Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tensi Meningkat dengan China, India Tinjau Institut Konfusius

Kompas.com - 09/08/2020, 17:42 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber SCMP

NEW DELHI, KOMPAS.com - "Bicaralah dalam bahasa Mandarin dengan baik, dengan begitu Anda akan memiliki teman di seluruh dunia," demikian pernyataan People's Daily, media corong pejabat Partai Komunis China dalam simposium di Beijing Agustus tahun lalu.

Dikutip South China Morning Post, simposium itu bertujuan untuk memperdalam pertukaran pendidikan bahasa antara China dan India.

Slogan itu kemudian diterbitkan ulang di situs web Hanban, yang berkantor pusat di Beijing di bawah Kementerian Pendidikan China yang mengawasi Institut Konfusius.

Institut itu berupaya mempromosikan bahasa dan budaya China di seluruh dunia.

Tapi setahun kemudian, slogan itu diam-diam dihapus dari situs web Hanban karena sentimen domestik di India sangat buruk tentang China.

Banyak di antara masyarakat India, frustrasi dengan China tentang pandemi virus corona. Mereka menyerukan pemisahan yang lebih jauh dari China sementara ketegangan kedua negara semakin meningkat selama 3 bulan krisis perbatasan di Ladakh Timur.

Kemarahan masyarakat India pun membuncah atas tragedi bentrok berdarah di Lembah Galwan pada Juni lalu.

Ketegangan itu semakin meninggi sejak India melarang berbagai aplikasi yang berasal dari China hingga meluas ke bidang akademik.

Media India melaporkan pada pekan ini bahwa Kementerian Pendidikan India akan meninjau Institut Konfisius di Universitas India dan perjanjian kerja sama yang ditandatangani antara lembaga India dan China.

Kebijakan pendidikan nasional terbaru India, juga mencabut bahasa Mandarin sebagai salah satu bahasa asing yang ditawarkan kepada siswa sekolah menengah.

Baca juga: Konflik China-India, 2 Negara Berlomba Bangun Infrastruktur di Perbatasan Himalaya yang Jadi Sengketa

Para pengamat mengatakan India memiliki keprihatinan serius tentang menjaga keamanannya dalam menghadapi konfrontasinya yang semakin meningkat dengan Beijing, tetapi di sisi lain mengerti bahwa bahasa China sangat penting dikuasai untuk memahami China dan menyusun kebijakan luar negeri.

“India, yang sekarang berupaya melindungi kepentingan nasionalnya dengan lebih baik, harus mengambil semua tindakan yang mungkin, di semua bidang, untuk mengamankan dirinya sendiri,” kata Sriparna Pathak, asisten dekan Sekolah Urusan Internasional Jindal di OP Jindal Global University.

“Di India, China dibuat kagum. Masih banyak lagi yang harus dipahami. Namun, jika agresi sepihak dari China tidak berhenti, ada kemungkinan bahwa tingkat pertukaran orang-ke-orang yang sangat rendah ini juga akan berhenti.”

Pathak mengatakan pengaruh China di universitas India tidak didiskusikan secara luas, jadi sulit untuk mengatakan apakah ada aktivitas rahasia dalam akademisi India.

Khususnya untuk Institut Konfusius, pengawasan ketat telah meningkat di banyak negara di tengah kekhawatiran bahwa ruang kelas mereka dapat digunakan sebagai kendaraan politik bagi Hanban untuk menyebarkan pandangan yang lebih positif tentang China di luar negeri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com