GUAYAQUIL, KOMPAS.com - Kehabisan peti mati, kota Guayaquil di Ekuador terpaksa membaringkan jenazah korban Covid-19 ke dalam kotak kardus.
Kota terbesar itu menjadi klaster wabah virus corona di sana, dengan rumah sakit maupun rumah duka kewalahan menangani korban meninggal.
Karena tidak kuat menampung angka kematian yang terus berdatangan, sejumlah keluarga terpaksa membawa jenazah kerabat mereka ke rumah.
Baca juga: Jenazah Korban Virus Corona Tergeletak di Jalan, Wapres Ekuador Minta Maaf
Unggahan yang muncul memperlihatkan permintaan tolong kepada otoritas agar mengeluarkan mayat itu, maupun gambar adanya jenazah tergeletak di jalan.
Pemerintah kota pelabuhan di Pasifik itu menyatakan, mereka menerima donasi 1.000 kotak kardus, dan bakal meneruskannya ke dua pemakaman.
Juru bicara pemerintah Guayaquil menerangkan, mereka harus memenuhi permintaan karena harga peti mati sangat mahal, dan mereka mulai kekurangan.
Pernyataan pemerintah senada dengan Santiago Olivares, pemilik jaringan rumah duka yang mengaku kesusahan memenuhi pesanan peti mati.
"Saya menjual 40 unit dari cabang di pusat kota, kemudian 40 dari kantor pusat. Saya harus memesan 10 di akhir pekan, dan kami kehabisan," kata dia dilansir AFP.
Olivares menjelaskan, pemberlakuan jam malam selama 15 jam turut andil menghambat pasokan bahan baku peti seperti kayu dan besi.
Kantor wali kota dalam kicauannya di Twitter menyatakan, peti kardus itu akan memberi pemakaman yang layak bagi korban Covid-19.
Karena begitu banyaknya mayat, pemerintah lokal meminta bantuan militer untuk membantu petugas rumah duka agar menangani jenazah itu.
"Ini seperti rumah sakit di zona perang. Apa yang kami lihat persis seperti di film horor," kata seorang dokter di Rumah Sakit Teodoro Maldonado Carbo.
Dilansir The Guardian Minggu (5/4/2020), dokter anonim itu mengungkapkan dia dilarang istrinya bekerja. Namun jika tak bertugas, bakal lebih banyak korban berjatuhan.
Baca juga: Ini Sederet Alasan Warga di Berbagai Daerah Tolak Pemakaman Jenazah Korban Corona, Apa Saja?
Meski begitu, pengumuman tersebut dibuat ketika Quito mengalami kekurangan alat tes, yang berarti jumlahnya bisa saja lebih tinggi.
Salah satu politisi lokal, Carlos Luis Morales, kepada CNN en Espanol mengakui, otoritas diminta tak membocorkan data statitsik korban meninggal.
"Hanya untuk memberi Anda pemahaman, 480 sertifikat kematian sudah diterbitkan sejak kemarin (Sabtu), dengan 150 mayat diambil setiap harinya," paparnya.
Morales mengaku, dirinya tidak mengira bahwa virus yang bernama resmi SARS-Cov-2 itu akan sampai ke kawasan Amerika Latin.
Wakil Presiden Otto Sonnenholzner dalam siaran televisi meminta maaf kepada masyarakat atas gambar mayat yang ditaruh begitu saja di jalanan.
"Kami sudah melihat gambar yang seharusnya tak terjadi. Sebagai pejabat publik kalian, saya meminta maaf," kata Sonnenholzner dalam pernyataan yang disiarkan.
Baca juga: MUI Minta Fatwa Pengurusan Jenazah Pasien Covid-19 Dijadikan Pedoman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.