Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Iran: Jika Tak Ikuti Anjuran Pemerintah soal Virus Corona, 3,5 Juta Orang Bakal Meninggal

Kompas.com - 18/03/2020, 18:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Sebuah studi yang dilakukan di Iran menyatakan, 3,5 juta orang bakal meninggal jika warga tak mengikuti anjuran pemerintah terkait wabah virus corona.

Hasil itu diungkapkan oleh kontributor Wall Street Journal untuk Timur Tengah, Sune Engel Rasmussen, dalam kicauannya di Twitter.

Rasmussen memaparkan studi dari Universitas Sharif mengenai seberapa besar dampak jika warga Iran mematuhi imbauan pemerintah mengenai wabah virus corona.

Baca juga: Lawan Virus Corona, Iran Bebaskan 85.000 Tahanan

Dilansir The Guardian Rabu (18/3/2020), terdapat tiga skenario yang muncul seberapa besar kemauan masyarakat mengikuti aturan pemerintah:

  • Jika rakyat Iran mematuhi sepenuhnya peraturan yang diberikan pemerintah, maka korban meninggal kemungkinan berada di angka 12.000.
  • Jika masyarakat hanya setengah-setengah menjalankan aturan, maka kematian karena Covid-19 bisa menyentuh level 110.000 orang.
  • Jika tidak ada kerja sama sekali dari masyarakat, maka ketika puncak wabah terjadi pada Juni, akan ada 3,5 juta orang yang meninggal.

Pada Selasa (17/3/2020), polisi Iran harus membubarkan massa yang memaksa masuk ke dalam dua tempat suci di Mashdad dan Qom, yang ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona.

Mereka memasuki Masjid Imam Reza di Mashdad dan Masjid Fatima Masumeh di Qom sebagai bentuk protes atas penutupan dua tempt tersebut.

Otoritas kesehatan mengimbau agar dua tempat suci itu ditutup sementara karena khawatir, mencium dan menyentuhnya bisa mempercepat wabah.

Baca juga: Kota Suci Islam Syiah di Iran Ditutup karena Wabah Virus Corona

Dalam keterangan resmi, pemimpin agama dan cendekiawan Qom meminta kepada masyarakat untuk bijaksana dan sabar di tengah situasi krisis.

Meski begitu, massa tetap merangsek masuk di mana di dalamnya, mereka meneriakkan keberatan soal penutupan, sebelum dibubarkan aparat.

Teheran mengumumkan virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu sudah menewaskan 1.135 orang pada Rabu, setelah otoritas melaporkan 147 kasus kematian baru.

Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Wakil Menteri Kesehatan Alirez Raisi mengeluhkan publik terlalu menganggap remeh penyebaran virus ini.

Baca juga: Satu Lagi Pejabat Iran Jadi Korban Virus Corona, Total 12 Pejabat Tewas

"Sekarang semua orang sudah mengetahui soal wabah ini. Namun anehnya, tidak ada yang menganggap ini serius," keluh Raisi.

"Jika masyarakat bahu membahu, kami akan bisa mengontrolnya. Namun jika tidak, maka wabah ini bisa berlangsung selama dua bulan," jelasnya.

Tak hanya di Iran. Berbagai kebijakan untuk mencegah virus corona juga ditempuh sejumlah institusi keagamaan di seluruh dunia.

Di Vatikan, agenda Pekan Suci pada April tidak akan dihadiri oleh umat Katolik. Mereka akan menayangkannya melalui video maupun radio.

Paus Fransiskus sendiri sudah melaksanakan Doa Malaikat Tuhan (Angelus) maupun misa pukul 07.00 sudah dilaksanakan melalui tayangan video.

Baca juga: Sebanyak 4.590 Korban Infeksi Virus Corona di Iran Dinyatakan Sembuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com