BERLIN, KOMPAS.com - Para demonstran ekstrem kanan pada Sabtu (29/8/2020) kemarin di Berlin menembus pembatas polisi dan mencoba memasuki gedung parlemen Reichstag sembari mengusung simbol Nazi.
Insiden itu disebut sebagai "kejadian memalukan" oleh para politisi Jerman.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menggambarkan insiden di depan gedung Reichstag di Berlin sebagai sebuah "serangan terhadap jantung demokrasi kita."
Alle haben Recht, über Umgang mit Corona zu streiten & natürlich für Ihre Meinung zu demonstrieren.
NIEMAND sollte dafür Rechtsextremen hinterherlaufen, PolizistInnen gefährden & viele einem Infektionsrisiko aussetzen.
Reichsflaggen vorm Parlament sind beschämend.#Berlin2908
— Heiko Maas ???????? (@HeikoMaas) August 29, 2020
Pada Sabtu sore (29/8/2020), ratusan orang mencoba memaksa masuk ke dalam gedung parlemen Reichstag di Berlin dan berhasil menerobos barikade penghalang dan menaiki tangga sebelum dihentikan oleh beberapa polisi yang berjaga.
Baca juga: Pasangan Ini Memakai Masker Berlogo Nazi saat Berbelanja, Pelanggan Lain Protes
Banyak demonstran yang mengenakan atribut Nazi dan membawa bendera gerakan ekstrem kanan "Reichsbürger" yang menolak legitimasi negara Republik Federal Jerman.
Frank-Walter Steinmeier menyebut para penyusup itu sebagai "gerombolan pengacau ekstremis sayap kanan", dan memuji kesigapan polisi penjaga keamanan yang telah "bertindak sangat hati-hati dalam situasi yang sulit."
Pembobolan itu terjadi setelah aksi protes anti corona digelar di Berlin oleh kelompok-kelompok yang menolak kebijakan pembatasan sosial untuk meredam penyebaran virus corona. Lebih 30.000 orang berkumpul di Berlin pada Sabtu untuk menggelar demonstrasi.
Beberapa bagian aksi protes sempat dibubarkan polisi karena peserta mengabaikan aturan saat wabah seperti jaga jarak sosial dan tidak memakai masker pelindung.
Menanggapi insiden tersebut, Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer mengatakan, "Gedung Reichstag adalah kedudukan parlemen Jerman dan simbol utama demokrasi kami."
Baca juga: Eks Penjaga Kamp Konsentrasi Nazi Terbukti Bunuh 5.000 Tahanan di Usia 93 Tahun
"Fakta bahwa para penabur kekacauan dan ekstremis menyalahgunakannya untuk tujuan mereka, sungguh tidak dapat diterima."
Dia selanjutnya mengatakan, "Perbedaan pendapat adalah pertanda kehidupan bermasyarakat yang sehat. Namun kebebasan berkumpul menemukan batas-batasnya, di mana aturan bernegara diinjak-injak."
Menteri Luar Negeri Heiko Maas lewat Twitter mengatakan, adalah sangat memalukan bahwa ada bendera Nazi di depan gedung parlemen Jerman.
Wakil Kanselir dan Menteri Keuangan Olaf Scholz juga menegaskan lewat akun Twitternya, simbol dan bendera Nazi "tidak punya tempat di Bundestag Jerman."
Unser Grundgesetz garantiert Meinungsfreiheit und das Demonstrationsrecht. Es ist die Antwort auf das Scheitern der Weimarer Republik und den Schrecken der NS-Zeit. Nazisymbole, Reichsbürger- & Kaiserreichflaggen haben vor dem Deutschen #Bundestag rein gar nichts verloren. #b2908
— Olaf Scholz (@OlafScholz) August 29, 2020
Semua pimpinan partai politik, mengecam keras aksi "penyerbuan parlemen" oleh kelompok ekstrem kanan.
Politisi partai Hijau Konstantin von Notz menuduh partai ultra kanan AfD membantu mobilisasi ekstrem kanan untuk menyerbu Reichstag dan menyebut peristiwa itu "menjijikkan dan memalukan".
Baca juga: Demo Anti Virus Corona di Ibu Kota Jerman, Ratusan Orang Ditangkap
Video insiden itu disebar dengan cepat di forum-forum internet dan media sosial oleh kelompok-kelompok ekstrem kanan yang menyebut peristiwa itu sebagai "keajaiban".
Video tersebut menunjukkan kerumunan orang yang berlarian merangksek ke pintu gedung parlemen yang saat itu hanya dijaga tiga polisi. Para petugas kepolisian bersikeras memblokir pintu masuk dan menghadang kerumunan massa.
Polisi bantuan yang kemudian datang menghalau massa dengan semprotan cairan merica lalu membubarkan kerumunan massa di depan Reichstag.
"Kami tidak bisa berada di mana-mana sepanjang waktu," kata juru bicara kepolisian Berlin, Thilo Cablitz. Para demonstran ekstrem kanan sengaja mencari titik lemah dan "memanfaatkan situasi untuk menerobos barikade dan naik ke tangga Reichstag."
Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Berlin Andreas Geisel mengatakan, polisi menangkap sekitar 300 orang selama aksi protes pada Sabtu kemarin.
Minggu yang lalu otoritas kota Berlin sempat melarang aksi protes massal itu, namun pihak penyelenggara mengajukan gugatan ke pengadilan, yang membatalkan larangan demonstrasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.