Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Israel Benjamin Netanyahu Disebut Tak Berniat Bahas Perdamaian dengan Palestina

Kompas.com - 15/09/2020, 19:55 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

TEL AVIV, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut sama sekali tak berniat untuk membahas perdamaian dengan rakyat Palestina.

Klaim itu disampaikan pemimpin oposisi Yair Lapid, jelang penandatanganan pemulihan diplomatik dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA).

Penandatanganan itu bakal dilaksanakan di Gedung Putih, di mana Presiden Donald Trump bertindak sebagai tuan rumah bagi tiga negara itu.

Baca juga: Palestina: UEA Tidak Berhak Ikut Campur Urusan Masjid Al Aqsa

Ini merupakan pemulihan relasi diplomatik pertama Israel dengan negara Arab, sejak mereka berdamai dengan Yordania pada 1994 silam.

Lapid sendiri merespons baik kesepakatan itu. Namun di sisi lain, dia meminta agar Tel Aviv terus melanjutkan negosiasi damai dengan Palestina.

Di kantor parlemen, pemimpin oposisi itu menerangkan selama ini pemerintahan Benjamin Netanyahu berkoar sudah mencapai kesepakatan dengan nagara Sunni yang moderat.

Tetapi, mereka tidak bernegosiasi dengan Palestina. "Ini bukanlah pencapaian. Melainkan hanya demi kepentingan Israel semata," kritiknya.

Ramallah sendiri sudah mengecam perjanjian itu, yang disebut terlalu dini sebelum mereka mencapai solusi dua negara demi perdamaian Israel dan Palestina.

Lapid yang mengetuai Partai Yesh Atid berujar, dia juga mengkritik Ramallah karena hanya menunggu negara Arab dan dunia "bekerja untuk mereka".

Baca juga: September 1970: Black September, Peperangan Yordania Melawan Organisasi Pembebasan Palestina

Menurutnya, seharusnya pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas lebih proaktif daripada terus menerus mengeluh dan merasa bahwa mereka menjadi korban.

Dilansir AFP Selasa (15/9/2020), dia juga menuturkan permintaan dasar Palestina demi perdamaian yang dirasanya tidak realistis.

Ramallah meminta agar mereka memperoleh status kemerdekaan dengan wilayah sebelum Perang Enam Hari 1967, di mana Tel Aviv merebut Yerusalem Timur dan Tepi Barat.

Mereka juga menyerukan agar seluruh pengungsi yang terusir ketika pembentukan negara Israel pada 1948 kembali beserta seluruh keturunannya.

"Permintaan mereka jelas tidak akan berhasil. Mereka harus segera kembali ke meja perundingan. Kami harus kembali merundingkannya," kata dia.

Baca juga: Liga Arab Tolak Permintaan Palestina untuk Kecam Normalisasi Hubungan UEA-Israel

Rakyat Palestina mengecam keputusan UEA dan Israel.EPA via BBC INDONESIA Rakyat Palestina mengecam keputusan UEA dan Israel.

Solusi dua negara

Terakhir kali kedua negara menggelar perundingan adalah pada era Presiden AS Barack Obama di 2014, di mana negosiasi itu tumbang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com