Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Brasil di Bawah Kementerian Kesehatan Tanpa Pengetahuan Medis

Kompas.com - 19/08/2020, 20:07 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

BRASILIA, KOMPAS.com - Jumlah kasus Covid-19 di Brasil terus meningkat, pemerintah Brasil masih tenang saja kementerian kesehatannya dipegang oleh seorang jenderal militer yang tidak memiliki pengetahuan medis.

Saat ini posisi menteri kesehatan di Brasil dipegang oleh Eduardo Pazuello, seorang mantan Jenderal Angkatan Darat, yang diangkat sementara pada 16 Mei lalu.

Sudah 3 bulan berlalu, Presiden Brasil Jair Bolsonaro belum menunjukkan tanda akan mengangkat secara resmi atau mengganti posisi yang dijabat Pazuello.

Melansir CNN pada Selasa (18/8/2020), baik Kementerian Kesehatan dan Kantor Presiden menolak berkomentar tentang rencana untuk mengganti atau secara resmi menunjuk Pazuello sebagai menteri kesehatan.

Tidak ada kementerian lain yang memiliki menteri yang berstatus sementara selama itu, dalam pemerintahan Bolsonaro sebelumnya.

Sebelum menjalankan kementerian kesehatan, Pazuello terkenal karena mengoordinasikan pasukan Angkatan Darat dalam Olimpiade di Rio de Janeiro, pada 2016.

Kemudian, memimpin "Operasi Migrasi Venezuela" di Negara Bagian Roraima, yang dirancang untuk menangani para migran yang melarikan diri dari keruntuhan ekonomi di Venezuela pada 2018.

"Bahkan selama kediktatoran militer kami tidak memiliki seorang militer di Kementerian Kesehatan," kata Eduardo Svartman, seorang ilmuwan politik dari Universitas Federal Rio Grande do Sul.

Baca juga: Sayap Ayam Beku Impor dari Brasil Terlacak Positif Virus Corona di China

Pernyataan Svartman ini merujuk pada periode dari pertengahan 60-an hingga pertengahan 80-an, ketika negara itu dijalankan oleh rezim militer.

"Betapapun terampilnya Pazuello dalam logistik militer, ini sangat berbeda dengan mengelola sistem yang kompleks, seperti sistem perawatan kesehatan Brasil, terutama di tengah krisis seperti ini (pandemi virus corona)," kata Svartman.

Namun, Bolsonaro sepertinya tidak khawatir dengan kurangnya pengalaman Pazuello.

Pada pertengahan Juli, Bolsonaro menggambarkannya sebagai "dilahirkan untuk peran tersebut," dan "selalu di tempat yang tepat untuk melayani tanah airnya dengan lebih baik."

Untuk sebagian pihak, sikap istimewa Bolsonaro terhadap seorang militer bukanlah hal yang aneh, jika menilik rekam jejak politik Bolsonaro yang telah memanfaatkan gerakan pro-militer dan populis di Brasil sebagai basis dukungannya.

Pada hari-hari awal virus corona, Bolsonaro mencemooh peringatan para ahli dan menggambarkan Covid-19 sebagai "flu ringan".

Dia melanggar aturan social distancing dan setelah tertular virus itu sendiri, mengklaim kesembuhannya terbantu dengan mengonsumsi hydroxychloroquine, yang menurut penelitian tidak efektif dan bisa berbahaya.

Mendukung Balsonaro, Pazuello menerbitkan pedoman penggunaan chloroquine dan hydroxychloroquine, sebagai tindakan dalam menghadapi Covid-19, hanya setelah 4 hari menjabat.

Baca juga: Presiden Brasil Sebut Laporan Kebakaran Hutan Amazon Adalah Kebohongan

Langkah tersebut dilakukan Pazuello, meski kurang mendapat dukungan dari lembaga medis dan ilmiah.

Pazuello menjabat menjadi menteri kesehatan lebih lama dari pendahulunya, dokter Nelson Teich, yang mengundurkan diri sebagai menteri kesehatan pada awal tahun ini setelah kurang dari sebulan menjabat.

Teich adalah pengganti Luiz Henrique Mandetta, juga seorang dokter dan yang secara terbuka menganjurkan tindakan social distancing, sebelum dia dipecat oleh Bolsonaro.

"Bolsonaro tidak lagi memiliki aparat partai politik, tidak memiliki staf dengan pengalaman administratif, tidak memiliki sekutu untuk merekomendasikan stafnya," kata Svartman.

“Jadi kemana dia berpaling? Ke aparat militer. Masalahnya aparat militer menerima,” pungkasnya.

Korban tewas meningkat

Ketika Pazuello mengambil peran sebagai menteri sementara yaitu pada Mei 2020, Brasil memiliki lebih dari 230.000 kasus terinfeksi Covid-19 dan 15.633 jumlah kematian yang terdaftar.

