Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Ungkap Dugaan Kerusakan Otak akibat Covid-19

Kompas.com - 09/07/2020, 18:51 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Miranti Kencana Wirawan

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Para ilmuwan pada Rabu (8/7/2020), memperingatkan tentang kemungkinan gelombang kerusakan otak akibat Covid-19.

Kemungkinan tersebut menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi neurologis yang parah, termasuk peradangan, psikosis, dan delirium.

Sebuah studi oleh para peneliti di University College London (UCL) menunjukkan 43 kasus pasien Covid-19 yang menderita disfungsi otak sementara, stroke, kerusakan saraf atau dampak serius lainnya yang terjadi pada otak.

Melansir Reuters (8/7/2020), para peneliti menambahkan bahwa studi terbaru juga menemukan penyakit ini dapat merusak otak.

Baca juga: Bocah 2 Tahun Diduga Diperkosa saat Dikarantina di Bangsal Corona

Namun, para peneliti ini belum mengetahui pasti seberapa besarnya dampak Covid-19 terhadap fungsi otak.

"Mungkin mirip dengan wabah ensefalitis lethargica pada 1920-an dan 1930-an setelah pandemi influenza pada 1918. Masih harus diamati," kata Michael Zandi, dari Institute Neurologi UCL, yang ikut memimpin penelitian.

Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, sebagian besar adalah penyakit pernapasan yang mempengaruhi paru-paru.

Namun, ahli saraf dan dokter spesialis otak mengatakan bukti yang muncul tentang dampaknya pada otak sangat memprihatinkan.

Baca juga: Kasus Corona di Dunia Mencapai 11,8 Juta, Satu Kematian Tiap 18 Detik

Terlebih saat ini, jumlah kasus infeksi virus corona dari berbagai negara di dunia telah mencapai angka jutaan orang.

Menurut Worldometers pada Kamis (9/7/2020), angka kasus infeksi virus corona di dunia mencapai lebih dari 12 juta orang.

Ahli saraf sekaligus dokter spesialis otak itu mengkhawatirkan dampak ke pekerjaan dan aktivitas normal lainnya yang bisa saja terganggu karena fungsi kerja otak yang terganggu.

“Dan jika dalam waktu satu tahun kita memiliki 10 juta orang yang pulih, dan orang-orang itu memiliki defisit kognitif, maka hal itu akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja dan kemampuan mereka untuk beraktivitas sehari-hari,” ujar Ahli Saraf, Adrian Owen dari Western University di Canada.

Dalam studi UCL yang diterbitkan dalam jurnal Brain, menyebutkan bahwa 9 pasien yang mengalami peradangan otak didiagnosis dengan kondisi langka yang disebut acute disseminated encephalomyelitis (ADEM) yang lebih sering terjadi pada anak-anak dan dapat dipicu oleh infeksi virus.

Baca juga: WHO Akui Bukti bahwa Virus Corona Dapat Menyebar Melalui Udara

Tim peneliti UCL menyebutkan bahwa biasanya akan ada satu pasien dewasa dengan ADEM per bulan di klinik spesialis mereka di London.

Namun, jumlahnya telah meningkat setidaknya satu minggu selama masa studi, sesuatu yang mereka gambarkan sebagai "peningkatan yang mengkhawatirkan".

Owen mengatakan bukti yang muncul memerlukan penelitian besar dan terperinci serta pengumpulan data global untuk menilai seberapa umum komplikasi neurologis dan psikiatrik tersebut.

Mengingat bahwa Covid-19 masih diteliti selama beberapa bulan, salah satu pemimpin penelitian UCL, Ross Paterson, mengatakan bahwa pihaknya belum tahu kerusakan jangka panjang apa yang dapat disebabkan Covid-19.

"Dokter perlu mewaspadai kemungkinan efek neurologis, karena diagnosis dini dapat mempengaruhi pasien," kata Paterson.

Baca juga: Sering Remehkan Covid-19, Ini Kata-kata Presiden Brasil Sebelum Positif Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com