"Hentikan produksi #beritapalsu yang mengancam kehidupan, @nytimes," tambahnya di Twitter.
Stop producing #fakenews that provoke life threats, @nytimes.
We demand the relevant #US authorities take effective measures to ensure the fulfillment of their international obligations under the Vienna Convention on Diplomatic Relations of 1961. @StateDept @FBI @DHSgov ?? https://t.co/Ows7srg3IH
— Russia in USA ???????? (@RusEmbUSA) June 27, 2020
Dilansir dari AFP, Rusia memiliki sejarah kelam di Afghanistan. Uni Soviet di tahun-tahun terakhirnya terjebak perang dengan kelompok milisi, yang kemudian didukung oleh Washington.
The New York Times mengatakan, ada teori berbeda tentang mengapa Rusia akan mendukung serangan Taliban, termasuk keinginan untuk menjebak Washington tetap berperang.
Dikatakan media itu, Rusia mungkin juga hendak membalas dendam atas pembunuhan tentaranya di Suriah, karena Moskwa mendukung Presiden Bashar Al Assad.
Menurut surat kabar itu, operasi Taliban dipimpin oleh sebuah unit yang dikenal sebagai GRU.
Kelompok itu dituding sebagai biang kerok dalam berbagai insiden internasional, termasuk racun kimia di Inggris pada 2018 yang hampir menewaskan agen ganda kelahiran Rusia, Sergei Skripal.
Baca juga: Selamat dari Keracunan, Eks Mata-mata Rusia Jalani Hidup Baru bareng Putrinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.