TEL AVIV, KOMPAS.com – Perayaan Idul Adha di Palestina tahun ini dilaporkan sangat sepi karena pandemi virus corona dan lesunya perekonomian.
Otoritas Palestina memberlakukan lockdown atau karantina di beberapa wilayah untuk menekan penyebaran virus corona. Hal itu membuat banyak bisnis tutup dan jumlah pengangguran melonjak tinggi.
Salah satu pedagang hewan ternak di pasar yang terletak di lereng bukit Betlehem, Daoud Ebayat, mengatakan, permintaan hewan kurban tahun ini merosot tajam.
“Siapa yang mampu membeli domba untuk dikurbankan? Orang-orang bahkan tidak dapat menanggung biaya hidup keluarganya. Tidak ada pekerjaan,” kata Daoud.
Padahal, Otoritas Palestina menyebutkan, sebanyak 115.000 domba dan 10.000 sapi terjual di Tepi Barat dan di Yerusalem Timur selama Idul Adha tahun lalu, sebagaimana diwartakan Arab News, Jumat (31/7/2020).
Baca juga: Hamas Tolak Investasi Rp 218 Triliun untuk Palestina, Ada Apa?
Tahun ini, dengan banyaknya pengangguran dan pemangkasan gaji terhadap pegawai negeri, pejabat Palestina mengatakan bahwa penjualan hewan kurban anjlok.
Seorang Pejabat Kementerian Pertanian Palestina, Tareq Abu Laban, mengatakan, penjualan hewan kurban tahun ini diperkirakan turun hingga 20 persen.
Salah satu pengelola rumah potong hewan di Al Bireh, Eyad Daraghmeh, mengatakan, fasilitasnya kosong melompong dan menambahkan bahwa hal itu sebagai bukti kelesuan perekonomian Palestina.
"Tempat ini dulu penuh dengan hewan kurban. Setidaknya (dulu ada) 6.000 ekor untuk disembelih," kata Daraghmeh.
Seorang peternak hewan ternak di Kota Nablus, Tepi Barat, Fawzat Rayyan, mengatakan, pada momen Idul Adha dia bisa menjual hingga 120 ekor hewan ternak.
Baca juga: Tentara Israel Hancurkan Pos Pemeriksaan Virus Corona Palestina
“Tahun ini jumlah hewan yang bisa terjual tidak sampai separuhnya. Virus corona benar-benar membebani kami,” kata Rayyan.
Di sisi lain, Otoritas Palestina melaporkan jumlah kasus positif Covid-19 di Tepi Barat sebanyak 10.000 kasus dengan jumlah kematian 75 orang selama dua bulan terakhir.
Sebenarnya, Otoritas Palestina telah mengarantina sejumlah wilayah pada Maret untuk menekan penyebaran virus corona.
Namun, setelah Israel dan Palestina melonggarkan karantina pada akhir April dan Mei, jumlah kasus positif Covid-19 meningkat lagi.
Otoritas Palestina mengatakan salah satu faktor utama melonjaknya kasus Covid-19 di Palestina adalah adanya beberapa pekerja Palestina di Israel yang bisa keluar masuk.
Baca juga: Penasaran seperti Apa Kondisi Ekonomi Palestina?
Palestina kini dibayangi gelombang kedua pandemi virus corona karena kekhawatiran atas melonjaknya jumlah kasus di beberapa kamp pengungsi Palestina yang penuh sesak dan tidak memungkinkan untuk menerapkan physical distancing.
PBB melaporkan sekitar 5 juta warga Palestina adalah pengungsi.
Mereka adalah orang-orang yang selamat dan keturunan dari lebih dari 700.000 yang diusir atau melarikan diri dari tanah mereka pada 1948 ketika pendudukan Israel dimulai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.