KOMPAS.com - Beberapa tenaga medis dan kemanusiaan di Australia merupakan Muslim dan tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Padahal Australia saat ini sedang menghadapi pandemi virus corona dengan total kasus 7.095 pada Jumat (22/05/2020).
Rumah sakit tetap membutuhkan tenaga medis dan kemanusiaan karena mereka termasuk dalam kategori "pekerjaan penting" di Australia.
Hal ini yang menyebabkan mereka, meskipun Muslim dan berpuasa, tetap harus datang ke tempat kerjanya di rumah sakit.
Risyad Abmar, perawat asal Indonesia, yang bekerja di salah satu rumah sakit umum di Melbourne.
Risyad baru saja lulus dari ilmu keperawatan dan merupakan tahun pertama untuk bekerja sambil berpuasa.
Baca juga: Perang Mulut Antar Pejabat Negara Bagian di Australia soal Pembukaan Perbatasan
Dia mengaku tantangannya saat ini adalah menjaga kesehatannya di saat menjalankan ibadah puasa dengan tetap merasakan kondisi tubuhnya.
"Saya merasa harus medengarkan tubuh untuk mengetahui bagaimana kondisinya. Ketika sampai di rumah sehabis kerja, saya biasanya merasa sangat lelah dan butuh tidur," kata Risyad.
Risyad merasa terbantu dengan dukungan yang diberikan rekan-rekan di tempat kerjanya.
"Ada rasa lega ketika kita tahu ada satu tim yang selalu siap membantu di saat saya membutuhkannya," kata Risyad yang pindah ke Australia saat masih kecil.
Dia mengaku menikmati pekerjaannya saat puasa dan di tengah pandemi Covid-19, menurutnya pekerjaannya memiliki persamaan dengan tujuan berpuasa, mengembangkan empati.
"Ketika bekerja saya harus berempati, sama halnya ketika saya berpuasa. Jadi, inti dari dua hal ini adalah untuk mengembangkan empati," kata Risyad.
Risyad tidak dapat mengunjungi keluarganya saat ini, karena harus mentaati aturan 'social-distancing' yang masih berlaku di Australia.
Dia mengaku ada rasa kesepian saat harus menyiapkan makanan sendiri untuk sahur atau berbuka puasa, baginya ramadhan tahun ini sepi rasanya.
"Kondisinya sulit, menurut saya. Saya juga rindu keluarga. Ramadan kali ini sepi sekali rasanya." kata Risyad.
Baca juga: Covid-19, Suasana Lebaran WNI di Australia
Semua adalah Ibadah
Warga Indonesia lain yang tetap bekerja sambil berpuasa dan dalam kondisi Covid-19 adalah Sari Bui.
Sari bekerja sebagai 'support worker' yang menjadi pendamping warga lanjut usia di Melbourne, seperti membantu atau sekedar mengawasi kliennya saat mandi, membantu mereka saat makan, belanja, atau menemani mereka ke dokter.
"Tapi kadang bisa juga di-booking untuk mereka untuk sekedar mengobrol atau menonton TV, intinya menemani para lansia," kata Sari.
"Kalau tidak ada support worker, mereka bisa jadi tidak berbicara dengan orang sama sekali, karenanya penting untuk menjaga kesehatan mental mereka," tambahnya.
Ketika bekerja, Sari sesekali membahas tentang Muslim di kalangan warga lanjut usia, menemukan bahwa ada diantara mereka yang tidak pernah mengenal Muslim sebelumnya.
"Mereka sepertinya tidak memperhatikan [soal Muslim], jadi kalau saya datang pake hijab, mereka tidak tahu saya Muslim," ujar Sari yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Australia.
Baca juga: Covid-19, Suasana Lebaran WNI di Australia
Sari mengaku membutuhkan kesabaran lebih saat menghadapi warga lanjut usia, lebih-lebih ketika bulan Ramadhan ini.
"Mereka banyak yang sudah mengalami dementia, jadi setiap kali ketemu, mereka cerita hal yang sama," jelas Sari.
Para lanjut usia yang didampingi oleh Sari akan menceritakan hal yang sama, artinya hal tersebut merupakan sebuah kisah penting bagi kehidupan mereka, dan Sari harus tetap mendengarkan "seakan-akan baru pertama kali dengar".
"Saya membayangkan mereka seperti orangtua sendiri, yang berarti saya harus merawat mereka dengan rasa hormat, martabat, dan empati," kata Sari.
Ketika Ramadhan tiba, Sari memiliki tantangan untuk membagi waktu antara bekerja dengan tugasnya di rumah, apalagi suaminya seorang mualaf.
"Kalau sedang tidak kerja, saya masak langsung lima macam, lalu masuk kulkas, biar nanti kalau saya bekerja lagi, setidaknya ada makanan untuk keluarga," ujar Sari.
Ketika di rumah, saat Ramadhan, setelah selesai shalat Taraweh, menjadikan dirinya untuk menyampaikan "ceramah" singkat termasuk penjelasan arti Al-Qur'an kepada anak-anaknya.
"Bagi saya sebagai seorang Muslim, mendampingi lansia seperti ibadah. Demikian halnya dengan menyiapkan makanan untuk keluarga dan menghabiskan waktu dengan anak-anak," ucap Sari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.