WASHINGTON D. C, KOMPAS.com - Peneliti AS telah melakukan uji coba keamanan vaksin virus corona yang kedua kalinya kemarin Rabu (8/4/2020).
Metode kali ini adalah suntikan yang lebih dalam di bawah permukaan kulit.
Seorang peneliti mengatakan kepada relawan yang dites vaksin, "cubitan (pada kulit) ini harusnya terasa seperti tes kulit sederhana."
Dr John Ervin dari pusat penelitian farmasi mengatakan pada asosiasi media bahwa uji vaksin kedua tersebut adalah uji coba penting kedua.
Baca juga: Hindari Gelombang Kedua Virus Corona, Italia Perpanjang Lockdown sampai 3 Mei
Uji coba kali ini dilakukan menggunakan kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Farmasi Inovio.
Salah satu bagian dari pencarian perlindungan global yang paling dibutuhkan dalam melawan virus yang kini telah berdampak pada sektor perekonomian karena membuat banyak orang terkurung dalam aturan lockdown.
Sebelumnya uji coba pertama dilakukan di Seattle. Vaksinnya dikembangkan oleh Lembaga Kesehatan Nasional AS.
Sekitar dua per tiga dari partisipan telah mendapatkan satu dari dua dosis yang dibutuhkan.
Studi Inovio diatur untuk menguji dua dosis vaksin dengan kode INO-4800 kepada 40 relawan di laboratorium penelitian kota Kansas dan Universitas Pennsylvania.
Baca juga: Wabah Corona di Jerman, Kanselir Angela Merkel Optimis namun Berhati-hati
Inovio sendiri bekerja sama dengan peneliti China yang juga telah melakukan studi serupa di China sesegera mungkin.
Kajian awal studi ini merupakan tahap pertama untuk melihat apakah vaksin tampak cukup aman untuk tes dalam skala lebih besar dan untuk membuktikan apakah vaksin itu akan memberikan perlindungan.
Walau pun penelitian berjalan mulus, hasilnya baru bisa diharapkan lebih dari setahun sebelum hadirnya vaksin lain.
Puluhan vaksin potensial sedang dirancang di laboratorium di seluruh dunia. Vaksin-vaksin tersebut diharapkan dapat memulai proses uji coba selama beberapa bulan ke depan.
"Hal baiknya adalah kita punya banyak kandidat," kata Dr Anthony Fauci, kepala penyakit menular NIH.
Baca juga: Ratusan Pesertanya Terjangkit Corona, Tablighi Jamaat Disorot Tajam
Dia mengatakan hal itu selama podcast untuk Journal of American Medical Association pada Rabu (7/4/2020).
Sebagian besar vaksin yang sedang dikembangkan memiliki target yang sama yaitu fokus pada lonjakan protein yang mengikat permukaan virus dan membantunya menyerang sel manusia.
Namun banyak yang bekerja dengan cara yang sangat berbeda, sehingga penting untuk menguji opsi yang berbeda pula.
Peneliti Inovio mengemas bagian dari kode genetik virus di dalam sepotong DNA sintetis. Disuntikkan sebagai vaksin, sel bertindak sebagai pabrik mini untuk menghasilkan salinan protein yang tidak berbahaya.
Sistem kekebalan membuat antibodi pelindung terhadap mereka - terutama jika virus yang sebenarnya datang.
Baca juga: AS Kritik WHO, Anggap Hiraukan Peringatan Dini Virus Corona dari Taiwan
Kepala penelitian dan pengembangan Inovio, Kate Broderick mengibaratkan dengan memberikan tubuh sebuah poster orang yang dicari FBI sehingga dapat mengenali musuh.
Tetapi setelah suntikan atauu injeksi sedalam kulit, peneliti harus memegang perangkat di tempat yang memberikan sedikit sengatan listrik.
"DNA sintetis itu besar dalam hal penetrasi sel manusia, dan nadi membantu vaksin lebih mudah menembus dan mulai bekerja," jelas Broderick.
Vaksin DNA adalah teknologi baru. Tetapi Inovio memiliki vaksin eksperimental terhadap penyakit lain yang dibuat dengan cara yang sama dan telah lulus uji keamanan awal.
Baca juga: 150 Anggota Kerajaan Arab Saudi Terinfeksi Covid-19, Bagaimana dengan Raja Salman?
Dr Pablo Tebas dari Universitas Pennsylvania mengatakan bahwa setidaknya ada satu petunjuk entah bagaimana injeksi di bawah permukaan kulit mempercepat pengembangan pelindung bagi sistem kekebalan tubuh.
Kandidat vaksin NIH, yang diproduksi oleh Moderna Inc sebelumnya, bekerja dengan cara yang sama.
Bedanya, vaksin tipe ini menggunakan sejenis kode genetik yang disebut messenger RNA dan disuntikkan lebih dalam yaitu ke dalam otot.
Baik vaksin potensial NIH maupun Inovio dibuat menggunakan virus yang sebenarnya, yang berarti tidak ada kemungkinan terinfeksi dari vaksin.
Dan dimungkinkan untuk membuat jauh lebih cepat daripada suntikan tradisional.
Baca juga: Gencatan Senjata Arab-Houthi: Antara Keraguan dan Harapan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.