Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kampanye Trump Kena "Prank" Penggemar K-Pop, Apa Motifnya?

Selain itu, para penggemar K-Pop ini juga memberikan dukungan mereka di belakang gerakan Black Lives Matter.

Ribuan penggemar K-Pop dan pengguna TikTok mendaftarkan diri untuk ikut kampanye Trump di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020). Tapi, di hari H banyak di antara mereka tak hadir.

Manajer kampanye Trump, Brad Parscale, pekan lalu mengumumkan kampanye akan dihadiri lebih dari 1 juta orang. Namun kenyataannya, di arena yang berkapasitas 19.000 kursi, hanya sepertiganya yang terisi yakni sekitar 6.200 orang.

Tim sukses Trump kemudian menyebut ulah fans K-Pop itu sebagai "demonstran radikal", dan turut menyalahkan media karena dianggapnya menakut-nakuti bakal tertular virus corona jika hadir.

Fenomena ini kemudian ditanggapi seorang anggota Partai Demokrat yang tergabung ke Kongres New York, Alexandria Ocasio-Cortez.

Ia berterima kasih kepada Generasi Z dan teman-teman K-Pop atas "kontribusi mereka dalam memperjuangkan keadilan".

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP) pada Senin (22/6/2020), di Korea Selatan K-Pop lebih dikenal sebagai "anak manis", bukan sebagai musik yang berhaluan politik.

Namun, kemunculan sejumlah boyband yang punya kesadaran sosial tinggi seperti BTS perlahan mengubah persepsi di industri musik kekinian itu.

Sementara itu fans K-Pop yang lebih dikenal sebagai pendorong di balik tiket konser yang terjual habis dan dominasi di tangga lagu, belakangan ini mulai menunjukkan kepedulian di dunia politik.

"Ini karena fakta bahwa fanatisme kami memiliki demografi yang paling beragam di semua K-Pop."

"Jumlah kami puluhan juta, dan banyak survei serta analisis telah menunjukkan bahwa mayoritas (BTS Army) berusia 18-30 tahun."

"Jadi kebanyakan dari kita setidaknya adalah mahasiswa, dan banyak orang yang sudah kerja atau cukup umur untuk memilih di pemilu, dan kemungkinan besar sudah teredukasi dengan topik politik serta mengikuti berita harian," ungkapnya dikutip dari SCMP.

Lalu, kenapa sasaran yang mereka tuju adalah Donald Trump?

Michael Hurt sosiolog visual Korea-Amerika dan dosen di Korea National University of Arts di Seoul mengatakan, penggemar K-Pop cenderung lebih liberal dan mendukung gerakan hak-hak sipil.

"(Mereka punya) alergi terhadap boomer di politik, pengalihan tanggung jawab, dan sikap (kuno) yang dimiliki Trump," terangnya kepada SCMP.

"Basis massa K-Pop yang bersifat internasional, muda, dan aktif di dunia digital, memiliki banyak demografi yang sama dengan orang-orang yang benci pesan-pesan (diskriminatif) Trump."

Lebih penting lagi, lanjut Hurt, warganet ini tahu cara melakukan "pekerjaan digital" lebih baik dari siapa pun di dunia.

"Tidak ada orang lain yang dapat membantai Trump di dunia digital selain basis massa BTS. Jadi ini sangat masuk akal."

Dalam beberapa hari, BTS Army juga menggalang dana yang jumlahnya melebihi donasi BTS, untuk diserahkan ke Black Lives Matter dan kelompok-kelompok advokasi lainnya.

Grup musik yang terdiri dari 7 anggota dan dibentuk di Seoul pada 2010 itu, di tahun 2018 berpidato di PBB untuk mendorong kaum muda memperjuangkan apa yang diyakininya.

"Aku pikir pidato BTS di PBB 2018 benar-benar menyemangati kami," kata Sterre Brouwer penggemar BTS berusia 15 tahun yang berbasis di Belanda.

"Aku menonton pidato mereka setiap kali aku merasa buruk tentang diriku, dan aku merasa itu menginspirasi kami untuk melakukan lebih banyak hal."

Pada puncak demo Black Lives Matter awal Juni, fans K-Pop mengaku berada di balik layar dalam aplikasi Departemen Kepolisian Dallas yang crash.

Aplikasi itu digunakan publik untuk mengirimkan video perilaku mencurigakan, dan fans K-Pop membanjirinya dengan videoklip dari grup musik favorit mereka.

Sebelumnya pada Mei mereka menenggelamkan tagar #WhiteLivesMatter dengan tujuan meredam pesan rasis tentang protes kebrutalan polisi.

Namun mundur lagi ke belakang, jauh sebelum fans K-Pop dikenal karena aktivitas politiknya, mereka sudah menggunakan media sosial untuk memopulerkan idola-idola mereka, termasuk membelanya dari kritik dan cemoohan.

Tahun lalu tv Australia Channel Nine meminta maaf setelah ada segmen yang mengolok-olok BTS dan basis penggemarnya. Tagar #Channel9Apologise langsung viral kala itu.

Ia merujuk ke sejumlah besar orang kulit berwarna dan orang-orang LGBT di basis massa K-Pop.

CedarBough T Saeji asisten profesor tamu di Departemen Bahasa dan Budaya Asia Timur Universitas Indiana mengatakan, fans K-Pop sangat memahami media sosial karena sudah bertahun-tahun lamanya ada di balik "peningkatan views di video, meminta lagu diputar di radio, atau mempromosikan lagu baru."

Di tengah kritik lama bahwa industri K-Pop telah mengeruk keuntungan dari budaya Afrika-Amerika, kebangkitan gerakan Black Lives Matter membuat semakin banyak artis Korea menunjukkan kepeduliannya.

Rapper pH-1 dan Jay Park telah menyumbang untuk gerakan Black Lives Matter dan George Floyd Memorial Fund.

Kemudian penyanyi Korea Lee Chae-rin atau yang lebih dikenal dengan nama panggung CL, juga memberi donasi dan mengunggah caption panjang di Instagram tentang pentingnya mendukung Black Lives Matter.

"Artis, sutradara, penulis, penari, desainer, produser, stylist di industri K-Pop semuanya terinspirasi oleh budaya kulit hitam terlepas mereka mengakuinya atau tidak," tulis CL.

"Kita harus berdiri dan membantu mereka memperjuangkan keadilan."

Lalu untuk penggemar seperti Agbakoba, solidaritas dan apresiasi terhadap keragaman adalah kunci daya tarik K-Pop.

"Karena dalam basis massa BTS Army misalnya, Anda memiliki orang-orang dengan pengetahuan politik dan orang-orang dengan ilmu di media sosial."

"Gabungkan keduanya, dan Anda dapat melihat apa yang kami saksikan sejak protes ini dimulai. Ancaman (terhadap sistem)," pungkasnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/06/23/090303470/kampanye-trump-kena-prank-penggemar-k-pop-apa-motifnya

Terkini Lainnya

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke