Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Politik Setelah Ledakan di Beirut, Pemerintah Lebanon Berniat Mundur

Kompas.com - 10/08/2020, 23:06 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP,Haaretz

BEIRUT, KOMPAS.com - Pemerintah Lebanon memutuskan mengundurkan diri, buntut krisis politik yang terjadi setelah ledakan di pelabuhan Beirut.

"Semua jajaran kabinet mundur," terang Menteri Kesehatan Hamad Hassan kepada awak media yang menunggu setelah pertemuan digelar.

Dia menerangkan, Perdana Menteri Hassan Diab bakal menyerahkan surat pengunduran diri pemerintahannya ke istana kepresidenan.

Baca juga: Lagi, Menteri Lebanon Mundur Usai Demonstran Gemakan Yel Jatuhkan Rezim Mirip Arab Spring 2011

Pernyataan tersebut juga diperkuat keterangan Menteri Pemuda dan Olahraga Vartine Ohanian, dalam wawancaranya dengan AFP.

Ohanian mengungkapkan, dalam pertemuan itu, mayoritas menteri menyerukan agar pemerintahan mereka secepatnya meletakkan jabatan.

Ledakan pada 4 Agustus, yang meluluhlantakkan sebagian ibu kota, menimbulkan gelombang kemarahan di kalangan masyarakat negeri Teluk itu.

Sejak Sabtu (8/8/2020), mereka menggelar demonstrasi dan sempat menduduki sejumlah kantor kementerian sebelum diusir oleh pihak keamanan.

Dilansir Haaretz Senin (10/8/2020), insiden itu diyakini terjadi karena meledaknya 2.750 amonium nitrat yang disimpan di gudang.

Material berdaya ledak tinggi itu disimpan sejak 2014, dengan pemerintah sama sekali tidak bergerak cepat untuk mengamankannya.

Baca juga: Korban Tewas Ledakan di Beirut, Lebanon, Diyakini Capai 200 Orang

Dampak yang ditimbulkan dari insiden itu sangat besar, selain kekuatannya yangr disebut setara dengan gempa bumi bermagnitudo 3,3.

Selain korban tewas yang diyakini melebihi 200 orang, sebanyak 6.000 lainnya terluka dengan 300.000 warga kehilangan tempat tinggal.

Belum lagi kerugian karena ledakan yang ditaksir bisa mencapai 3 miliar dollar AS, atau setara dengan Rp 43.9 triliun.

PM Dia langsung menggelar rapat pada Senin setelah demonstrasi merebak, di mana pemerintahannya diyakini bakal mengemban status sementara hingga suksesornya terbentuk.

Baca juga: Demo Ledakan Lebanon, Yel-yel Arab Spring Bergema di Beirut

Jaksa Penuntut Lebanon, Ghassan El Khoury, mulai menanyai Kepala Keamanan Negara, Mayor Jenderal Tony Saliba, dilaporkan NNA.

Interogasi itu berangkat dari laporan yang dikirim Badan Keamanan Lebanon ke kantor PM maupun presiden pada 20 Juli, mengenai bahayanya menyimpan amonium nitrat di pelabuhan.

Dalam penyelidikannya, mereka memfokuskan bagaimana bahan kimia seberbahaya bisa tidak tertangani selama bertahun-tahun.

Sebanyak 20 orang, termasuk kepala departemen bea cukai dan penggantinya, sudah ditahan karena dianggap bertanggung jawab.

Baca juga: Penggalangan Dana Internasional untuk Lebanon Terkumpul 300 Juta Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com