Tiga bulan kemudian, jumlah kasus telah melampaui 3,3 juta dan jumlah kematian mencapai 107.000.

Mantan menteri kesehatan, Luiz Henrique Mandetta mengatakan bahwa jumlah kematian seharusnya tidak mengejutkan pemerintah Bolsonaro.

Baca juga: Kematian akibat Covid-19 di Brasil Tembus 100.000, Para Ahli Putus Asa

Pada 30 Juli lalu, Mandetta mengatakan kepada CNN bahwa dirinya telah menunjukkan data perkiraan jumlah kematian akibat virus corona kepada Bolsonaro, yaitu diperhitungkan akan ada lebih dari 100.000.

"Saya pikir dia tidak ingin mempercayainya," kata Mandetta.

Mandetta lalu berkata, "Dia (Bolsonaro) hanya ingin orang mengatakan apa yang ingin dia dengar. Jadi, dia melakukan apa yang dia inginkan, dan dia memutuskan untuk mengambil jalan yang sangat berbahaya ini, memasukkan seluruh negara ke dalam bahaya."

Namun, jajak pendapat yang dilakukan oleh Datafolha melaporkan bahwa 47 persen orang Brasil yang diwawancarai pada 11 dan 12 Agustus, tidak menganggap Bolsonaro yang harus disalahkan atas jumlah kematian.

Sementara, 41 persen orang mengatakan dia harus disalahkan dan hanya 11 persen yang percaya bahwa dia adalah pelaku utama.

Jajak pendapat tersebut juga mengungkapkan bahwa 88 persen tidak mengetahui nama Menteri Kesehatan sementara.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (14/8/2020) mengatakan, Pazuello telah mengabaikan jumlah korban tewas dan fokus pada jumlah kasus yang pulih.

"Kami termasuk di antara negara-negara terkemuka dunia dalam hal pasien yang pulih," kata Pazuello saat itu seraya menambahkan bahwa 2 juta orang Brasil telah selamat dari Covid-19.

Baca juga: Presiden Brasil Sebut Ada Jamur di Paru-parunya Pasca Pemulihan akibat Covid-19

Sejak menjabat, Pazuello tidak dapat mengatasi kekurangan obat-obatan, seperti anestesi, penghambat neuromuskuler, dan obat penenang untuk intubasi pasien Covid-19, yang telah mempengaruhi 23 dari 27 negara bagian Brasil, menurut sebuah laporan yang dirilis pekan lalu oleh CONASS, sebuah dewan sekretariat kesehatan negara Brasil.

Pada Kongres Nasional Covid-19 pekan lalu, Pazuello mengatakan, kementeriannya tidak bertanggung jawab untuk membeli obat-obatan itu.

Lantas, mengatakan bahwa kekurangan obat-obatan itu merupakan bentuk "ketidakstabilan pasar" yang disebabkan oleh kelangkaan di beberapa negara bagian.

Menurut Sergio Cimerman, Direktur Teknis Penyakit Menular Masyarakat Brasil, bahwa Pazuello yang menjabat sebagai menteri sementara selama pandemi, menciptakan ketidakpastian.

"Pemerintah federal terlalu banyak mengalihkan masalah kepada gubernur dan wali kota, sehingga mereka akan memutuskan apa yang harus dilakukan di setiap tempat. Seharusnya sebaliknya, pemerintah federal harus menunjukkan arah yang harus diikuti oleh pemerintah daerah," ujar Cimerman.

Satu-satunya cerita positif bagi pemerintah Bolsonaro, menurut Cimerman adalah telah diselenggarakannya 3 uji coba vaksin di Brasil.

Uji coba itu melibatkan perusahaan farmasi Swiss, AstraZeneca, yang bekerja dengan Universitas Oxford Inggris, perusahaan biotek China Sinovac bekerja sama dengan Institut Butantan Brasil, dan raksasa farmasi AS Pfizer yang bekerja dengan BioNTech Jerman.

"Saya dapat membuktikan kepada Anda bahwa AstraZeneca-Oxford masih merupakan pilihan terbaik kami, (vaksin) yang paling menjanjikan, tetapi kami masih memperhatikan yang lainnya, dan kami dapat dengan cepat melakukan pembelian (perjanjian) lagi," Pazuello kata pada Kamis (13/8/2020).

Cimerman yakin Pazuello akan tetap menjabat sampai pandemi virus corona berakhir.

"Ada begitu banyak implikasi politik, terutama terkait dengan perawatan medis yang diyakini presiden. Tidak ada dokter, yang perilakunya berdasarkan kriteria ilmiah, akan menerima jabatan ini," kata Cimerman.

Baca juga: Istri Presiden Brasil Michelle Bolsonaro Positif Covid-19 Usai Suaminya Sembuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com