Profesor Davies yang juga seorang awam untuk Gereja Anglikan di Inggris di mana dia diizinkan berkhotbah dan melakukan beberapa agenda keagamaan, menjelaskan kecanduan yang dia alami.
Dia berkata, "Ini ada hubungannya dengan hormon di otak yang menjelaskan kepada saya beberapa tahun sehingga dengan bodohnya saya mencari gambar pornografi di komputer kerja saya."
Dia juga menyadari dirinya yang lulusan Oxford, seorang dokter namun perilakunya seperti itu. "Selama lima tahun saya tidak menonton porno dari internet, tapi ketika saya kembali menontonnya, saya tahu saya punya masalah yang sangat dalam dan saya tidak bisa mengendalikannya."
Sementara itu, Jennie Ferrario dari Dewan Medis Umum mengatakan bahwa Profesor Davies telah menunjukkan wawasan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki perilakunya.
Namun perilaku dia tidak akan menjadi subyek perbaikan cepat seperti yang ditunjukkan oleh fakta dalam kasus ini.
Baca juga: Pacaran Lewat Facebook, Siswi MTs di Tasikmalaya Diduga Dipaksa Rekam Video Porno
Ferrario mengatakan bahwa Davies telah mengakses pornografi selama beberapa tahun di saat dia bekerja. Meski begitu perbuatannya tidak berpengaruh pada pekerjaannya sebagai dokter.
"Tidak ada risiko langsung kepada pasien, dia tidak punya kontak pasien sejak pensiun," kata Fiona Robertson, pengacara Davies.
Akan tetapi, tindakannya memang berada di bawah standar yang diharapkan publik dari seorang staf medis. Dan pada akhirnya, dia mengakui bahwa kesehatannya untuk melakukan praktik dokter akibat kecanduannya itu terganggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.