Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Ditabrak Truk Jam 4 Subuh, Pemulihan Pasien Covid-19 Bisa Berbulan-bulan meski Gejalanya Ringan

Kompas.com - 20/05/2020, 07:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Paul Garner, seorang ahli penyakit menular dan penderita Covid-19 dari Sekolah Kedokteran Penyakit Tropis di Liverpool Inggris, paham bagaimana tidak nyamannya hidup dengan penyakit apa pun.

"(Covid-19) adalah penyakit terburuk yang pernah saya alami," kata Paul kepada ABC.

“Saya pernah menderita demam berdarah. Pernah juga malaria, tapi tidak pernah sesakit ini. (Penyakit) ini juga menakutkan karena sifatnya tidak bisa diprediksi.”

Paul yang sedang menjalani masa perawatan setelah didiagnosis terjangkit virus corona 59 hari lalu tersebut mengatakan, penyakit ini datang pada saat yang paling tidak terduga.

"Saya merasa enak badan, tapi tiba-tiba di siang hari penyakit ini seolah menghantam kepala saya dengan tongkat bisbol," katanya.

"Durasi penyakit ini benar-benar melumpuhkan saya. Saya hanya bisa berdoa suatu saat penyakit ini akan pergi dengan sendirinya."

Profesor Paul mengatakan, penyakit tersebut menimbulkan gejala yang mirip dengan sindrom kelelahan kronis, tetapi belum yakin 100 persen.

"Kalau yang sudah pernah mengalami, pasti mengerti maksud sindrom kelelahan karena Covid," kata dia.

"Sekarang saya mengerti perasaan orang-orang yang mengalami sindrom kelelahan kronis dan bisa bersimpati dengan mereka."

Baca juga: Kisah Monica, Transpuan di Panama yang Dilecehkan Selama Lockdown Virus Corona

Pasien yang dinyatakan sembuh merasa lelah dan sesak napas

Profesor Paul adalah satu dari ribuan pasien Covid-19 yang memahami seberapa melelahkannya hidup dengan penyakit tersebut.

Ilmuwan yang hingga kini masih meneliti dampak jangka panjang yang ditimbulkan Covid-19 itu khawatir penyakit tersebut bisa menimbulkan kerusakan parah pada organ tubuh penderita.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa proses penyembuhan Covid-19 bervariasi — mulai dari dua minggu hingga enam minggu, bagi kasus yang parah.

Namun, penderita Covid-19, baik yang tidak parah sekali pun, tetap akan merasa lelah dan sesak napas ketika sudah berada di tahap pemulihan.

Dampak jangka panjang Covid-19 salah satunya diteliti oleh dokter ahli penyakit menular di St Vincent Hospital Sydney Profesor Greg Dore.

"Kami tertarik untuk meneliti efek dari Covid-19. Penyakit ini memiliki spektrum gejala yang luas—dari gangguan pernapasan yang relatif ringan hingga pneumonia yang sangat parah."

Profesor Greg sedang meneliti dampak Covid-19 termasuk dalam kasus tidak parah, dengan memperhatikan beberapa faktor seperti ketahanan penderita berolahraga, fungsi koordinasi, dan kemampuan berkonsentrasi.

Baca juga: 1 Murid Terkena Virus Corona, 8 Sekolah di Perancis Ditutup

"Tidak lagi bugar"

Salah satu pasien yang menjadi contoh kasus dalam penelitian di rumah sakit tersebut adalah Alex Lewis, yang ditemui ABC pertengahan Maret, setelah dinyatakan positif Covid-19.

Dua bulan setelah dinyatakan sembuh, Alexis masih mengalami kesulitan.

"Saya sebelumnya cukup bugar, namun sekarang tidak lagi. Kondisi pernapasan saya terus memburuk dan berolahraga terasa lebih sulit," katanya.

"Butuh beberapa waktu sembuh. Rasa lelah datang dan pergi," imbuh Alexis.

Komunitas online pasien Covid-19 dari seluruh dunia

Dampak jangka panjang dari Covid-19 dirasakan pasien yang sudah dinyatakan sembuh di seluruh dunia.

Fiona Lowenstein, penulis dari Amerika Serikat yang didiagnosa terjangkit Covid-19 pertengahan Maret lalu merupakan salah satu yang turut merasakan.

"Proses pemulihannya lama sekali dan saya tidak menyangka akan demikian," kata Fiona.

Karena terbatasnya informasi mengenai situasi yang ia alami, Fiona mendirikan sebuah kelompok beranggotakan ribuan mantan pasien Covid-19 untuk mendukung satu sama lain.

Anggota kelompok ini juga merasakan kelelahan dan perasaan tidak enak badan setelah dinyatakan sembuh.

Baca juga: Virus Corona, Setengah Senator dan 4 Menteri Chile Dikarantina

"Saya pikir saya sudah sembuh total beberapa minggu lalu, tapi gejala lama itu malah kembali, ditambah rasa panas dingin dan keringat, juga kelelahan yang sangat intens," katanya.

"Rasanya seperti ditabrak truk setiap jam 4 subuh."

Pengalaman tersebut menjadi dasar dari dibentuknya kelompok di media sosial yang sangat aktif tersebut.

"Jelas sekali bagi saya, perlu ada sebuah komunitas bagi penderita virus ini agar kita bisa berbagi pengalaman satu sama lain," kata dia.

"Kotak pesan saya (di media sosial) dibanjiri pesan masuk."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com