pemilihan Langkawi itu sudah mengungkapkan niatnya kepada kantor berita Jepang, Kyodo.

"Saya ingin menjabat sedikit lebih lama. Tetapi saya kira saya hanya akan menjabat dalam periode singkat," ujar dia sebelumnya seperti dikutip Mothership.

Karena itu, mantan PM Malaysia periode 2018-2020 itu menegaskan bahwa dia tidak akan berpartisipasi dalam pemilu tiga tahun mendatang.

Baca juga: Anwar Ibrahim Mengaku Kantongi Suara Mayoritas, Ini Respons Mahathir Mohamad

Karena itu, Mahathir menuturkan dia berharap anaknya, Mukhriz, yang akan meneruskan jejaknya. "Terserah dia. Saya tidak akan menghalangi," jelasnya.

Saat ini, Mukhriz merupakan presiden interim dari Partai Pejuang, yang didirikan tidak lama setelah Dr M didepak dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia.

Mahathir Mohamad menuai rekor sebagai pemimpin terpilih tertua di dunia tatkala dia menang bersama koalisi Pakatan Harapan pada 2018.

Dia sebelumnya sudah memegang catatan sebagai PM terlama dalam sejarah "Negeri Jiran", ketika memimpin pada periode 1981 sampai 2003 silam.

Baca juga: Dituduh Mahathir Memecah Dukungan Melayu, Ini Jawaban Syed Saddiq

Pemilu di tengah Covid-19 adalah ide buruk

Dalam kesempatan tersebut, Mahathir juga ditanya terkait kemungkinan Malaysia menggelar pemilu di tengah mewabahnya Covid-19.

Pertanyaan itu diajukan mengingat mantan sekutunya, Anwar Ibrahim, mengklaim dia mendapatkan suara mayoritas untuk menggulingkan PM saat ini, Muhyiddin Yassin.

Terdapat rencana jika Raja Malaysia tidak merestui Anwar, maka opsi lainnya adalah membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini.

Mahathir Mohamad menjawab bahwa dalam kondisi normal, Muhyiddin bisa mengakhiri pemerintahannya demi memberikan jalan bagi pemilihan.

"Tapi saat ini, negara tengah menghadapi masalah Covid-19. Dampaknya adalah pembengkakan biaya bagi pemilu. Belum lagi potensi orang terpapar," jelasnya.

Dia menyatakan jika pemilu nekat dijalankan, maka banyak orang bakal terpapar virus corona dan meninggal. Dia pun meminta agar kesehatan tak dikorbankan demi politik.

Baca juga: Mahathir: Muhyiddin, Perdana Menteri yang Lemah dan Tak Berdaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com