Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Jadi Negara Pertama yang Terapkan Lockdown Kedua Cegah Virus Corona

Kompas.com - 14/09/2020, 16:41 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

TEL AVIV, KOMPAS.com - Israel menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan lockdown kedua, setelah kasus virus corona di sana kembali meningkat.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjelaskan mengenai kenaikan baik dalam laporan infeksi maupun kematian melalui konferensi pers yang disiarkan televisi.

Lockdown itu disebut bakal berlangsung selama tiga pekan dimulai pada Jumat pukul 14.00 waktu setempat (18/9/2020), bertepatan dengan Rosh Hashana, atau Tahun Baru Yahudi.

Baca juga: Israel Lockdown Lagi Setelah Kasus Baru Lewati 4.000 Pekan Lalu

"Saya tahu langkah ini akan mendatangkan kerugian bagi kita. Ini bukan hari libur yang kita inginkan. Kita tak bisa merayakannya bersama keluarga besar," kata Netanyahu.

Dia kemudian meminta publik Israel menaati aturan yang diberikan pemerintahannya, seraya percaya diri vaksin yang dikembangkan bakal selesai.

Saat ini negara rival Iran itu merupakan salah satu yang terburuk di dunia dalam hal rerata infeksi per kapita, dengan 37.482 kasus aktif.

Pada Minggu (13/9/2020), Tel Aviv mengumumkan 3.167 pasien positif, meningkat dibanding sehari sebelumnya yakni 2.715 penderita (12/9/2020).

Dilansir Sky News, mereka juga menyampaikan rekor tertinggi di mana 519 pasien dalam kondisi serius, dengan 144 di antaranya harus diintubasi. Kemudian 1.119 orang meninggal.

Keputusan tersebut dilaporkan meningkatkan ketegangan politik di pemerintahan Netanyahu, dengan rapatnya saja berlangsung selama tujuh jam.

Baca juga: 13 Hakim Positif Covid-19, PN Medan Lockdown

PM Israel berjuluk Bibi itu menjadi sasaran kritik saat dia sampai ke bandara sebelum bertolak ke Washington, di mana dia akan menandatangani pemulihan hubungan diplomatik dengan Bahrain.

Pemimpin dari Partai Likud itu harus menghadapi tuntutan dari massa dalam beberapa pekan terakhir, utamanya karena korupsi dan caranya menangani virus corona.

Bahkan, keputusannya kembali menerapkan lockdown ditentang oleh sejumlah menteri, di mana alasannya beragam mulai dari keagamaan hingga ekonomi.

Baik menteri dari ekonomi dan sains memperingatkan, kerusakan ekonomi yang ditimbulkan dari penerapan karantina wilayah bisa jadi tak bakal pulih.

Baca juga: Kasus Corona Meningkat, Birmingham Lockdown Ketat, Pertemuan Rumah Tangga Dilarang

Menteri Keuangan Israel Katz menyalahkan kementerian kesehatan karena dianggap tak becus, dan menyebut ratusan ribu bakal kehilangan pekerjaan.

Sementara Menteri Energi Yuval Steinitz menyatakan, seharusnya mereka sudah mengibarkan tanda darurat sejak 1-2 bulan sebelumnya.

Menteri Perumahan Yaacov Litzman mengundurkan diri sebagai bentuk protes karena lockdown tersebut bisa memengaruhi kegiatan keagamaan,

Namun, pemerintah merasa perlu memberlakukannya karena sepanjang September hingga Oktober, terdapat sejumlah kegiatn keagamaan yang ditengarai bisa jadi klaster penularan baru.

Ronni Gamzu, komisioner penanganan Covid-19 sejak Agustus memeringatkan, tingkat infeksi bisa semakin buruk jika mereka tak segera bertindak.

Baca juga: Inggris Buat Aturan Permanen Aborsi dari Rumah Sejak Sukses Dilakukan Selama Lockdown

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com