Dinyatakan oleh pihak BARDA, DNA protein yang diteliti akan dikombinasikan dengan DNA dari virus yang tidak berbahaya bagi manusia dan digunakan untuk memproduksi antigen dalam jumlah besar dan dalam kurun waktu yang cepat.
Tindakan itu untuk merangsang sistem kekebalan tubuh manusia dalam melindungi imunitas mereka dari virus.
Terlepas dari kontrak-kontrak yang disebut, baik Johnson & Johnson mau pun Sanofi belum benar-benar menguji potensi vaksin apa pun.
Baca juga: Sebanyak 12.298 Tenaga Medis di Spanyol Terinfeksi Virus Corona
Sementara itu seperti yang sudah dikabarkan sebelumnya, vaksin investigasi dimulai dari Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle, Washington.
Vaksin itu dikembangkan oleh para ilmuwan di NIAID dengan perusahaan bioteknologi moderna yang berbasis di Massachussets.
Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hanya ada dua vaksin yang kini tengah melalui uji coba. Pertama, vaksin yang didukung NIAID, satu lagi vaksin yang dikeluarkan dari CanSino Biological dan Beijing Institute of Biotechnology, China.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.