Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Tagar #DontExecute Ramai, Internet di Iran Alami Gangguan

Kompas.com - 15/07/2020, 19:44 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Newsweek

TEHERAN, KOMPAS.com - Akses internet di Iran terganggu pada Rabu (15/7/2020) setelah kampanye melawan hukuman mati viral di media sosial.

Tanda pagar (tagar) #DontExecute mulai menyebar di seluruh dunia pada Rabu, naik ke puncak daftar tren internasional menurut Radio Farda.

Segera setelah itu, situs web pemantau internet melaporkan akses internet di seluruh negeri diperketat sebagaimana dilansir dari Newsweek, Rabu (15/7/2020).

Kelompok dan aktivis dalam jumlah besar ikut meramaikan seruan itu. Putra Shah Mohammad Reza Pahlavi yang digulingkan melalui Revolusi Iran, Pangeran Reza Pahlavi, juga mengetik tagar #StopExecutionsInIran.

Sejumlah kelompok pemantau internet melaporkan bahwa penyedia layanan Iran, yang terkait dengan layanan keamanan rezim, mulai memperlambat kecepatan koneksi internet.

Baca juga: Internet di Ethiopia Mati di Tengah Protes Kematian Seorang Penyanyi

Salah satu kelompok pemantau internet, NetBlocks.org, berkicau melalui Twitter bahwa terjadi banyak gangguan jaringan internet di Iran pada Rabu.

NetBlocks.org menambahkan hal tersebut telah melemahkan kemampuan warga negara Iran untuk berkomunikasi.

Kelompok pemantau internet tersebut menambahkan gangguan berlangsung sekitar tiga jam. Gangguan tersebut memiliki dampak parsial di beberapa provider.

Saat dilanda kerusuhan, Iran basanya memutus akses internet dan memblokir situs media sosial.

Pada 2019, pengguna internet di Iran menghadapi gangguan internet yang berkepanjangan ketika pengunjuk rasa turun ke jalan untuk berdemonstrasi.

Baca juga: Terlama di Dunia, Pemblokiran Internet di Rakhine Masuki Tahun Kedua

Tapi kali ini akses internet terputus meskipun tidak ada demonstran yang turun ke jalan.

Protes di media sosial tersebut dipicu oleh pengumuman hukuman mati terhadap tiga pria yang ikut dalam protes anti-pemerintah pada November 2019.

Pejabat Iran berulang kali menyuarakan dukungan untuk protes anti-pemerintah di AS beberapa bulan terakhir. Mereka mendukung pengunjuk rasa dalam melawan rasisme dan kebrutalan polisi di AS.

Tetapi pada saat yang sama, Iran menganiaya etnis minoritas di negara itu ditambah dengan memenjarakan dan mengeksekusi tahanan politik.

Pejabat tinggi termasuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif bahkan menyatakan dukungan mereka untuk demonstran Amerika melalui Twitter.

Baca juga: Guru di Bolivia Jadi Superhero Sambil Mengajar Via Internet

Amnesty International berseru kepada Khamenei untuk mencabut hukuman mati terhadap tiga pengunjuk rasa melalui Twitter pada Selasa.

"Pengadilan terhadap mereka tidak adil. Mereka juga mengatakan mengalami penyiksaan melalui pemukulan, disetrum, dan digantung terbalik," tulis organisasi hak asasi manusia (HAM), tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com