Menurut keterangan firma hukum Baroudi & Associates, kapal bernama Rhosus tersebut terpaksa melempar sauh karena masalah teknis.
Kapal itu awalnya hanya sebentar berlabuh di pelabuhan. Namun otoritas setempat melakukan penyitaan setelah sebuah perusahaan Lebanon mengajukan gugatan hukum.
Pihak pelabuhan kemudian membongkar muatan berisi amonium nitrat, dan menempatkannya di gudang kumuh yang dindingnya retak.
Pada tahun lalu, pihak keamanan sempat menggelar investigasi setelah ada laporan bahwa di gudang tersebut tercium bau yang mencurigakan.
Dari hasil penyelidikan, didapatkan keputusan bahwa bahan kimia itu "berbahaya" dan harus dipindahkan. Namun, tak ada tindakan yang dilakukan.
Pekan ini, para pekerja melakukan perbaikan di gudang sehingga memunculkan spekulasi itulah penyebab ledakan dahsyat yang menggetarkan Beirut.
Baca juga: Ledakan di Beirut, Lebanon, Korban Tewas Bertambah Jadi 135 Orang
Pihak pelabuhan dan bea cukai Lebanon sebenarnya tahu mengenai muatan tersebut. Mereka pun mengajukan peringatan. Tapi tak ada aksi yang terjadi.
PM Diab mengatakan bahwa kabar itu, berujung kepada tragedi memilukan tersebut, "tak bisa diterima" seraya menjanjikan investigasi.
Kemudian pada Rabu, pemerintah berniat memasukkan para pejabat yang bertanggung jawab dalam penanganan amonium nitrat sebagai tahanan rumah.
Situasi semakin membingungkan setelah Presiden AS Donald Trump sempat menyatakan, insiden itu adalah serangan setelah mengutip perkataan "jenderal".
Ketika dikonfirmasi, Pentagon menegaskan mereka tak mempunyai informasi apa pun dan meminta awak media mengklarifikasinya ke Gedung Putih.
Sebagai tanggapan awal, Dewan Keamanan Tertinggi Lebanon langsung mengumumkan ibu kota Beirut sebagai zona bencana, sekaligus status darurat selama dua pekan.
Presiden Michel Aoun kemudian menuturkan akan melepas dana sekitar 66 juta dollar AS (Rp 958 miliar) sebagai dana darurat.
Insiden tersebut terjadi di tengah krisis ekonomi yang melanda negara Teluk itu, dengan sektor kesehatan juga kewalahan di tengah virus corona.
Sejumlah negara seperti Perancis, Rusia, Iran, bahkan musuh besar mereka, Israel, menawarkan bantuan untuk memulihkan keadaan.
Rumah sakit mobil dari Qatar tim penyelamat dari Yunani, dan berbagai kebutuhan medis yang diberikan Kuwait mulai berdatangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.