Pada 14 Mei 1796, Jenner mengambil cairan dari lepuhan cacar sapi dan mengolesnya ke kulit James Phipps, bocah 8 tahun.
Satu lepuhan muncul di tempat olesan itu, tapi Phipps segera pulih.
Pada 1 Juli, Jenner menginokulasi bocah itu lagi, kali ini dengan penyakit cacar manusia, dan tidak ditemukan gejala yang muncul.
Vaksin ini terbukti sukses. Dokter di seluruh Eropa langsung mengadopsi teknik inovatif Jenner, yang berdampak positif pada penurunan jumlah penderita cacar.
Baca juga: Cerita Pengalaman Relawan Menjalani Uji Coba Vaksin Corona di Wuhan
Istilah vaksin sendiri berasal dari Variolae vaccinae, istilah yang dipakai Jenner untuk menyebut cacar sapi.
Dia memakainya dalam judul panjang Penelitian dalam Variolae vaccinae alias Cacar Sapi, di mana dia menggambarkan efek perlindungan cacar sapi terhadap cacar.
Berkat temuannya yang berjasa besar menyelamatkan banyak nyawa itu, Edward Jenner dibanjiri banyak penobatan.
Tahun 1802 dia dipilih sebagai anggota asing kehormatan di American Academy of Arts and Sciences.
Lalu di tahun 1806 pria yang juga menekuni bidang zoologi ini menjadi anggota asing di Royal Swedish Academy of Science
Baca juga: Vaksin Cacar, Vaksin Pertama yang Berhasil
Tahun 1821, Edward Jenner diangkat jadi dokter khusus untuk Raja George IV, dan diangkat jadi Wali Kota Berkeley.
Meski sudah bertabur penghargaan, Jenner tidak berhenti melakukan penelitian.
Di tahun terakhir hidupnya pada 1823, dia menyelesaikan studi tentang "Migrasi Burung", yang dipersembahkan ke Anggota Kerajaan Inggris.
Baca juga: Memahami Tahapan Pembuatan Vaksin, Bagaimana Prosesnya?
25 Januari 1823 Jenner mendapat serangan stroke berat, sampai sisi kanan badannya lumpuh.
Suami Catherine Kingscote dan bapak tiga anak ini tidak pernah sepenuhnya pulih, hingga akhirnya meninggal pada 26 Januari 1823 di usia 73 tahun.
Selama sakit dia dirawat oleh tiga anaknya, Edward, Robert Fitzharding, dan Catherine.