Peneliti mengumpulkan tes dari nasofaring, darah, air liur, urin dan feses, setiap 3 - 7 hari, serta dari subjek kontrol yang tidak terinfeksi.
Hasil tidak menunjukkan perbedaan antara pria dan wanita, maupun dalam tingkat antibodi virus corona.
Namun, pada tahap awal infeksi, pasien pria cenderung memiliki lebih banyak protein inflamasi yang disebut sitokin daripada pasien wanita.
Sitokin umumnya dikeluarkan oleh sistem kekebalan sebagai garis pertahanan pertama, muncul di tempat infeksi, dan menciptakan peradangan sebagai penghalang fisik melawan virus untuk mempercepat penyembuhan.
Pada pasien dengan Covid-19, protein ini dikenal karena reaksi berlebihan yang berbahaya oleh tubuh yang disebut badai sitokin.
Baca juga: Studi Corona Terbaru Jerman Ungkap Bagaimana Wabah Menyebar
Badai ini terjadi ketika tubuh tidak hanya melawan virus, tetapi juga menyerang sel dan jaringannya sendiri.
Badai sitokin dapat memicu gangguan pernapasan, yang dapat menyebabkan kegagalan organ multi-sistem dan kematian.
Konsentrasi tinggi sitokin yang dialami pasien pria pada awal infeksi membuat efek yang mengerikan itu lebih mungkin terjadi.
Para peneliti menemukan juga bahwa wanita cenderung menghasilkan lebih banyak dan lebih kuat sel T, sejenis sel darah putih yang mengikat dan membunuh sel yang terinfeksi virus.
Pria, bagaimanapun, memiliki respons sel T yang kurang kuat dibandingkan wanita, dan ini terkait dengan tingkat keparahan penyakit mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.