Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Trump Kena "Prank" Penggemar K-Pop, Apa Motifnya?

Kompas.com - 23/06/2020, 09:03 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

TULSA, KOMPAS.com - Fans K-Pop mendapat sorotan di dunia politik, usai membuat prank di kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Selain itu, para penggemar K-Pop ini juga memberikan dukungan mereka di belakang gerakan Black Lives Matter.

Ribuan penggemar K-Pop dan pengguna TikTok mendaftarkan diri untuk ikut kampanye Trump di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020). Tapi, di hari H banyak di antara mereka tak hadir.

Baca juga: Bangga Kampanyenya Dihadiri 1 Juta Orang, Ternyata Trump Kena Prank Penggemar K-Pop dan TikTok

Manajer kampanye Trump, Brad Parscale, pekan lalu mengumumkan kampanye akan dihadiri lebih dari 1 juta orang. Namun kenyataannya, di arena yang berkapasitas 19.000 kursi, hanya sepertiganya yang terisi yakni sekitar 6.200 orang.

Tim sukses Trump kemudian menyebut ulah fans K-Pop itu sebagai "demonstran radikal", dan turut menyalahkan media karena dianggapnya menakut-nakuti bakal tertular virus corona jika hadir.

Fenomena ini kemudian ditanggapi seorang anggota Partai Demokrat yang tergabung ke Kongres New York, Alexandria Ocasio-Cortez.

Ia berterima kasih kepada Generasi Z dan teman-teman K-Pop atas "kontribusi mereka dalam memperjuangkan keadilan".

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP) pada Senin (22/6/2020), di Korea Selatan K-Pop lebih dikenal sebagai "anak manis", bukan sebagai musik yang berhaluan politik.

Namun, kemunculan sejumlah boyband yang punya kesadaran sosial tinggi seperti BTS perlahan mengubah persepsi di industri musik kekinian itu.

Baca juga: Kampanye Trump Kena Prank Penggemar K-Pop dan TikTok, Ini Tanggapan Timses

Sementara itu fans K-Pop yang lebih dikenal sebagai pendorong di balik tiket konser yang terjual habis dan dominasi di tangga lagu, belakangan ini mulai menunjukkan kepedulian di dunia politik.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berkampanye di BOK Center, Tulsa, Oklahoma, pada Sabtu (20/6/2020).AP/IAN MAULE Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berkampanye di BOK Center, Tulsa, Oklahoma, pada Sabtu (20/6/2020).
"Dari apa yang saya lihat beberapa tahun terakhir ini, komunitas kami sangat terlibat secara politis," kata Adaeze Agbakoba (21) penggemar BTS keturunan Afrika-Amerika di Washington.

"Ini karena fakta bahwa fanatisme kami memiliki demografi yang paling beragam di semua K-Pop."

"Jumlah kami puluhan juta, dan banyak survei serta analisis telah menunjukkan bahwa mayoritas (BTS Army) berusia 18-30 tahun."

"Jadi kebanyakan dari kita setidaknya adalah mahasiswa, dan banyak orang yang sudah kerja atau cukup umur untuk memilih di pemilu, dan kemungkinan besar sudah teredukasi dengan topik politik serta mengikuti berita harian," ungkapnya dikutip dari SCMP.

Lalu, kenapa sasaran yang mereka tuju adalah Donald Trump?

Baca juga: Buntut Kena Prank di Oklahoma, Manajer Kampanye Trump dalam Tekanan

Michael Hurt sosiolog visual Korea-Amerika dan dosen di Korea National University of Arts di Seoul mengatakan, penggemar K-Pop cenderung lebih liberal dan mendukung gerakan hak-hak sipil.

"(Mereka punya) alergi terhadap boomer di politik, pengalihan tanggung jawab, dan sikap (kuno) yang dimiliki Trump," terangnya kepada SCMP.

"Basis massa K-Pop yang bersifat internasional, muda, dan aktif di dunia digital, memiliki banyak demografi yang sama dengan orang-orang yang benci pesan-pesan (diskriminatif) Trump."

Lebih penting lagi, lanjut Hurt, warganet ini tahu cara melakukan "pekerjaan digital" lebih baik dari siapa pun di dunia.

"Tidak ada orang lain yang dapat membantai Trump di dunia digital selain basis massa BTS. Jadi ini sangat masuk akal."

BTS tampil dengan streetwear ikonik ketika menghadiri The Tonight Show.NBC + Getty Images BTS tampil dengan streetwear ikonik ketika menghadiri The Tonight Show.
Awal bulan ini BTS dan label rekaman Big Hit Entertainment menyumbang 1 juta dollar AS (Rp 14,2 miliar) kepada gerakan Black Lives Matter, seraya mengumumkan mereka berjuang bersama melawan diskriminasi ras.

