Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 akan Jadi Ancaman Terbesar Kim Jong Un dalam 9 Tahun Masa Kepemimpinannya

Kompas.com - 28/07/2020, 20:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

PYONGYANG, KOMPAS.com - Kim Jong Un diperkirakan akan mengahadapi ancaman terbesar dalam 9 tahun masa kepemimpinannya, jika pembelot yang kembali dari Korea Selatan didiagnostik positif Covid-19.

Dinasti Kim yang berkuasa di Korea Utara telah berpuluh-puluh tahun menganggap bahwa hanya mereka yang dapat melindungi penduduknya dari ancaman dunia luar, baik kaum kapitalis Amerika Serikat (AS) atau pasukan musuh lainnya.

Namun, belum lama ini secara terbuka pemerintah pusat di Pyongyang menyebutkan Covid-19 telah menjadi ancaman baru yang masuk ke Korea Utara.

Pimpinan Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un mengadakan pertemuan darurat pada Sabtu (25/7/2020), setelah dilaporkan bahwa ada seorang pembelot yang melarikan diri dari negara itu tiga tahun lalu, telah kembali ke kota Kaesong, Korea Utara dengan kemungkinan sudah terinfeksi Covid-19, menurut KCNA.

Berdasarkan laporan KCNA, pembelot ini memiliki gejala Covid-19, tapi belum didiagnostik secara pasti.

Sementara ini, semua orang yang telah melakukan kontak dengan pembelot ini sedang diperiksa dan dikarantina, tetapi KCNA memperingatkan tentang "situasi berbahaya" yang berkembang di Kaesong yang dapat mengarah pada "bencana yang mematikan dan merusak".

Baca juga: Kim Jong Un Umumkan Keadaan Darurat, Skrining Covid-19 Diperketat

Beberapa ahli percaya bahwa Korea Utara tidak mengidentifikasi kasus Covid-19 yang ada dengan benar karena kurangnya pengujian, atau telah berhasil mengisolasi kelompok kecil kasus dan tidak melaporkannya ke publik.

Korea Utara saat ini belum mengkonfirmasi adanya kasus Covid-19 di negara komunis tersebut kepada pihak internasional.

Jika pembelot ini terbukti positif dan menyebabkan wabah Covid-19 di sana, maka bisa menjadikan salah satu ancaman terbesar yang dihadapi Kim dalam hampir sembilan tahun kekuasaannya.

Melansir CNN pada Selasa (28/7/2020), pihak berwenang di Korea Selatan mengonfirmasi pada Senin (27/7/2020), tentang adanya seorang pembelot yang melintasi perbatasan ke Korea Utara.

Kementerian Kesehatan Korea Selatan mengatakan pria itu bukan pasien virus corona atau memiliki kontak dengan orang yang terinfeksi, tetapi polisi setempat mengatakan pria itu sedang diselidiki karena kejahatan seks.

Apa yang dipertaruhkan?

Virus ini telah terbukti menjadi salah satu tantangan paling sulit dan mematikan bagi para pemimpin negara di dunia.

Para ahli mengatakan bahwa infrastruktur perawatan kesehatan Korea Utara yang bobrok tidak akan mampu untuk menangani pasien virus corona, yang mana tidak semua komunitas perawatan kesehatan global memahaminya.

Baca juga: Kim Jong Un: Karena Senjata Nuklir, Korea Utara Aman dari Perang

Hal itu dapat menjadi salah satu alasan, Kim telah proaktif berusaha menahan kemungkinan virus mematikan itu masuk wilayah kekuasaannya.

Sejak Januari lalu, rezim Kim telah menutup akses perbatasan setelah kabar Covid-19 muncul, termasuk China yang menjadi mitra ekonomi terbesarnya.

Perjalanan asing ke Korea Utara sangat terbatas, bahkan sebelum pandemi, dan sekarang mendekati nol.

Pihak asing yang masuk dalam jalur perbatasan sebagian besar hanya diplomat dan pekerja bantuan asing, dan mereka diharuskan menjalani karantina yang ketat pada saat kedatangan.

Rata-rata orang Korea Utara tidak diizinkan melakukan perjalanan jauh dari rumah tanpa persetujuan pemerintah bahkan dalam waktu normal.

Sumber-sumber diplomatik yang berbasis di ibukota Pyongyang, mengatakan kepada CNN pada awal bulan ini, bahwa di jalan-jalan semua orang memakai masker dan mempraktikkan beberapa bentuk social distancing.

Baca juga: Dapat Hadiah Pistol, Para Jenderal Korea Utara Berfoto Bersama Kim Jong Un

Namun, bahkan langkah-langkah itu mungkin tidak cukup.

Menurut KCNA, setelah mendengar kasus pembelot yang masuk ke Kaesong, Kim merespons dengan cepat. Dia segera memerintahkan Kota Kaesong untuk ditutup dari seluruh negara, dan setiap distrik serta wilayah di dalamnya diisolasi.

Memori menyakitkan

Pengalaman buruk Korea Utara dalam bencana yang mematikan banyak masyarakatnya telah terjadi sebelumnya. Jika, orang nomor satu di Korea Utara itu memahami bahaya mematikan yang mengintai akibat virus corona, mungkin ia akan diingatkan dengan memori buruk masa lalu.

Kelaparan pada 1990-an mungkin merupakan ancaman terbesar yang pernah dihadapi keluarga Kim sebelumnya.

Baca juga: Kim Jong Un Bagi-bagi Pistol ke Perwira Militer Saat Peringati 67 Tahun Gencatan Senjata Korut-Korsel

Pemerintah Korea Utara mengklaim bahwa sebanyak 235.000 orang meninggal akibat kelangkaan makanan, meskipun para ahli mengatakan hingga 3,5 juta orang mungkin telah tewas, dalam krisis buatan manusia tersebut yang diperburuk oleh banjir.

Selama krisis, para pembelot berbondong-bondong keluar dari negara itu, dengan kisah-kisah mengerikan yang mengejutkan komunitas internasional.

Ketika orang-orang berjuang untuk makan, infrastruktur medis juga berjuang untuk mengatasi masalah yang ada di sana.

Mereka yang melarikan diri berbicara tentang amputasi yang dilakukan tanpa anestesi, atau dokter yang menjual obat untuk membeli makanan agar bisa bertahan hidup.

Seorang dokter anak berhenti karena "dia tidak tahan melihat anak-anak yang kelaparan lagi."

Barbara Demick menceritakan tentang pembelot Korea Utara dalam bukunya yang memenangkan penghargaan, Nothing to Envy.

Baca juga: Kim Jong Un Inspeksi Langsung Pembangunan Peternakan Ayam di Korut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com