Sementara pada saat ini, Ramallah memutus kontak dengan pemerintahan Presiden Trump, yang mereka anggap terus memberikan dukungan bagi Tel Aviv.
Penyebabnya adalah pengumuman Trump mengenai rumusan perdamaian yang dipaparkan pada Januari lalu, di mana Washington merestui aneksasi Tepi Barat. Termasuk Lembah Yordan.
Baca juga: UNCTAD: Palestina Terancam Alami Resesi Lebih Buruk karena Covid-19
Lapid menjelaskan, mereka harus mulai mendiskusikan solusi dua negara. Tapi, dia tidak yakin pemerintahan Netanyahu bersedia melakukannya.
Sebabnya adalah segudang masalah yang dialami PM Israel berjuluk Bibi tersebut. Antara lain tuduhan dia melakukan korupsi.
Kemudian anggapan bahwa dia gagal menangani virus corona, terbukti dengan keputusannya untuk menerapkan lockdown kedua pada pekan ini.
Lapid kemudian menujuk dua mantan sekutunya, Benny Gantz dan Gabi Ashkenazi, yang memilih untuk menyeberang dan bergabung dengan Netanyahu.
Mereka masing-masing mendapatkan jabatan menteri pertahanan dan menteri luar negeri. Namun dalam pandangan Lapid, mereka tak punya pengaruh.
"Keputusna Netanyahu menyepakati perjanjian dengan UEA dan kemudian Bahrain menunjukkan mereka tidak tahu dan tak diajak berkonsultasi," tuduhnya.
Baca juga: Raja Salman ke Trump : Saudi Ingin Solusi yang Adil untuk Palestina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.