Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Kapten Kapal Rhosus Sebut Ledakan di Pelabuhan Beirut Kesalahan Pemerintah Lebanon

Kompas.com - 07/08/2020, 11:41 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Eks kapten kapal kargo yang membawa hampir 3.000 ton amonium nitrat ke pelabuhan Beirut, Boris Prokoshev mengatakan bahwa pemerintah Lebanon sangat menyadari muatan kargo berbahaya itu.

Dikutip The Associated Press, Kamis (6/8/2020), Boris mengatakan bahwa pihak berwenang Lebanon 'sangat' menyadari bahwa muatan kargo di gudang pelabuhan berbahaya.

Prokoshev mengatakan bencana itu adalah kesalahan pihak berwenang Lebanon.

Baca juga: Eks Kapten Kapal Rhosus yang Bawa 2.750 Ton Amonium Nitrat Kaget Soal Ledakan di Lebanon

"Pemerintah Libanon yang menyebabkan situasi ini," kata Prokoshev dari rumahnya di wilayah Krasnodar Rusia.

Boris Prokoshev, yang sekarang berusia 70 tahun, mengatakan dia bergabung dengan kapal di Turki pada 2013, setelah awak sebelumnya berhenti karena gaji yang belum dibayar.

Grechushkin, yang tinggal di Siprus, dibayar 1 juta dollar AS (14,6 miliar) untuk mengangkut 'kargo berbahaya' dari Georgia ke Mozambik, kata mantan kapten itu.

Baca juga: Ledakan Lebanon, Pakar Khawatir 170 Situs Berisi Amonium Nitrat di Australia

Kargo itu akan dikirim ke Fabrica de Explosivos de Mocambique, sebuah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan bahan peledak Portugis Moura Silva e Filhos.

Mengimpor amonium nitrat adalah hal biasa di Mozambik, baik untuk membuat pupuk atau untuk digunakan sebagai bahan peledak di tambang dan lubang batu bara.

Kapal itu berhenti di Beirut dengan harapan bisa mendapatkan uang tambahan dengan mengambil beberapa alat berat.

Baca juga: Lebanon Catatkan Kasus Harian Tertinggi Covid-19 di Tengah Musibah Ledakan

 

Tetapi muatan tambahan itu terbukti terlalu berat untuk Rhosus dan para kru menolak untuk menerimanya.

Rhosus segera disita oleh otoritas Lebanon karena gagal membayar biaya pelabuhan, dan tidak pernah meninggalkan pelabuhan lagi.

Prokoshev dan tiga awak lainnya terpaksa tetap berada di kapal karena larangan imigrasi. Mantan kapten itu mengatakan mereka terjebak di kapal selama 11 bulan, dengan makanan dan persediaan lainnya yang menipis.

Baca juga: Deretan Ledakan akibat Amonium Nitrat dalam Catatan Sejarah

 

Dia mengatakan bahwa Grechushkin meninggalkan mereka tanpa membayar gaji atau pun utangnya ke pelabuhan. Dia juga mengatakan bahwa pelabuhan Beirut memberi mereka makanan karena kasihan.

Sampai suatu hari dia menjual sebagian bahan bakar kapal dan menggunakan uangnya untuk menyewa pengacara yang membuat kru dibebaskan dengan alasan belas kasih pada 2014 silam.

Kargo dipindahkan ke gudang pelabuhan setelah kru turun dan kembali ke Ukraina pada 2014, kata Prokoshev. Kargo itu tetap di sana sampai meledak pada Selasa kemarin (4/8/2020).

Ledakan masif terjadi di ibu kota Lebanon, Beirut, pada Selasa (4/8/2020) dengan kekuatan setara gempa bumi bermagnitudo 3,3. Pemerintah setempat menyatakan, amonium nitrat berjumlah 2.750 ton menjadi penyebab insiden yang menewaskan setidaknya 135 orang dan melukai 5.000 lainnya.

Baca juga: [VIDEO] Nenek Ini Mainkan Piano di Apartemennya yang Porak Poranda Akibat Ledakan di Beirut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com