Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan Minta Korea Utara Pegang Teguh Perjanjian

Kompas.com - 14/06/2020, 14:15 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Selatan pada Minggu (14/6/2020) mengadakan pertemuan keamanan darurat dan mendesak pihak Korea Utara untuk menegakkan perjanjian rekonsiliasi. 

Peristiwa itu terjadi beberapa jam pasca Korea Utara mengancam akan merusak kantor penghubung dan melakukan tindak militer terhadap Korea Selatan.

Ada kekhawatiran bahwa Korea Utara dapat beralih memprovokasi untuk meningkatkan persatuan internalnya dan merebut konsesi di luar karena pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) masih berada di jalan buntu.

Baca juga: Jika Ingin Pilpres Lancar, Korea Utara Peringatkan AS Tidak Ikut Campur

Pengamat mengatakan Korea Utara sangat membutuhkan kelonggaran sanksi dari AS di tengah wabah virus corona.

Direktur keamanan nasional Korea Selatan, Chung Eui Yong menggelar konferensi video darurat dengan kementerian di bidang keamanan dan para jenderal militer pada Minggu pagi untuk mendiskusikan situasi terakhir di semenanjung Korea.

Mereka juga membahas tentang langkah-langkah yang mungkin dilakukan pemerintah, sebagaimana dikatakan pihak kepresidenan Gedung Biru.

Baca juga: Korea Utara ke Korea Selatan: Hentikan Omong Kosong soal Denuklirisasi

Kementerian Unifikasi yang mengurus hubungan dengan Korea Utara mengatakan bahwa kedua Korea harus berusaha mematuhi semua perjanjian yang telah mereka capai. 

Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa pihaknya akan memantau dengan cermat pergerakan militer Korea Utara dan menjaga kesiapan militer Korea Selatan yang kuat.

Baik Kementerian Unifikasi mau pun Pertahanan sama-sama berpandangan bahwa situasi saat ini sangat buruk.

Baca juga: Setelah Ancaman, Korea Utara Putuskan Semua Komunikasi dengan Korea Selatan

Sementara itu pada Sabtu malam, Kim Yo Jong, adik dari pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un memperingatkan bahwa Seoul akan segera menyaksikan 'peristiwa tragis penghancuran gedung penghubung Utara-Selatan yang tak berguna di Korea Utara."

Dia juga mengatakan akan menyerahkan pada militer Korea Utara terkait hak untuk mengambil langkah pembalasan selanjutnya terhadap Korea Selatan.

Sebelumnya, diketahui bahwa Korea Utara telah memutus semua saluran komunikasi dengan Korea Selatan.

Mereka juga mengancam akan membatalkan perjanjian pada 2018 yang mengarah pada penghentian latihan senjata, membuang beberapa ranjau darat dan menghancurkan pos jaga di garis depan untuk kedua belah pihak.

Baca juga: Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, Gulirkan Ancaman terhadap Korea Selatan

Serangkaian ancaman Korea Utara beberapa waktu terakhir akibat Seoul gagal mencegah aktivis dan pembelot yang meluncurkan selebaran propaganda anti Pyongyang yang melintasi perbatasan mereka.

Beberapa ahli mengatakan Korea Utara sangat frustrasi karena Korea Selatan belum melakukan cukup banyak untuk menghidupkan kembali proyek-proyek ekonomi bersama Utara yang menguntungkan.

Juga, karena Korea Utara menghadapi jalan buntu soal pembicaraan nuklirnya bersama Washington.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com