Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokumen Bocor WHO Sebut China Terlambat Beri Informasi Penting Virus Corona

Kompas.com - 03/06/2020, 16:55 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

JENEWA, KOMPAS.com - China disebut terlambat memberi informasi penting soal virus corona, berdasarkan dokumen bocor dari dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam laporan yang diperoleh Associated Press (AP), keterlambatan itu membuat mereka frustrasi, meski mereka memuji Beijing sudah bertindak transparan.

Negeri "Panda" baru mempublikasikan genome virus corona pada 11 Januari, atau lebih dari satu pekan sejak wabah itu merebak.

Baca juga: Dokumen Bocor Prediksi Korban Kematian Harian Covid-19 di AS Capai 3.000 pada Juni

Padahal seperti diberitakan AP via Sky News Selasa (2/6/2020), tiga laboratorium milik pemerintah sudah memecahkan urutan kode genetik virus.

Berdasarkan dokumen bocor yang diperoleh AP, ketatnya penyaringan informasi dan kompetisi di antara sistem kesehatan publik China ditengarai jadi alasan informasi itu datang terlambat.

Dan dua minggu setelah itu, Beijing disebut lambat menyediakan WHO informasi dengan data pasien maupun kasus Covid-19 yang lebih detil.

Berdasar rekaman yang diperoleh, peristiwa itu membuat mereka tak bisa mempertimbangkan apakah virus bisa menular antar-manusia.

"Kmai benar-benar hanya berbekal informasi minimal. Jelas itu tidak cukup bagi Anda untuk membuat rencana bagus," keluh salah satu pejabat WHO.

AP melaporkan, staf badan di bawah PBB itu berdebat bagaimana cara mereka menekan China untuk urutan data maupun detil pasien tanpa membuat Beijing marah.

Baca juga: Berusaha Keluar dari WHO, Trump Dikritik

Sebab dalam pandangan mereka, jika sampai mereka membuat pemerintah China marah, selain akses hilang, ilmuwan lokal bisa terancam.

Beijing tidak merespons laporan yang dipublikasikan AP. Namun selama ini, mereka berulang kali menyatakan sudah bertindak transparan.

Salah satunya adalah Liu Mingzhu, pejabat Departemen Internasional Komisi Kesehatan Nasional dalam konferensi pers 15 Mei.

Liu menekankan bahwa sejak Covid-19 merebak, mereka terus melakukan kontak dengan WHO dan memberikan informasi terkait wabah.

"Kami juga melakukannya kepada komunitas internasional secara transparan, terbuka, dan bertanggung jawab," jelas Liu Mingzhu.

Adapun dalam keterangan resminya, induk kesehatan dunia itu menerangkan mereka bekerja siang dan malam, serta mematuhi aturan organisasi.

Baca juga: Covid-19, Trump Hentikan Hubungan dengan WHO

Orang-orang mengenakan masker sampai di Stasiun Kereta Hankou, Wuhan, untuk menumpang kereta pertama setelah pemerintah mencabut lockdown guna menangkal virus corona pada 8 April 2020. Sudah 76 hari warga ibu kota Hubei tersebut dikarantina demi mencegah penyebaran wabah.AFP/NOEL CELIS Orang-orang mengenakan masker sampai di Stasiun Kereta Hankou, Wuhan, untuk menumpang kereta pertama setelah pemerintah mencabut lockdown guna menangkal virus corona pada 8 April 2020. Sudah 76 hari warga ibu kota Hubei tersebut dikarantina demi mencegah penyebaran wabah.

Dalam penerapannya, WHO mendukung dan membagi informasi dengan semua negara anggota, dan terus secara aktif berkomunikasi dengan pejabat pemerintah di semua tingkat.

Meski aturan internasional mewajibkan negara menyerahkan informasi yang bisa memengaruhi kesehatan publik, namun WHO tak mengikat.

Pejabat badan yang dipimpin oleh Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus itu kemudian membandingkan kurangnya kooperasi China dengan negara lain.

Baca juga: Meski Tak Catatkan Kasus Virus Corona untuk Pertama Kalinya, Ini Peringatan PM China

"(Kurangnya kooperasi) ini tidak akan terjadi Kongo. Tidak mungkin terjadi di Kongo dan negara lain," ujar Direktur Kedaruratan Dr Michael Ryan.

Dr Ryan disebut menyatakan itu mepada salah satu staf pada pekan kedua Januari. "Kita harus melihat datanya. Ini sangat penting," ujarnya saat itu.

Institut Virologi Wuhan disebut sudah mengurutkan genome Covid-19 pada 2 Januari, atau ketika upaya menyingkatkan peta genetik pada akhir Desember 2019.

Kemudian pada 3 Januari, Komisi Kesehatan Nasional China secara rahasia merilis pemberitahuan memerintahkan lab yang mempelajari virus itu menghancurkan sampel, atau mengirim ke tempat lain.

Baca juga: WHO Nyatakan Amerika Latin sebagai Episentrum Baru Virus Corona

Dua peneliti dari Institut Virologi Wuhan tengah melakukan penelitian. Laboratorium tersebut disebut meneliti kelelawar dari goa yang diduga merupakan asal patogen virus corona.Institut Virologi Wuhan via Daily Mail Dua peneliti dari Institut Virologi Wuhan tengah melakukan penelitian. Laboratorium tersebut disebut meneliti kelelawar dari goa yang diduga merupakan asal patogen virus corona.

Pemberitahuan itu juga menginstruksikan melarang laboratorium untuk merilis informasi mengenai wabah, tanpa mendapat persetujuan dari pemerintah.

Kemudian pada 5 Januari, ada tiga laboratorium yang bisa mengurutkan genome, termasuk Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC).

Dalam laporan AP, Pusat Kesehatan Klinik Umum Shanghai memberi tahu komisi bahwa virus itu diyakini menular di saluran pernapasan.

"Kami sarankan mengambil tindakan pencegahan di tempat umum," demikian keterangan pusat klinik Shanghai kepada komisi kesehatan.

Akhirnya pada 11 Januari, urutan genetik itu dikeluarkan lab Shanghai, dan membuat pejabat CDC marah, berdampak pada penutupan sementara.

Lalu di 20 Januari, otoritas Negeri "Panda" mengonfirmasi adanya transmisi di antara manusia virus bernama resmi SARS-Cov-2.

Presiden Xi Jinping kemudian menyerukan "dibukanya publikasia informasi mengenai epidemi dan memperkuat kerja sama internasional".

Baca juga: WHO: Covid-19 Masih Menjadi Virus Mematikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com