Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Jalan Beracun' Brenton Tarrant Menjadi Ekstremis dan Teroris

Kompas.com - 27/08/2020, 13:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

CHRISTCHURCH, KOMPAS.com - Ada indikasi sebuah 'jalan beracun' ketika pria pelaku penembakan masjid Christchurch, Brenton Tarrant pindah ke Selandia Baru dari Australia pada 2017.

Melansir AFP, dia tidak memiliki riwayat kriminal dan tidak ada dalam daftar pengawasan keamanan apa pun.

Tapi Brenton Tarrant yang berusia 29 tahun sekarang akan tercatat dalam sejarah sebagai terpidana teroris pertama di Selandia Baru, dan orang pertama di negara itu yang pernah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat.

Lahir di kota Grafton pedesaan Australia, enam jam berkendara ke utara Sydney, Tarrant bekerja sebagai instruktur gym sebelum tiba di Selandia Baru.

Tarrant mulai mengumpulkan segudang senjata segera setelah mendirikan rumah di Dunedin, dengan tujuan untuk melakukan aksi keji terhadap komunitas Muslim di Selandia Baru.

Usai melakukan persiapan yang cermat, rencana itu berakhir dengan mengerikan pada 15  Maret 2019, ketika Tarrant menyerang 2 masjid di Christchurch sembari menyiarkan peristiwa itu.

"Dia bermaksud untuk menanamkan rasa takut kepada orang-orang yang dia gambarkan sebagai 'penjajah', termasuk populasi Muslim atau lebih umumnya imigran non-Eropa," kata Jaksa Barnaby Hawes dalam vonis sidang di Pengadilan Tinggi Christchurch pada pekan ini.

Saat dunia mencari jawaban atas yang dilakukan Tarrant, mantan teman dan kolega ditanyai tentang latar belakang Tarrant dan kemungkinan motivasi aksi kejamnya.

Inforasi tentang Tarrant, mendeskripsikan pria itu sebagai seorang penyendiri yang canggung secara sosial yang menjadi pecandu gym setelah mendapat intimidasi saat remaja karena berat badan berlebih.

Dia juga tampaknya terpukul keras ketika ayahnya meninggal karena kanker pada 2010 di usia 49 tahun, tetapi tidak ada yang menjelaskan tentang kebencian yang membakar di balik kejahatan Tarrant.

Baca juga: Brenton Tarrant, Teroris Penembakan Masjid Selandia Baru, Dihukum Seumur Hidup

Aksi balas dendam

Dalam "manifesto" panjang lebar yang diunggah Tarrant sebelum pembantaian, dia berbicara tentang bagaimana dia menjalani proses radikalisasi selama perjalanan ke Eropa dari Asia yang tampaknya dibiayai oleh sebuah warisan sehingga dia tidak perlu bekerja.

Aspek luar biasa dari kepribadian Tarrant tampaknya adalah kerentanannya terhadap kebencian online dan, pada akhirnya, kesediaannya untuk mempersenjatai internet dengan membagikan aksi pembunuhan yang dilakukannya di media sosial melalui kamera GoPro yang dipasang di helm.

Semakin terisolasi di dunia nyata, Tarrant berkecimpung di ruang-ruang 'obrolan' ekstremis, berbagi meme dan lelucon rasis dengan kenalan online yang mendukung pandangannya.

Jaksa Mark Zarifeh mengutip dari wawancara yang dilakukan otoritas penjara dengan Tarrant pada bulan April, ketika dia menggambarkan keadaan pikirannya pada saat penyerangan.

"Dia mengatakan dia memiliki kondisi emosi yang tidak stabil dan sangat tidak bahagia," kata Zarifeh.

Halaman:

Terkini Lainnya

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com