Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Catatkan 1,5 Juta Kasus Virus Corona, Trump: Itu Kehormatan

Kompas.com - 21/05/2020, 18:52 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menyebut adalah "kehormatan" bagi negaranya setelah mencatat 1,5 juta kasus virus corona.

Negara itu melaporkan lebih dari 92.000 kematian karena wabah. Meski begitu, presiden 73 tahun itu menyebut bahwa dia harus tetap bangga.

"Omong-omong, ketika kalian mengatakan kami unggul (dalam kasus infeksi virus corona), itu karena kami menggelar tes lebih banyak," klaim Trump di Gedung Putih.

Baca juga: Trump Salahkan China atas Pembunuhan Massal Pandemi Covid-19

Dia mengaku, ketika AS menjadi episentrum wabah di dunia, dia melihat hal itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Melainkan bukti tes mereka bekerja dengan baik.

"Jadi saya melihatnya sebagai kehormatan. Ya, sebuah kehormatan," jelas presiden dari Partai Republik itu dikutip Sky News Rabu (20/5/2020).

Dia menuturkan, jumlah itu merupakan bukti bahwa mereka sukses melakukan tes, dan memberikan kredit kepada setiap orang yang terlibat.

Trump juga membela diri dari kritikan pakar medis, ketika pada Senin (18/5/2020), dia mengaku meminum obat malaria untuk mencegah Covid-19.

Pengakuan bahwa dia mengonsumsi hidroksiklorokuin tak pelak membuat para pembantunya kaget, dan beramai-ramai membenarkan keterangan sang presiden.

Namun dari sisi medis, ucapan itu membuat pakar melayangkan kecaman. Sebab, ucapannya dinilai bisa memantik penyalahgunaan hidroksiklorokuin yang justru berakibat fatal.

Baca juga: Rusia Kecam AS Tentang Ancaman Trump soal Covid-19 dan WHO

Menyikapi kritikan itu, taipan real estate itu hanya menerangkan bahwa studi yang mengkhawatirkan penggunaan obat itu "salah" dan "memalukan".

"Jika kalian melihat pada salah satu survey, di mana surveynya buruk, mereka biasanya memberikan obat itu pada orang yang kondisinya buruk," jelasnya.

Ucapannya merujuk kepada studi yang dilakukan terhadap ratusan pasien yang dirawat oleh Departemen Hubungan Veteran AS.

Saat itu, sebagian besar penderita Covid-19 yang mendapatkan obat malaria meninggal dibandingkan yang tidak. Bagi Trump, itu sudah jadi bukti kuat.

"Mereka sudah sangat tua. Hampir. Jadi mereka meninggal. Survey negatif itu hanya dibuat oleh mereka yang memusuhi Trump," jelasnya.

Padahal, pejabatnya sendiri sudah mewanti-wanti bahwa penggunaan hidroksiklorokuin haruslah digunakan untuk keperluan penelitian atau di rumah sakit.

Baca juga: Sebut WHO Boneka China, Trump Disindir Tak Mau Tanggung Jawab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com