Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang: Rahasia Taktik Dau Tranh yang Bungkam AS di Perang Vietnam

Kompas.com - 15/09/2020, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

HANOI, KOMPAS.com - Perang Vietnam atau Perang Indocina II menjadi salah satu cerita paling mencengangkan dalam sejarah peperangan.

Tentara Vietnam Utara (Viet Minh) yang di atas kertas kalah segala-galanya dari Amerika Serikat (AS) yang hendak menguasai Vietnam Selatan, justru sanggup memukul mundur lawannya.

Vietnam saat itu terbagi dua, yaitu Utara dan Selatan sesuai Perjanjian Jenewa setelah Perancis kalah di Perang Indocina I pada Juli 1954.

Baca juga: Kisah Perang: Douglas Bader Pilot Tanpa Kaki yang jadi Legenda Inggris

Kala itu Vietnam dijanjikan agar diadakan pemilih untuk menyatukan mereka dua tahun kemudian, tapi kenyataannya nihil.

Setahun kemudian Ngo Dinh Diem muncul sebagai pemimpin Vietnam Selatan yang didukung AS, sedangkan Ho Chi Minh tetap memimpin negara komunis di Vietnam Utara.

Para ahli strategi Hanoi mengaku tak pernah membayangkan mereka bisa menghabisi AS, meski di depan musuhnya mereka berkata sebaliknya.

Seperti yang dikatakan propagandis komunis, "Kekuatan massa yang digerakkan partai" terbukti jauh lebih efektif daripada kekuatan militer konvensional yang dibawa tentara "Negeri Paman Sam".

Baca juga: Kutipan Inspiratif Douglas Bader, Pilot Tanpa Kaki yang Ditakuti Jerman

Panglima tertinggi pasukan militer Vietnam Vo Nguyen Giap saat itu mengatakan, AS lebih unggul dari pasukannya, tetapi mereka justru tidak memahami kekuatan dan kelemahan sendiri, yang berbeda dari pasukan Hanoi.

Di peperangan yang berlangsung mulai November 1955 sampai 30 April 1975 ini Vietnam menganut strategi Dau Tranh. Douglas Pike eks perwira Kementerian Luar Negeri AS menerangkan, Dau Tranh adalah taktik menggunakan "orang sebagai alat perang".

"Mistik yang mengelilinginya meliputi organisasi, mobilisasi, dan motivasi orang-orang. Kekerasan juga diperlukan tapi bukan itu tujuannya," ujarnya dikutip dari Daily Beast edisi 18 November 2017.

Wisatawan berada di sekitar pesawat bekas yang digunakan dalam perang Vietnam, di pelataran Museum Sejarah Militer Vietnam, Hanoi, Vietnam, Minggu (24/3/2019). Museum yang memamerkan  berbagai peralatan tempur dan dokumen bangsa Vietnam dalam upaya mendirikan serta mempertahankan tanah airnya itu menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Hanoi.ANTARA FOTO/R REKOTOMO Wisatawan berada di sekitar pesawat bekas yang digunakan dalam perang Vietnam, di pelataran Museum Sejarah Militer Vietnam, Hanoi, Vietnam, Minggu (24/3/2019). Museum yang memamerkan berbagai peralatan tempur dan dokumen bangsa Vietnam dalam upaya mendirikan serta mempertahankan tanah airnya itu menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Hanoi.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk merebut kekuasaan dengan melumpuhkan masyarakat dengan cara-cara khusus yaitu pembunuhan, propaganda, dan perang gerilya yang dipadukan operasi militer konvensional.

Baca juga: Kisah Perang: Saat Nazi Kena Tipu Armada Abal-abal Ghost Army

Merekrut petani

Dirangkum dari BBC, Vietnam menggunakan taktik berakronim PEG (Peasants, Enemy, Guerilla) untuk melawan AS.

Peasants (petani) "direkrut" tentara Vietcong setelah berperilaku baik ke mereka, terkadang sampai membantunya di sawah. Sebab, para Vietcong butuh makanan, perlindungan, dan tempat sembunyi dari para petani.

Vietcong sendiri adalah akronim dari Vietnam Cong-san atau komunis Vietnam, istilah yang dipakai AS untuk Front Pembebasan Nasional (NLF) yang dibentuk dengan dukungan Vietnam Utara.

Enemy (musuh) adalah cara Vietcong mendoktrinasi para petani bahwa sawah mereka akan direbut lagi oleh AS dan Vietnam Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com