BEIRUT, KOMPAS.com - Ledakan dahsyat di gudang samping pelabuhan Beirut menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan sebagian ibu kota Lebanon, merobohkan bangunan di tepi laut, dan menyebabkan kerusakan yang meluas.
Setidaknya 137 orang tewas dan sekitar 5.000 lainnya terluka. Citra satelit dan udara menunjukkan kerusakan fisik yang luar biasa di ibu kota Lebanon, Beirut, yang sebelumnya lebih terbiasa dengan pemandangan seperti itu sebagai akibat perang daripada kecelakaan.
MAXAR TECHNOLOGIES via BBC INDONESIA Pelabuhan Beirut pada 9 Juni 2020 sebelum ledakan terjadi.
MAXAR TECHNOLOGIES via BBC INDONESIA Pelabuhan Beirut pada 5 Agustus 2020 setelah ledakan terjadi.
Kapal pesiar Orient Queen sedang berlabuh di pelabuhan Beirut beberapa ratus meter dari gudang ketika ledakan terjadi.
Kerusakan akibat ledakan menyebabkan kapal itu terangkat dan terbalik. Satu anggota awak tewas dan satu lagi masih hilang, menurut operator kapal Abou Merhi Cruises. Kantor-kantor perusahaan di sisi dermaga juga musnah akibat kuatnya ledakan.
MAXAR TECHNOLOGIES via BBC INDONESIA Kapal pesiar Orient Queen yang sedang berlabuh, terbalik usai terjadi ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, pada Rabu (5/8/2020).
Gudang biji-bijian atau silo--bangunan putih besar di sisi dermaga--yang paling parah terkena ledakan.
Genevieve Langdon, Profesor Teknik Ledakan dan Dampak di Universitas Sheffield, mengatakan, butiran di dalam silo akan memadat di bawah tekanan ledakan yang sangat besar, tetapi juga akan menyerap dan membelokkan sebagian ledakan.
"Saat gelombang ledakan menghantam dinding silo, hal itu mungkin menghabiskan banyak energi," katanya.
"Tanpa silo biji-bijian di lokasi itu, kami memperkirakan kerusakan di daerah di belakang mereka akan lebih buruk."
GOOGLE STREET VIEW via BBC INDONESIA Foto jalan raya di belakang pelabuhan Beirut pada April 2017 sebelum terjadinya ledakan dahsyat pada Rabu (5/8/2020).
EPA via BBC INDONESIA Foto jalam raya di belakang pelabuhan Beirut, usai ledakan dahsyat pada Rabu (5/8/2020).
Badan-badan bantuan memperkirakan sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat ledakan itu dan ada kekhawatiran akan kekurangan makanan serta obat-obatan.
Presiden Doctors Without Borders (MSF) Mego Terzian mengatakan, gudang penyimpanan obat-obatan dan vaksin di pelabuhan rusak, dan pusat dialisis terbesar di negara itu, di Beirut tengah, hancur total.
Dia membandingkan dampak ledakan dengan kehancuran yang disebabkan selama perang saudara antara 1975 hingga 1990 di negara itu.
"Kami mengalami pengalaman yang sulit dan serupa selama perang Lebanon," katanya kepada AFP.
GOOGLE EARTH via BBC INDONESIA Kompleks pergudangan di pelabuhan Beirut sebelum ledakan terjadi, pada November 2018.
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Kompleks pergudangan di pelabuhan Beirut, Lebanon, hancur lebur usai ledakan dahsyat pada Rabu (5/8/2020).
Perdagangan maritim Lebanon sekarang akan bergeser ke kota terbesar kedua di negara itu, Tripoli, sehingga negara tersebut dapat mulai menerima bantuan medis, bahan makanan, bahan bakar, dan barang-barang kebutuhan pokok. Qatar, Kuwait, dan Yordania dilaporkan mengirim rumah sakit lapangan.
REUTERS via BBC INDONESIA Foto pelabuhan Beirut, Lebanon, sebelum dan sesudah ledakan.
Pusat perbelanjaan, restoran, dan pasar di pusat kota Beirut, di sebelah barat area ledakan, tidak luput dari kerusakan. Jendela dan bagian depan toko kaca hancur oleh ledakan tersebut.
Gubernur kota itu Marwan Abboud mengatakan, perbaikan properti umum dan bangunan peninggalan kemungkinan akan menelan biaya miliaran dollar AS.
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Distrik perbelanjaan Souks sebelum dan sesudah ledakan.
Jemaah di Masjid Mohammad al-Amin, yang merayakan Idul Fitri bersama beberapa hari yang lalu, mulai membersihkan puing-puing yang ditinggalkan oleh ledakan itu.
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Masjid Mohammad Al Amin di Beirut, Lebanon, sebelum dan sesudah ledakan terjadi.
Pembersihan juga dimulai di Gereja Saint George Maronite.
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Gereja Saint George di Beirut, Lebanon, sebelum dan sesudah ledakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Warga Lebanon 'Menangis, Menjerit Histeris, dan Marah Atas Kelalaian Pemerintah'https://www.kompas.com/global/read/2020/08/07/141312270/warga-lebanon-menangis-menjerit-histeris-dan-marah-atas-kelalaianhttps://asset.kompas.com/crops/YNXK-Fr-75Ks-5xHD0lsvQOH4uI=/0x0:800x400/195x98/data/photo/2020/08/07/5f2cfca3cbdc8.jpg