Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Dianggap sebagai "Provokator" Kebangkitan QAnon di Eropa

Kompas.com - 16/09/2020, 06:18 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - QAnon, konspirasi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), tumbuh dan bergerak cepat, menurut para pakar telah memicu ketakutan dan dianggap ada karena dipicu oleh wabah virus corona.

QAnon adalah konspirasi tentang para penyembah setan, komplotan rahasia paedofil yang diam-diam menjalankan dunia dan mengakar di Eropa.

Anti-vaxxers, supremasi kulit putih dan pemerintah yang skeptis di Eropa mulai mempercayai konspirasi itu, yang ternyata juga mendukung Donald Trump. Konspirasi ini muncul di seberang Atlantik pada 2017.

Puluhan cabang QAnon Eropa telah bermunculan secara online, sementara pengunjuk rasa mengacungkan pesan bertema Q pada demonstrasi di Berlin, London dan Paris yang mengecam pemakaian masker untuk mengekang penularan wabah.

"Sementara pertumbuhan konspirasi di AS telah menjadi proses luar dan terlihat, apa yang kurang diperhatikan adalah pertumbuhan akar QAnon yang luas dan menyebar di Eropa," ungkap sebuah situs berita yang memonitor berita palsu, NewsGuard .

Kantor berita itu memperingatkan dalam sebuah laporan pada bulan Juli lalu. Fenomena ini mengidentifikasi krisis Covid-19 sebagai "katalis" atau penyebab kebangkitan QAnon di Eropa.

Orang yang percaya QAnon berpendapat bahwa mereka yang berada dalam pemerintah tingkat tinggi yang tidak dikenal dengan nama sandi Q sedang bekerja untuk mengungkap komplotan rahasia anti-Trump yang menjalankan penyembahan Setan, jaringan perdagangan anak internasional dan berusaha untuk memaksakan "tatanan dunia baru".

Trump tidak menyangkal gerakan tanpa wajah dan tanpa kepala itu, dengan sepenuh hati mengucapkan selamat kepada penganut QAnon, Marjorie Taylor Greene, setelah dia memenangkan kontes utama Kongres Partai Republik di Georgia.

Baca juga: Twitter Blokir QAnon, Siapa Mereka?

Pertumbuhan berlipat

"Kami menyaksikan adaptasi dari teori ini ke dalam narasi yang berpusat pada Uni Eropa (EU) atau bahkan narasi lokal, di mana mereka bergabung dengan konspirasi yang sudah ada sebelumnya," ungkap laporan NewsGuard.

Pada bulan Juli lalu, kantor berita itu menghitung hampir 450.000 situs pengikut QAnon tak dikenal di Perancis, Italia, Jerman dan Inggris.

Editor NewsGuard Eropa, Chine Labbe melaporkan pada media Perancis AFP bahwa jumlah situs web itu, halamannya, kelompok-kelompoknya dan akun-akunnya muncul di akhir 2019 dan awal 2020. Dan mereka tumbuh secara eksponen atau berlipat.

Di Eropa sendiri, QAnon menyebarkan "gagasan bahwa pandemi adalah bagian dari rencana yang diterapkan dunia elit, dengan Bill Gates sebagai pengaturnya, untuk memvaksinasi hampir seluruh populasi dunia," kata laporan NewsGuard.

Beberapa juga telah mengemukakan bahwa gagasan tentang jaga jarak sosial (social distancing), lockdown, adalah rekayasan CIA sebagai bentuk penyiksaan.

Miro Dittrich, peneliti Jerman yang memantau ekstremisme daring mengatakan bahwa bukan hal aneh jika konspirasi berkembang di saat krisis. Ketika orang-orang merasa mereka tidak punya wewenang, mereka mulai menyalahkan pihak lain.

Baca juga: Konspirasi QAnon, Akankah Berdampak pada Pemilu Presiden AS?

Kepada AFP, Dittrich mengatakan, "Seperti sesudah 11 September, yang mana telah menginspirasi banyak teori konspirasi, saya khawatir kita menyaksikan fenomena serupa di tengah pandemi ini."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com