Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Myanmar Buka-bukaan soal Genosida Rohingya: Tembak Semua dan Perkosa

Kompas.com - 17/09/2020, 17:15 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

RAKHINE, KOMPAS.com - Saat ini dua tentara Myanmar diyakini tengah ditahan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, dua bulan setelah mereka mengaku dalam sebuah video, ikut dalam “pemusnahan” minoritas Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar.

Tepatnya pada Juli lalu, kedua tentara tersebut mengaku terlibat dalam pembunuhan sekitar 180 warga sipil selama operasi militer pada tahun 2017, yang akhirnya memaksa sekitar 750.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

Salah satu tentara bernama Myo Win Tun (33) mengatakan, dirinya diperintah untuk “menembak semua yang Anda lihat dan dengar”, sembari menambahkan bahwa dia juga melakukan pemerkosaan selama operasi itu.

Baca juga: Nasib Kelompok Rohingya Setelah 3 Tahun Eksodus dari Tanah Kelahiran

Sementara tentara lainnya Zaw Naing Tun (30) mengatakan, dia bertugas berjaga-jaga ketika perwira seniornya memperkosa wanita Rohingya.

Keduanya juga turut menyebutkan nama dan pangkat 17 tentara lainnya yang menurut mereka terlibat dalam perilaku kejam itu, termasuk enam komandan senior yang memerintahkan mereka untuk “memusnahkan” semua warga Rohingya.

Video pengakuan mereka direkam oleh Arakan Army (AA), kelompok pemberontak Rakhine yang berjuang memerangi militer Myanmar. Video itu dirilis oleh LSM bernama Fortify Rights, yang mengklaim telah menganalisis rekaman tersebut dan menyebutnya kredibel.

Kekejaman yang dilakukan terhadap minoritas Muslim Rohingya yang tinggal di barat laut Myanmar itu telah didokumentasikan oleh penyidik PBB dan kelompok HAM.

ICC saat ini sedang menyelidiki apakah pemimpin militer Myanmar, Tatmadaw, terlibat melakukan kejahatan terhadap Rohingya.

Baca juga: Menlu: 296 Pengungsi Etnis Rohingya Non-reaktif Covid-19

Masih belum jelas bagaimana ICC akan merespons pengakuan dua tentara dalam video tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke DW, ICC mengatakan tidak dapat berkomentar terkait penyelidikan yang sedang berlangsung.

Kedua tentara itu juga belum secara resmi didakwa melakukan kejahatan apa pun.

Bagaimana kedua tentara itu sampai di Den Haag?

Myo Win Tun dan Zaw Naing Tun muncul di perbatasan Myanmar-Bangladesh pada Agustus lalu setelah meninggalkan pos militer mereka, demikian menurut laporan media.

Tidak jelas disebutkan dalam laporan tersebut bagaimana kedua pria itu kemudian jatuh ke tangan AA, mengapa mereka membuat pengakuan, atau bagaimana akhirnya mereka dibawa ke Belanda dan di bawah otoritas siapa.

“Setibanya mereka di Bangladesh, pemerintah di Dhaka menghubungi ICC, dan kami menduga bahwa ICC melakukan perjalanan ke Bangladesh dan akhirnya membawa dua pria itu ke Den Haag,” kata Matthew Smith CEO Fortify Rights kepada DW.

Baca juga: Tiga Hari Berturut-turut Rohingya Meninggal di Lhokseumawe, Alami Sesak Napas dan Demam Tinggi

“Mereka jelas bukan turis di Belanda,” tambahnya.

Payam Akhavan pengacara asal Kanada yang mewakili Bangladesh di ICC, mengonfirmasi kepada DW bahwa kedua pria itu muncul di pos perbatasan meminta perlindungan kepada pemerintah Bangladesh, dan telah mengaku melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan terhadap warga Rohingya pada 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com