TEHERAN, KOMPAS.com - Akses internet di Iran terganggu pada Rabu (15/7/2020) setelah kampanye melawan hukuman mati viral di media sosial.
Tanda pagar (tagar) #DontExecute mulai menyebar di seluruh dunia pada Rabu, naik ke puncak daftar tren internasional menurut Radio Farda.
Segera setelah itu, situs web pemantau internet melaporkan akses internet di seluruh negeri diperketat sebagaimana dilansir dari Newsweek, Rabu (15/7/2020).
Kelompok dan aktivis dalam jumlah besar ikut meramaikan seruan itu. Putra Shah Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan melalui Revolusi Iran, Pangeran Reza Pahlavi, juga mengetik tagar #StopExecutionsInIran.
Sejumlah kelompok pemantau internet melaporkan bahwa penyedia layanan Iran, yang terkait dengan layanan keamanan rezim, mulai memperlambat kecepatan koneksi internet.
Baca juga: Internet di Ethiopia Mati di Tengah Protes Kematian Seorang Penyanyi
Salah satu kelompok pemantau internet, NetBlocks.org, berkicau melalui Twitter bahwa terjadi banyak gangguan jaringan internet di Iran pada Rabu.
NetBlocks.org menambahkan hal tersebut telah melemahkan kemampuan warga negara Iran untuk berkomunikasi.
Kelompok pemantau internet tersebut menambahkan gangguan berlangsung sekitar tiga jam. Gangguan tersebut memiliki dampak parsial di beberapa provider.
Saat dilanda kerusuhan, Iran basanya memutus akses internet dan memblokir situs media sosial.
Pada 2019, pengguna internet di Iran menghadapi gangguan internet yang berkepanjangan ketika pengunjuk rasa turun ke jalan untuk berdemonstrasi.
Baca juga: Terlama di Dunia, Pemblokiran Internet di Rakhine Masuki Tahun Kedua
Tapi kali ini akses internet terputus meskipun tidak ada demonstran yang turun ke jalan.
Protes di media sosial tersebut dipicu oleh pengumuman hukuman mati terhadap tiga pria yang ikut dalam protes anti-pemerintah pada November 2019.
Pejabat Iran berulang kali menyuarakan dukungan untuk protes anti-pemerintah di AS beberapa bulan terakhir. Mereka mendukung pengunjuk rasa dalam melawan rasisme dan kebrutalan polisi di AS.
Tetapi pada saat yang sama, Iran menganiaya etnis minoritas di negara itu ditambah dengan memenjarakan dan mengeksekusi tahanan politik.
Pejabat tinggi termasuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif bahkan menyatakan dukungan mereka untuk demonstran Amerika melalui Twitter.
Baca juga: Guru di Bolivia Jadi Superhero Sambil Mengajar Via Internet
Amnesty International berseru kepada Khamenei untuk mencabut hukuman mati terhadap tiga pengunjuk rasa melalui Twitter pada Selasa.
"Pengadilan terhadap mereka tidak adil. Mereka juga mengatakan mengalami penyiksaan melalui pemukulan, disetrum, dan digantung terbalik," tulis organisasi hak asasi manusia (HAM), tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.