Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Putin Ejek Bendera Pelangi yang Dikibarkan di Kedutaan AS

Kompas.com - 04/07/2020, 22:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengejek bendera pelangi kebanggaan LGBT yang dikibarkan oleh Kedutaan Besar AS di Moskwa, dalam video konferensi Jumat (3/7/2020).

Pada konferensi yang disiarkan televisi, seorang anggota parlemen mengatakan kepada Putin bahwa kedutaan AS menggantung bendera pelangi LGBT di atas untuk pertama kalinya pada perayaan bulan bersejarah bagi komunitas LGBT.

"Siapa yang bekerja di gedung ini?" tanya Putin kepada si pembicara, Senator Alexei Pushkov, yang kemudian dijawab "orang Amerika".

"Biarkan mereka merayakan. Mereka menunjukkan dengan jelas siapa saja orang-orang yang bekerja di sana," tambahnya sambil tersenyum seperti dilansir dari AFP (3/7/2020).

Baca juga: Resmi Pimpin Rusia sampai 2036, Putin Tanda Tangani Perintah Eksekutif

Putin menyampaikan ejekan itu setelah menandatangani amendemen konstitusi yang mendapat dukungan publik dalam pemungutan suara nasional.

Dalam amendemen tersebut, termaktub klausul pernikahan antara pria dan perempuan, yang bertujuan mencegah legalisasi serikat gay.

Meski begitu, Putin mengatakan bahwa Rusia tidak mendiskriminasi orang-orang berdasarkan orientasi seksual.

Dia mengatakan undang-undang larangan hubungan homoseksual yang dia tandatangani pada 2013, ditujukan untuk mencegah "pemalsuan" hubungan semacam itu pada anak-anak.

Namun, UU itu telah digunakan sebagai alasan untuk melarang kegiatan Pride month.

Baca juga: 78 Persen Warga Rusia Setuju Putin Berkuasa 16 Tahun Lagi

"Biarkan seseorang tumbuh dewasa, menjadi dewasa, dan dia putuskan sendiri jalannya. Kamu seharusnya tidak memaksakan apa pun," desak Putin.

Dia mengatakan bahwa "mereka yang menyerang kami hanya berdasar mencoba untuk membuat perubahan."

Rusia diketahui telah mendekriminalisasi homoseksual pada 1993 silam.

Seorang politsi yang juga kepala kesatuan wanita Rusia memperingatkan Putin bahwa bendera LGBT yang dipasang di mana-mana, termasuk di Kedutaan AS di Moskwa, bertujuan mengedukasi anak-anak.

Baca juga: Referendum Beri Jalan Bagi Putin untuk Pimpin Rusia Selama 36 Tahun

"Ini tidak langsung tetapi semua itu agar anak-anak kita terbiasa dengan warna pada bendera yang digantung semua orang, bahkan di kedutaan itu," kata Yekaterina Lakhova.

Duta Besar AS untuk Rusia, John Sullivan dalam sebuah video di Twitter pada 25 Juni mengatakan, "kedutaan kami menampilkan bendera pelangi sebagai solidaritas," berharap Rusia "bahagia dalam Pride month."

Pada 27 Juni, Sullivan dan duta besar dari empat negara lain, termasuk Inggris, merilis pernyataan yang mendesak Kremlin untuk melaksanakan kewajibannya untuk melindungi hak-hak orang LGBT.

Kedutaan Inggris, kedutaan AS di Moskow sudah mengibarkan bendera pelangi.

Baca juga: Putin: Dunia Berutang Budi pada Uni Soviet

"Bendera kebanggaan di kedutaan AS telah menjadi tanda," tulis situs hiburan Afisha.ru.

Lalu, banyak yang berfoto selfie di depan bendera untuk menandakan dukungan mereka terhadap hak-hak gay.

Namun, ada juga sejumlah kelompok yang menanggapi pengibaran bendera LGBT dengan negatif, seperti protes yang terjadi di kedutaan AS.

Sejumlah orang dari kelompok homofobia melakukan protes di depan bangunan megah itu.

Anggota Sorok Sorokov, kelompok Kristen Ortodoks yang konservatif yang bergabung di sana merekam video mereka saat menginjak-injak bendera pelangi di trotoar di depan bangunan itu.

Baca juga: Tulisan Putin tentang Perang Dunia II, Buat AS Penasaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com