Ada pun terkait kesehatan kakaknya, "Kim Yo Jong mungkin tidak memiliki (penyakit)."
Bukan berarti kebijakan dasar akan berubah jika atau ketika dia (Yo Jong) mendapatkan kekuasaan, terutama jika perannya adalah menjadi seorang pengganti, sementara Kim Jong Un menjalani pemulihan.
Pernyataan apa pun yang dibuatnya cenderung mencerminkan kebijakan kakaknya, terlepas dari apakah secara medis Kim Jong Un mampu melanjutkan atau tidak.
Tentu saja tidak ada jaminan. Mungkin kakaknya (Kim Jong Un) akan sembuh. Mungkin dia akan membenci keunggulannya (Kim Yo Jong) selama ketidakhadirannya yang akan sangat berbahaya baginya.
Mungkin dia tidak akan pernah berhasil ke posisi puncak atau mewarisi Kim Jong Un.
Baca juga: Profil Kim Yo Jong, Calon Penerus Dinasti Kim jika Kim Jong Un Meninggal
Bob Collins, penulis studi di OGD mencatat bahwa walau pun dia (Kim Yo Jong) menonjol dalam organisasi yang penting itu,
“Dia hanya bisa menjadi pemimpin jika dia adalah kepala OGD. Kalau tidak, dia tidak akan memiliki basis kekuatan yang cukup untuk merebut dan memegang kekuasaan. "
Ken Eom, perempuan yang membelot dari Korea Utara setelah bertugas 10 tahun di tentara Korea Utara, juga tidak sepenuhnya yakin akan kelanggengannya (Yo Jong).
“Dia memiliki kekuatan besar untuk mengendalikan elit Korea Utara, tetapi jika Kim Jong Un keluar atau mati, dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan kekuasaan," kata Eom.
"Korea Utara tidak menerima kekuatan wanita."
"Ini berarti," kata Eom dengan yakin, "Jika Kim Jong Un meninggal, pada saat yang sama Kim Yo Jong juga akan keluar."
Pendapat itu berbeda dengan Sung Yoon Lee, seorang pakar Korea Utara di School of Diplomacy, Universitas Tufts.
Menurut Yoon Lee sebagaimana dilansir New York Post, "Perlunya menjaga kekuasaan dalam keluarga mengalahkan segalanya, termasuk tradisi chauvinisme atau kebencian terhadap wanita (misogini) di Korea Utara."
Baca juga: Media Jepang Sebut Kim Jong Un Koma
Dalam banyak hal, Kim Yo Jong yang telah menghabiskan hampir satu dekade terlibat dalam aparatur negara.
Mengingat, dia telah dipersiapkan dengan lebih baik untuk mengambil alih peran kepemimpinan puncak.
Dia juga bisa mengejutkan siapa pun yang meragukan kemampuannya untuk mengelola negara, menurut Soo Kim, analis kebijakan the Rand Corporation seorang pakar dalam masalah Semenanjung Korea.
"Saya tidak berpikir dia perlu khawatir tentang penerimaan sebagai pemimpin oleh orang Korea Utara berdasarkan garis keturunan keluarga Kim," kata Soo Kim. "Nasib Korea Utara dimulai dan berakhir dengan keluarga Kim."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.