BEIJING, KOMPAS.com - China menyatakan mengirim protes setelah AS menyetujui penjualan 18 torpedo ke Taiwan, langkah yang dianggap mengancam perdamain regional.
Pada Rabu (21/5/2020), Gedung Putih memberi tahu Kongres mengenai rencana penjualan senjata dengan total nilai 180 juta dollar AS (Rp 2,6 triliun) itu.
Torpedo yang dibeli oleh Taiwan adalah MK-48 Mod6 kelas berat yang bisa diluncurkan dari kapal selam, beserta peralatan penunjang.
Baca juga: Menlu AS Sebut Pengucilan Taiwan Bukti WHO Terikat dengan China
Dikutip AFP, Kementerian Luar Negeri AS menerangkan bahwa mereka akan mengambilkan pesanan dari persediaan angkatan laut mereka.
Dalam keterangan kemenlu, diberikannya lampu hijau penjualan itu merupakan bentuk pemenuhan kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan mereka.
"Yakni dengan mendukung keberlanjutan penerima dalam meningkatkan pertahanan dan memodernisasi angkatan bersenjata mereka," ulas Washington.
Menyikapi rencana penjualan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menuturkan mereka sudah mengajukan "pertemuan perwakilan".
Diwartakan Newsweek, dalam pertemuan tersebut, Beijing bermaksud melakukan protes dan menentang penjualan senjata kepada Taiwan.
Zhao menekankan, mereka sangat tidak menyetujui rencana itu, dan memperingatkan transaksi itu bisa mengancam perdamaian regional.
AS memang tidak punya hubungan diplomatik dengan Taipei. Namun, mereka punya peraturan yang mengizinkan penjualan senjata untuk kebutuhan pertahanan diri.
Baca juga: Taiwan Bantah Statusnya sebagai Pengamat Akan Dibahas di Majelis Kesehatan Dunia
Beijing masih menganggap pulau itu sebagai bagian dari provinsi mereka, dan harus disatukan melalui prinsip "Satu China".
Taiwan, secara resmi bernama Republik China (ROC), sudah mempunyai pemerintahan mandiri selama 70 tahun, sejak lepas dalam perang saudara mematikan di 1949.
Secara konsisten, Negeri "Panda" menyatakan bakal segera mengembalikan Taiwan ke pangkuan mereka, baik dengan jalan diplomatik atau militer.
Pemberitahuan penjualan torpedo tersebut terjadi bersamaan dengan pengukuhan periode kedua Presiden Tsai Ing-wen yang menang Januari lalu.
Tsai, yang menjabat sejak 2016 dan dikenal penentang prinsip "Satu China", menekankan agar Beijing tak coba-coba merebut kedaulatan mereka.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengucapkan selamat kepada Tsai, dan memuji Taipei sebagai mitra yang bisa diandalkan dan pihak baik.
Ucapan selamat Pompeo memantik kemarahan Beijing, di mana Zhao menyatakan mereka akan mengambil "langkah balasan", dengan konsekuensi akan ditanggung AS.
Baca juga: Majelis Kesehatan Dunia Akan Bahas Status Pengamat Taiwan di WHO
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.