Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gencatan Senjata Arab-Houthi: Antara Keraguan dan Harapan

Kompas.com - 10/04/2020, 10:22 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

RIYADH, KOMPAS.com - Gencatan senjata sepihak diumumkan koalisi yang dipimpin Arab Saudi, dalam perang melawan pemberontak Houthi di Yaman. Keputusan ini memiliki dua sisi, sebagai harapan dan keraguan tersendiri.

Gencatan senjata selama dua minggu ini dimulai sejak Kamis (9/4/2020), dengan dalih agar tidak membahayakan warga sipil Yaman dari ancaman virus corona.

Pemberontak Houthi yang didukung Iran, belum secara resmi menanggapi keputusan tersebut, dalam konflik yang telah berlangsung lima tahun ini.

Baca juga: Demi Tangani Virus Corona, Arab Hentikan Serangan ke Houthi 2 Minggu

Namun, Yasser Al-Houri selaku sekretaris dewan politik Houthi, menanggapi deklarasi itu dengan skeptis, mengatakan bahwa Arab "tidak jujur dan melanggar setiap gencatan senjata yang mereka umumkan".

"Pengumuman gencatan senjata ini adalah untuk menghindari visi nasional sebenarnya yang menawarkan solusi nyata," kata Al-Houri dikutip dari AFP.

Ia merujuk pada program perdamaian yang diumumkan para pemberontak pada Rabu, tak lama sebelum Arab menyatakan gencatan senjata.

Jika gencatan senjata benar-benar terjadi, maka akan menjadi terobosan pertama sejak pihak-pihak yang bertikai menyetujui gencatan senjata yang diperantarai PBB di Swedia akhir 2018.

Baca juga: Terkait Perjanjian Damai dengan Arab Saudi, Houthi Suarakan 5 Tuntutan

Uni Emirat Arab (UEA) sekutu kunci dalam koalisi yang menurunkan pasukannya tahun lalu ketika konflik semakin pelik, memuji tindakan Arab sebagai "bijaksana dan bertanggung jawab".

"Ini adalah keputusan penting yang harus dibangun di atas, pada tingkat kemanusiaan dan politik," tulis Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash di Twitter-nya.

Inisiatif berdamai ini muncul menyusul meningkatnya pertempuran antara pihak-pihak yang bertikai, meski PBB telah menyerukan penghentian segera demi melindungi warga sipil di negara termiskin jazirah Arab tersebut.

Arab Saudi mengatakan, masa gencatan senjata dapat diperpanjang dan dapat membuka jalan bagi solusi politik yang lebih luas.

Baca juga: Penyebaran Virus Corona dan Ancaman Lonjakan Kasus Covid-19 di Arab Saudi...

Negeri "Petrodollar" mulai meluncurkan invasi militernya pada Maret 2015, untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.

Para pejabat mengindikasikan mereka tertarik untuk mengadakan pertemuan tatap muka yang disponsori PBB dengan para pemberontak, untuk mencapai gencatan senjata permanen.

Akan tetapi beberapa jam sebelum pengumuman, Houthi merilis dokumen komprehensif yang menyerukan penarikan pasukan asing dan berakhirnya blokade koalisi di darat, laut, dan pelabuhan udara Yaman.

Mereka juga menuntut agar koalisi membayar gaji pemerintah untuk dekade berikutnya, dan menyerahkan kompensasi untuk pembangunan kembali negara termasuk rumah-rumah yang hancur akibat serangan udara.

Baca juga: Wabah Corona, Arab Saudi Berlakukan Larangan Bepergian 24 Jam

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com