Dalam beberapa hari, BTS Army juga menggalang dana yang jumlahnya melebihi donasi BTS, untuk diserahkan ke Black Lives Matter dan kelompok-kelompok advokasi lainnya.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Trump Kena Prank Penggemar K-Pop dan TikTok | China Tutup Pabrik Pepsi

Grup musik yang terdiri dari 7 anggota dan dibentuk di Seoul pada 2010 itu, di tahun 2018 berpidato di PBB untuk mendorong kaum muda memperjuangkan apa yang diyakininya.

"Aku pikir pidato BTS di PBB 2018 benar-benar menyemangati kami," kata Sterre Brouwer penggemar BTS berusia 15 tahun yang berbasis di Belanda.

"Aku menonton pidato mereka setiap kali aku merasa buruk tentang diriku, dan aku merasa itu menginspirasi kami untuk melakukan lebih banyak hal."

Pada puncak demo Black Lives Matter awal Juni, fans K-Pop mengaku berada di balik layar dalam aplikasi Departemen Kepolisian Dallas yang crash.

Aplikasi itu digunakan publik untuk mengirimkan video perilaku mencurigakan, dan fans K-Pop membanjirinya dengan videoklip dari grup musik favorit mereka.

Sebelumnya pada Mei mereka menenggelamkan tagar #WhiteLivesMatter dengan tujuan meredam pesan rasis tentang protes kebrutalan polisi.

Namun mundur lagi ke belakang, jauh sebelum fans K-Pop dikenal karena aktivitas politiknya, mereka sudah menggunakan media sosial untuk memopulerkan idola-idola mereka, termasuk membelanya dari kritik dan cemoohan.

Tahun lalu tv Australia Channel Nine meminta maaf setelah ada segmen yang mengolok-olok BTS dan basis penggemarnya. Tagar #Channel9Apologise langsung viral kala itu.

Baca juga: Amankan Kesepakatan Dagang dengan China, Trump Tunda Sanksi ke Xinjiang

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berkampanye di BOK Center, Tulsa, Oklahoma, pada Sabtu (20/6/2020).AP/IAN MAULE Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berkampanye di BOK Center, Tulsa, Oklahoma, pada Sabtu (20/6/2020).
"Sebagian besar dari kita tahu bagaimana rasanya didiskriminasi, jadi saya pikir setelah melihatnya menimpa artis favorit kami, kita jadi lebih bersemangat memperjuangkan kesetaraan dan mendukung gerakan Black Lives Matter," lanjut Brouwer.

Ia merujuk ke sejumlah besar orang kulit berwarna dan orang-orang LGBT di basis massa K-Pop.

CedarBough T Saeji asisten profesor tamu di Departemen Bahasa dan Budaya Asia Timur Universitas Indiana mengatakan, fans K-Pop sangat memahami media sosial karena sudah bertahun-tahun lamanya ada di balik "peningkatan views di video, meminta lagu diputar di radio, atau mempromosikan lagu baru."

Di tengah kritik lama bahwa industri K-Pop telah mengeruk keuntungan dari budaya Afrika-Amerika, kebangkitan gerakan Black Lives Matter membuat semakin banyak artis Korea menunjukkan kepeduliannya.

Rapper pH-1 dan Jay Park telah menyumbang untuk gerakan Black Lives Matter dan George Floyd Memorial Fund.

Kemudian penyanyi Korea Lee Chae-rin atau yang lebih dikenal dengan nama panggung CL, juga memberi donasi dan mengunggah caption panjang di Instagram tentang pentingnya mendukung Black Lives Matter.

Baca juga: Demo George Floyd Bertajuk Black Lives Matter, Apa Artinya?

"Artis, sutradara, penulis, penari, desainer, produser, stylist di industri K-Pop semuanya terinspirasi oleh budaya kulit hitam terlepas mereka mengakuinya atau tidak," tulis CL.

"Kita harus berdiri dan membantu mereka memperjuangkan keadilan."

Lalu untuk penggemar seperti Agbakoba, solidaritas dan apresiasi terhadap keragaman adalah kunci daya tarik K-Pop.

"Karena dalam basis massa BTS Army misalnya, Anda memiliki orang-orang dengan pengetahuan politik dan orang-orang dengan ilmu di media sosial."

"Gabungkan keduanya, dan Anda dapat melihat apa yang kami saksikan sejak protes ini dimulai. Ancaman (terhadap sistem)," pungkasnya.

Baca juga: Muncul Penampakan di Video TikTok-nya, Pria Ini Langsung Mual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com