Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Yunani Bangun Kamp Pengungsian Permanen, Gantikan Kamp yang Hancur Terbakar

Kompas.com - 14/09/2020, 14:37 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

ROMA, KOMPAS.com - Yunani mengatakan akan membangun pusat penerimaan permanen bagi para migran dan pengungsi di pulau Lesbos, untuk menggantikan kamp Moria yang hancur.

Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan pusat baru itu merupakan kesempatan untuk mengatur ulang kebijakan dalam menangani kedatangan migran, menurut kabar yang dilansir dari BBC pada Senin (14/9/2020). 

Kamp lama di Moria yang penuh sesak telah terbakar pada pekan lalu, menyebabkan lebih dari 12.000 orang pengungsi terlantar tanpa tempat tinggal atau sanitasi yang layak.

Baca juga: Kebakaran Besar di Kamp Moria, Yunani Diindikasi Ulah Pengungsi

Penghuni kamp, bagaimanapun, mengatakan mereka hanya ingin kesempatan untuk dimukimkan kembali di negara-negara Uni Eropa lainnya.

Sejak kamp Moria hancur, para migran dan pengungsi telah memprotes rencana untuk membangun kamp lain.

Sementara, penduduk setempat di Lesbos menentang adanya pusat kamp permanen, karena kamp permanen dinilai akan terlalu membebani pulau kecil Lesbos.

"Apa yang terjadi di Moria, yang merupakan tragedi, harus dilihat sebagai sebuah peluang," kata Mitsotakis.

Baca juga: Ribuan Pengungsi Kembali ke Jalanan Setelah Kebakaran Kamp di Moria, Yunani

Pertama-tama, sebagai kesempatan untuk mengaktifkan kembali Eropa ke arah solidaritas kepada Yunani, dan untuk mengadopsi kebijakan imigrasi dan suaka bersama di tingkat Komisi Eropa.

Kesempatan kedua dari tragedi ini disebutkannya adalah, untuk membuat Lesbos memiliki kamp pengungsi permanen, dan memperbaiki pengelolaan masalah pengungsi, untuk menghindari persepsi salah urus pengungsi.

Kebijakan migran UE

Pertanyaan tentang bagaimana menangani kedatangan massal para migran, terutama ke Italia dan Yunani, telah memecah belah Uni Eropa selama bertahun-tahun.

Kedua negara menuduh negara-negara utara yang lebih kaya gagal berbuat lebih banyak.

Anggota UE Eropa Tengah dan Timur secara terbuka menolak gagasan untuk mengambil kuota migran.

Baca juga: Penasihat Erdogan Sesumbar Turki Mampu Jatuhkan 5 sampai 6 Jet Tempur Yunani

Kamp Moria awalnya dirancang untuk menampung 3.000 migran dan pengungsi. Namun, hingga terakhir saat terjadinya kebakaran, kamp tersebut telah menampung lebih dari 12.000 orang.

Orang-orang dari 70 negara telah berlindung di sana, tetapi sebagian besar berasal dari Afghanistan.

Kebakaran terjadi di lebih dari 3 tempat di kamp pada Selasa malam, menurut kepala pemadam kebakaran setempat Konstantinos Theofilopoulos. Kebakaran lebih lanjut membuatnya hampir hancur total.

Kebakaran dimulai beberapa jam setelah laporan bahwa 35 orang dinyatakan positif Covid-19 di kamp.

Pihak berwenang menempatkan fasilitas itu di bawah karantina pada pekan lalu, setelah seorang migran Somalia dipastikan tertular virus corona.

Baca juga: Ketegangan di Laut Mediterania, Mengapa Turki Tak Mulai Perang dengan Yunani?

Sejak melarikan diri dari kobaran api yang menghancurkan kamp pada Rabu (9/9/2020), banyak keluarga telah tidur di ladang dan di jalan.

Otoritas Yunani kemudian membangun kamp sementara di dekat kamp yang terbakar, yang disebut Kara Tepe, tempat beberapa orang dapat ditampung.

Pada Jumat, Jerman mengumumkan bahwa 10 negara Eropa telah setuju untuk mengambil kuota 400 anak di bawah umur tanpa pendamping yang telah tinggal di Moria.

Namun, sejumlah kelompok amal dan LSM menulis kepada pemerintah Jerman bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk semua migran, tidak hanya anak-anak di bawah umur.

"Situasi memalukan di kamp dan bencana kebakaran adalah akibat langsung dari kebijakan pengungsi di Eropa yang gagal, sekarang UE akhirnya harus membantu orang-orang yang terkena dampak," bunyi surat terbuka itu.

Baca juga: Turki Kerahkan Latihan Militer di Siprus Utara di Tengah Ketegangan dengan Yunani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com