Di atas mereka, kamera pengintai dipasang di setiap sudut.
"Hanya ada 1 toilet di dalam sel," ujar Zumret, "(Pintunya) terbuka dan kamera bisa melihat ketika seseorang menggunakannya."
Baca juga: Video Viral Diduga Genosida Uighur Beredar di Internet
Selama 24 jam pertamanya di balik tahanan, perasaan Zumret tersiksa membayangkan anak-anak dan suaminya pulang tak menemukan dirinya di rumah.
Namun, pada hari berikutnya, dia dipaksa menelan pil putih yang akibatnya membuat dia tidak memiliki 'emosi'.
"Mereka memerintahkan kami untuk membuka mulut dan memeriksa apakah kami menelan pil atau tidak," kenang Zumret dengan sedih.
"Mereka bilang, semua orang harus meminumnya. Setelah itu, saya tidak merasa cemas sama sekali atau pun khawatir. Saya seperti mati rasa."
Dan rupanya itu bukan satu-satunya tindakan medis invasif yang dipaksakan kepada para tahanan.
Meski klaim Zumret tentang suntikan per minggu yang menghentikan menstruasi tidak bisa dikonfirmasi, terdapat laporan dari penyintas lainnya bahwa selepas diberi suntikan, mereka tidak mengalami menstruasi seperti Zumret dan para tahanan pria menjadi impoten.
Zumret juga mengklaim bahwa dirinya secara rutin disemprot cairan sanitasi, diperintahkan untuk memberi sampel darah dan rambutnya dipotong di sebuah ruang khusus.
"Tadinya rambut saya panjang," ratap Zumret.
Baca juga: Tekan Populasi Uighur, China Paksakan Aborsi, Sterilisasi, dan Program KB
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan